image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Monday, December 10, 2012

tentang kekuatan sikap

landasan yang kuat itu nilainya akan sama dengan landasan yang lembek jika dia tidak pernah dibenturkan oleh sesuatu,
terkikis iya, hancur pasti,
tapi seberapa lama ia akan hancur itulah yang menentukan nilai kekuatan dari landasan jiwa seseorang itu...

#Agustaisme

terispirasi dari kata kata SH. Mintardja

Monday, November 19, 2012

tentang sebuah harapan

hidup memang tidak lebih dari sebuah harapan, 
harapan untuk hidup, bermasa depan yang cerah, meniti karir yang terus naik. berkeluarga, menikmati hari tua, naik gunung, membesarkan dan melihat adik saya menjadi besar, orang tua yang bahagia,

ya paling tidak harpan itu masih ada.. dan itu buat saya adalah selangkah lebih maju daripada diam 
memang resiko dari harapan itu sendiri adalah peraasan kecewa ketika nanti harapan itu tidak terjadi,
namun inilah spekulasi inilah kenyataan dimana harapan bisa berkembang dari 50% ke 100 atau berbalik ke 0

ada saatnya harapan itu terjadi, namun ada saatnya harapan itu tidak terjadi...
semuanya sama tentang pengujian diri,
kalau kita senang hati menerima harapan itu,
mengapa kita tidak bersyukur ketika harapan itu pupus

seperti matahari terus menyinari dengan ikhlas walau dia sendiri tak tau apakah manusia akan berterima kasih akan sinarnya,
mengumpat mungkin karena terlalu panas,
atau bersedih karena matahari tak pernah keliatan selalu tertutup awan...

itulah harapan, yang sinarnya selalu ada dalam sanubari manusia yang tak pernah puas...
hanya dengan bersyukur, ya terus bersyukur saja...
terima semua apapun kenyataannya, terus melangkah dan berusaha jika ada celah di lempeng besi kehidupan...

bersyukur,......
supaya air tetap mengalir,
udara tetap segar,
hujan tetap dingin,
matahari tetap tersenyum,
tanah basah pun menari ...
disela kegundahan hati anak manusia

malam pun semakin malam
pengembara hanya bisa menulis dikala gelap, namun tak mengerti apapun jalan yang akan ditempuhnya besok pagi.....

Monday, October 22, 2012

manusia

ya.. manusia cuman mahkluk kecil, menatap mataharipun dia harus melihat di pantulan air...tapi paling tidak mereka mempunyai impian, harapan dan angan..
mengalir lembut yang terus berjalan melingkar menuju mata air yang menjadi dingin,,
#agustaisme

Friday, October 19, 2012

jangan melihat orang dari covernya itu bullshit..

hari ini kulihat lagi di social media beberapa wajah, yang sempat dekat dan berteman di bangku abu-abu, dilantik menjadi seorang sarjana, lalu kemudian mereka menapaki jenjang karir yang menyenangkan dan progresif, entah sebagai pegawai bank, kontraktor, admin IT, penambang dan semua pekerjaan yang benar - benar progresif..

semudah itukah kehidupan masa abu2 mereka, kali ini saya mau berbicara tentang fisik/ jasmani mereka di SMA semua kebutuhan mereka terpenuhi, kemudian lulus SMA semua biaya ditanggung tinggal nulis aja dan mikir dikit dibangku kuliah, setelah itu wisuda  kemudian kerja.. untuk selanjutnya secara otomatis kalo ditanya orang, orang gk akan mencibir gara - gara pekerjaan yang sepele dan gaji yang sedikit, bahkan orang tua mereka bisa akan berbangga ini lho ,, anakku kuliah di Universitas favorit ini, ini lo anakku sekarang kerja di bank ini, jadi pegawai disini, kerja di telkom jadi admin IT...

Semua sebenarnya hanya berkutat pada satu msalah,
di Indonesia "jangan melihat orang dari covernya itu bullshit"
hampir 90% pekerjaan layak sekarang hanya membutuhkan lulusan S1 entah skill mereka, atau kuliah mereka acak2an atau ndak gk penting, yang penting ada bukti ijazah....

jadi intinya gini, kalo udah punya cover, nah sampul buku itulah yang akan jadi akses semua orang untuk melamar bekerja disini, melamar bekerja disitu, sementara beberapa orang kawa yang lulusan SMA padahal mereka ingin mendapatkan pekerjaan yang layak itu hanya menjadi buruh di beberapa perusahaan besar itu.... ada program beasiswapun, hanya terbatas bagi mereka yang pinter, (secara materi pelajaran tentunya) sedangkan bagi yang setengah2 nasib mereka kembali menjadi buruh lagi... bukan karena tidak pintar, tapi karena memang kemampuan mereka segitu ..(ini tentang IQ seseorang, bukan tentang seseorang yang malas)

ya ini mungkin hanya kritik gk penting, tapi  ini sebagian yang ingin diungkapkan banyak teman saya dalam berbagai permasalahan kehidupan mereka dan kemudian mereka terpaksa memendam mimpi2 energik mereka tentang masa depan, diletakkan di bangku kemudian mereka menjadi buruh "biasa".

mungkin sudah terbiasa kita oleh kisah seorang pemalas yang jatuh miskin, kemudian orang rajin yang kaya.

ada beberapa ketidak adilan yang saya rasakan di tengah2 kehidupan sya, pertama anak orang kaya yang sudah jauh kaya, hidupnya seenaknya namun dia akhirnya bisa kuliah seenaknya dan lulus juga tuh dapet ijazah kemudian diterima bekerja di perusahaan yang terkenal, tentu saja dengan income dan jaminan kesejahteraan yang lebih diatas cukup.

yang kedua seorang anak pintar, ranking 1 paralel di bangku sekolah kemudian hanya menjadi buruh pabrik dengan UMRnya, bukan karena dia tidak mau ambil beasiswa, beberapa persoalan pelik melanda kehidupan mereka dia tidak bisa meninggalkan keluarga mereka, sementara dia harus menjadi penopang untuk tonggak makan keluarga mereka., dan kembali ke masalah ijazah dia tak punya ijazah S1 dia hanya jadi kelas pekerja.

yang dan ternyata kembali ke kesimpulan para perusahaan memang "memandang seseorang dari covernya, dari ijazahnya, dari tingkat jenjang pendidikannya" bukan dari nilai daya kerja seseorang ataupun integritas mereka secara keseluruhan.

hanya sebuah tulisan tak penting.
salam Indra agusta


Tuesday, October 16, 2012

wejangan persahabatan dari SH. Mintardja

kalimat dibawah ini merupakan petikan kalimat, dari padepokan cambuk api di bukit menoreh.
beberapa tahun saya ngangsu kawruh di padepokan ini...
ini dipetik dari bab terakhir kitab api di bukit menoreh, katanya di jilid2 terakhir...(saya sendiri juga kurang tau di bagian mana karena saya baru membaca jilid awal)

demikianlah percakapan antara agung sedayu dan R.Ngabehi Lor ing pasar


"Kita pernah melakukan pengembaraan bersama. 
Aku mengenalmu dengan baik dan kau mengenal aku dengan baik. 
Kita pernah mencoba mencari, menerawang sisi-sisi dari kehidupan. Kita pernah belajar membaca arti dari kediaman yang sepi, tetapi juga gejolak angin prahara yang bagaikan mengguncang pebukitan. 

Kita pernah duduk sambil bercanda dengan hangatnya perapian disaat-saat dingin mencengkam. 
Tetapi kita juga pernah berlaga dengan panasnya yang membakar hutan-hutan di lereng pegunungan. 
Bahkan juga getar pa¬nasnya api yang terpancar dari berbagai macam ilmu yang tinggi. 

Kita juga pernah berendam dalam tenangnya air sendang yang ben¬ing, tetapi kita juga pernah hanyut dan berenang menentang arus banjir bandang. Bukan saja banjir bandang yang tumpah dari deras¬nya air hujan di lereng pegunungan yang gundul karena ulah kita, tetapi banjir bandang yang menderu dari dahsyatnya ilmu kanuragan. 

jika nanti senja turun dan malam menjadi gelap, bukankah itu berarti bahwa kita berada di dalam penantian untuk menyongsong matahari yang terbit esok.


Wednesday, October 10, 2012

Pamrih

kadang pertentangan beberapa orang besar karena pamrih pribadi pun

kemudian berarus deras menyeret orang2 di lingkungan kekuasaanya..

seperti Hadiwijaya, Arya Penangsang, Kalinyamat dan Sutawijaya.

HIDUP = FILM

para sineas dan penggemar film sering berkata
"film terbaik adalah film yang endingnya susah ditebak, jalannya berliku - liku mampu membawa penonton memasuki atmosfir film.."

beberapa kali ini sering berpikir tentang film ya,, kurang lebih seperti kisah romantis tentang analogi mungkin..

terus melihat jauh ke masa depan yang aku kira tidak akan semakin mudah jika belum sampai puncaknya masa masa kritis..
mahisa murti masih menerawang jauh meraba masa depan.. mau jalan lagi kemana? setelah jadi anak petani kemudian jadi apa?

beberapa teman sekampung sudah mulai jelas, beberapa masih ngangsu kawruh di pendapan masing - masing..
sementara siapa guru mahisa murti?

jalanan berbatu, gunung gunung padas, riak riak jeram, lolongan lolongan serigala malam, tapi tidak tau kelak jalannya akan berhenti sampai dimana...

apakah ini screening pembuatan film itu? jika aktingnya belum bagus akan diulang, dan terus menerus diulang? sampai menghasilkan adegan yang bagus..

atau memang inikah film bagus itu? 
Film yang kelak akan aku tonton di masa tua, atau setelah  bangkit dari tubuh wadag ini...
film yang mengisahkan berbagai kisah unik seorang anak manusia..
yang hidupnya jauh berbelit - belit dari kehidupan mapan manusia..

film yang juga mengisahkan petualangan - petualangan hebat dengan kawan - kawan yang hebat, dengan semua orang hebat...

bagaimana nanti endingnya? yang jelas kalau aku tua nanti aku punya segudang cerita untuk anak dan cucuku kelak... dan semoga keturunankupun mengalami petualangan yang seru ini...

apalah artinya anak ki lurah yang kelak jadi tumenggung  jika dengan sesuatu yang tidak mapan di hidup seseorang bisa berkisah hebat  tentang perjalanannya..


gubug penceng semakin ke barat, selamat pagi.. sanak dan kadang di padukuhan kecil Panawijen ini.

salam.
Mahisa Murti,

Tuesday, September 25, 2012

Gupita kepada Pandan Wangi

Tetapi kita tidak boleh terlepas dari
kenyataan bahwa kita bukan seorang yang paling mumpuni di
atas bumi. Nah, dalam keadaan yang demikian itulah, kau
memerlukan seorang kawan. Mungkin untuk melawan bersama-
sama, mungkin untuk kepentingan yang lain. Untuk menjadi
saksi pada setiap keadaan, sampai keadaan yang paling parah
sekalipun. Seorang kawan akan dapat memberitahukan kepada
orang lain, apakah yang sudah terjadi atas diri kita masing-
masing.”

api di bukit menoreh jilid 37, disela - sela pertempuran pasukan sidanti dengan argapati

Monday, August 20, 2012

pesan lebaran

lebaran telah usai, menyisakan berbagai cerita suka duka, dan perjalanan-perjalanan hebat petarung tanah rantau..
memberi kesan, 
atas sebuah fakta

"dengan memberilah kita sudah menerima"
 apapun yang kita berikan asal tidak dengan pamrih pasti akan selalu berdampak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

sesuatu yang kadang buat kita sudah tidak berguna jangan dibuang, siapa tau akan berguna buat orang lain 

dan jangan menunda memberi sesuatu bila memang ada dorongan kuat didalam diri, jika telat maka akan menyesal..

Monday, August 6, 2012

agustaisme di kala senja

adil tidak harus sama,
sama pun tidak harus adil...

supaya nelayan bisa mencicipi buah,
dan orang gunung bisa makan beras,
anak kota bisa minum jus buah
orang desa bisa menikmati layanan internet...

semua bekerja menurut keahlian masing - masing,
menurut panggilan masing - masing
sebagai manusia...dengan kodrat panggilan dan pilihan hidupnya
sekali lagi..

adil tidak harus sama,
samapun tidak harus adil...

namun karena itu kadang2 timbul kecemburuan..
demikian....

salam
Indra agusta

Sunday, July 29, 2012

apa ya asal nulis saja

berharap itu perlu namun jangan terlalu berharap
berpikir itu perlu namun jangan terlalu berpikir,,
cobalah kalau memang sanggup mencobanya, hasil memang bukan jawaban
tapi proses yang akan menentukan...
mau  jadi apa aku kelak?
walaupun akhirnya dunia menilai materi sebagai patokan kesuksesan seseorang,
tetapi mahendra tetap memilih menjadi pedagang watu aji,
empu gandring pun membuat keris,,
hasilnya memang tidak seberapa, diguncing masyarakat karena miskin memang sangat mungkin...
tapi ya inilah sisi lain kehidupan
kebaktian akan diri
membaktikan diri dengan iklas,,, untuk tuhan didalam dirinya.

#agustaisme

Tuesday, July 10, 2012

debitur dan kreditur

saat harus ada mungkin saya tidak ada,
saat harus mencukupi hidup, mungkin saya belum bisa 
saat harus pulang, saya masih di depan komputer
saatnya bekerja, saya terlelap buai mimpi


memang semua memang harus terjadi, ada kalanya beberapa orang tak mengerti
kenapa saya memilih jalan ini, lantas kenapa tidak disyukuri saja?
statuspun berulang.. sebuah ketakukan dimana mereka tidak akan pernah mengerti apa yang saya alami..
#agustaisme


ketika saya semakin bersyukur dengan apa yang terjadi dengan kehidupan saya
saat itulah beberapa orang lain terus menuntut keberadaan saya...
ya kalau itu memang harus terjadi ya tak masalah...
kehidupan memang harus berlanjut


yen umpama aku iso dadi samudera, apa to sing mbok jaluk bakal tak turuti..
nanging kahanane beda mbah, putumu iki jaluk ngapuro durung isa dadi putu kang apik..
durung isa nyaur sakabehing utang-utangmu, durung isa dandani omah, durung isa ngewangi adik,
yo sing jembar atimu, besok umpama bakal  titi wancine bisa kanugrahan aku bakal nyaguhi apa kang dene dadi gegayuhanmu.. sanajan nora bisa aku jaluk agunging pangapura..

Sunday, June 17, 2012

Persepsi

beberapa minggu ini hobby membaca saya terhenti sejenak, setelah berbagai aktivitas dan rutinitas datang kiat dan pergi..
berbagai tekanan datang silih berganti dari beberapa sisi...
mencoba menjadi lebih baik untuk kesemuanya saja memang sulit,
yah namanya manusia tidak semua berpikiran sama..


kisah kisah panas di Bukit Menoreh, terus menggema.. kisah pun terhenti di padepokan tambak wedi ,


Wuranta sang anak petani dari Jatianom dipersiapkan kiai gringsing untuk menjadi petugas sandi masuk kesarang Tambak Wedi, jauh hari sebelum penyerangan dimulai..


untuk memberikan informasi, pemikiran, apa saja yang yang diperlukan sebelum menyerang   padepokan tambak wedi, 


penyeranganpun sukses, pembebasan Sekar Mirah pun hampir saja menemui kegagalan..
Wuranta terluka dan kemudian agung sedayu, swandaru dan kiai gringsing mampu mengimbangi kekuatan  tambak wedi, sidanti dan pamannya Argajaya..


Wuranta pun mengalami goncangan yang sangat hebat,
dia hanya duduk termenung dan kemudian pergi merenungi dirinya yang tidak sehebat agung sedayu...


seolah tidak mendapat perhatian khusus dari pihak Pajang, padahal dialah orang pertama yang masuk ke sarang iblis itu..
di sisi prajurit Tambak wedi beberapa saat sebelum penyerangan dia hampir ditarik ketiang gantungan karena tindakannya telah diketahui oleh ki Tambak Wedi,
dan di sisi Prajurit Pajang dan Demang Jati anom pun dia dicaci karena orang jati anom dan pajang menganggap dia berada di pihak musuh...


semakin kelam hidupnya, kehilangan jati dirinya, berjalan gontai tak tau kemana...
namun akhirnya mampu disusul oleh kiai Gringsing  yang menebak perasaan Wuranta..



Thursday, June 7, 2012


“Aku memang bukan prajurit. 
Aku tidak ingin menjadi seorang prajurit. 
Apakah tidak ada lain bidang kebaktian selain menjadi seorang prajurt? Bukankah aku seorang petani?
yang mempunyai bidang tersendiri dalam mengabdikan diriku,
kepada lingkungan hidupku, 
kepada kampung halaman dan kepada Pajang. 
Biarlah mereka yang mampu bertempur sebagai seorang prajurit berbuat 
dan mengabdi sesuai dengan kemampuan mereka. 
Mereka pun pasti tidak akan mampu memberikan pengabdian seperti aku. 
Dan biarlah aku berbangga karena itu.”

-Wuranta seorang anak padesan di Jati anom, yang merasa 'kecil'
ketika melihat pertempuran antara agung sedayu, melawan sidanti dan Kiai gringsing melawan Ki tambak wedi"
abdm,1285, Singgih Hadi Mintardja-

kalo tidak mau punya masalah ya mati saja, 
tetapi lebih baik mencari mati itu sendiri, daripada mati selama masih hidup
supaya dapat menemukan hidup diantara makna kematian...
#mati itu untuk hidup, bukan mati selama masih hidup..
diantara hari - hari kematian, 10 tahun yang lalu...


-agustaisme-

untuk menjadi keren, dihadapan pasangan tidak perlu menunjukkkan kejantanan anda, 
cukup jadi diri sendiri saja sebaik-baiknya dirimu sendiri 


#agustaisme

kedewasaan tidak berjalan lurus dengan umur,
Kesuksesan seseorang tidak terlihat dari lulusan mana kuliahnya,
tapi dari cara dia menghadapi persoalan hidup itu sendiri 


#agustaisme
aku bernyanyi menjadi saksi..
atas jerit pribadi, jerit kawan, tertawa orang lain,
atas semua rintih pengorbanan..
dan disela-sela beberapa orang yang sibuk memperkaya diri sendiri
kalo cuman duduk diatas kursi dan memerintah saya kira semua orang pasti bisa.
bagaimana dengan lapangan yang berbicara..?

Monday, May 21, 2012

lakon

"lakonono lelakonmu" 
begitu kata teman saya memang sepertilah kehidupan
harus menjalani  dan dijalani
mensyukuri, dan disyukuri..
berbagai konflik datang, perlahan namun semakin lama yang samar itu semakin jelas
problematika tak pernah berhenti...

mungkin untuk orang lain saya tidak tau
tapi untuk saya sendiri, saya ingin berkembang ke arah yang lebih pasti
tapi kemana..
selama ini hanya batin, dan jiwa saja yang terasah demikian kuatnya...
menahan benturan-benturan ynag tiada pernah berhenti..

sementara raga sya masih stagnan ditempat, saya masih duduk dibelakang kursi komputer ini
memandangi setiap lembar tingkah laku anak manusia
ada yang menjadi dewasa, menjadi kanak-kanak,
menjadi sombong dan arogan..
ingin selalu menjadi pemimpin setelah mencapai jabatan tertentu
agak kecewa mungkin dengan beberapa perubahan teman dekat,
namun itulah kehidupan semuanya memang akan terus berubah, termasuk saya tentunya

temanya masih sama saya ingin hidup yang layak, secara batin, jiwa maupun secara fisik
saya sudah jenuh cuman diinjak-injak orang karena saya miskin, saya lemah
jenuh cuman jadi bahan tertawaan, jenuh jadi cercaan...
jenuh mendengar berbagai tuntutan yang secara tidak langsung mau tidak mau harus saya jalani..

tapi ya inilah kehidupan, kalo tidak ada masalah ya tutup saja hidupnya..
saya sendiri sudah iklas menjalani kehidupan saya, tapi apakah saya kelak akan menjadi Mahisa Agni yang sakti itu... berbagai ilmu dan kesaktian yang mumpuni dia temukan,
menep jiwa dan batinya..
mampu menahan gejolak emosi dan perasaannya, serta goncangan - goncangan nalarnya..

namun sayang dari sisi lain mahisa agni lemah, dia tidak bisa mempersiapkan masa depannya..dia tidak lebih dari seorang sakti namun dalam urusan keluarga, dan anak-anak
dia tidak sanggup untuk mengambil keputusan karena memang keadaan memaksanya untuk bertindak demikian...

akhirnya semua kehidupan raga pun kembali pada materi,
materi, materi dan materi 
sebagus apapun kondisi kebatinan dan kejiwaan seseorang jika ia masih berhubungan dengan orang lain maka hubungan itu pula yang akan membentuk celah materi di sela-sela kehidupannya....

seseorang mungkin bisa menerima kehidupannya, apa adanya...
iklas, lair dan batin dan menyerahkan segala-galanya kepada Tuhan, walaupun dia masih berusaha,..

tapi apakah keluarganya juga bisa menerimanya? apakah keluargannya tidak menuntutnya?
untuk menggenapi hutang-hutang, atau untuk kepentingan lain...ya tingkat menep seseorang memang berbeda tapi apakah itu juga berlaku bagi orang ynag lebih tua dari kita...

lelah rasanya.. ketika saya sudah bisa menikmati hidup saya dengan apa adanya, tapi masih selalu saja diganggu dengan tuntutan - tuntutan harus punya gaji segini, PNS, membangun rumah, menyaur hutang, ganti nama tanah, mengurus pemecahan sawah, mengurus organisasi, mengurus perhimpunan, mengamati beberapa adik dan teman agar bisa selaras..
dan masih banyak lagi..
dan akhirnya saya tetap manusia biasa...

saya akhirnya terpuruk lagi.. hanya bisa terdiam. Mati.

Thursday, May 3, 2012

Sejarah Pembuka Api Di Bukit Menoreh

oke..
marilah kita mulai menelisik Sejarah sebagai latar belakang kisah API DI BUKIT MENOREH, karya S.H.Mintardja

sebagai pembuka kisah ini baiklah kita mengerti dahulu kronik peristiwa dibelakang Api di bukit menoreh,

Sepeninggal  Pati Unus/pangeran sabrang lor yang pada tahun 1521 meninggal sewaktu menyerang Portugis di selat Malaka. Beliau meninggal tidak meninggalkan keturunan. Maka terjadila perebutan kekuasaan di Keraton Demak antara Raden Trenggono  (putri dari permaisuri Raden Patah, adik kandung Pangeran Sabrang Lor)  dan Raden Kinkin (kakak Raden Patah dari istri selir, putri Bupati Jipang).

Dalam upaya perebutan kekuasaan itu Raden Patah dibantu oleh anak kandungnya Raden Mukmin. Ia mengirim pembantunya bernama Ki Surayata untuk membunuh Raden Kikin sepulang salat Jumat. 

Raden Kikin tewas di tepi sungai, sedangkan para pengawalnya sempat membunuh Ki Surayata. Sejak saat itu Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen, dalam bahasa Jawa artinya "bunga yang gugur di sungai". Pangeran Sekar Seda Lepen meninggalkan dua orang putra dari dua orang istri, yang bernama Arya Penangsang dan Arya Mataram.

Sepeninggal ayahnya, Arya Penangsang menggantikan sebagai bupati Jipang Panolan. Saat itu usianya masih anak-anak, sehingga pemerintahannya diwakili Patih Matahun. Ia dibantu oleh salah satu senapati Kadipaten Jipang yang terkenal bernama Tohpati. Wilayah Jipang Panolan sendiri terletak di sekitar daerah Blora, Jawa Tengah.

Setelah Raden Kikin meninggal, kendali pemerintahan Demak Bintoro langsung dipegang oleh Raden Trenggana sampai akhir hayatnya.

Raden Mukmin selaku putra tertua naik tahta. Ia berambisi untuk melanjutkan usaha ayahnya menaklukkan Pulau Jawa. Namun, keterampilan berpolitiknya tidak begitu baik, dan ia lebih suka hidup sebagai ulama daripada sebagai raja. Raden Mukmin memindahkan pusat pemerintahan dari kota Bintoro menuju bukit Prawoto. Lokasinya saat ini kira-kira adalah desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Oleh karena itu, Raden Mukmin pun terkenal dengan sebutan Sunan Prawoto.

Cita-cita Sunan Prawoto pada kenyataannya tidak pernah terlaksana. Ia lebih sibuk sebagai ahli agama dari pada mempertahankan kekuasaannya. Satu per satu daerah bawahan, seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas; sedangkan Demak tidak mampu menghalanginya.

========================================================================
 Sepeninggal Trenggana, selain Sunan Prawoto terdapat dua orang lagi tokoh kuat, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang dan Hadiwijaya bupati Pajang. Masing-masing adalah keponakan dan menantu Trenggana.
========================================================================
Arya Penangsang adalah putra Pangeran Sekar Seda ing Lepen yang mendapat dukungan dari gurunya, yaitu Sunan Kudus untuk merebut takhta Demak. Pada tahun 1549 ia mengirim anak buahnya yang bernama Rangkud untuk membalas kematian ayahnya. Menurut Babad Tanah Jawi,[rujukan?] pada suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni. Rangkud setuju, lalu menikam dada Sunan Prawoto yang pasrah tanpa perlawanan sampai tembus. Ternyata istri Sunan yang sedang berlindung di balik punggungnya ikut tewas pula. Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan sempat membunuh Rangkud dengan sisa-sisa tenaganya

Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawoto, menemukan bukti kalau Sunan Kudus terlibat pembunuhan kakaknya. Ia datang ke Kudus meminta pertanggungjawaban. Namun jawaban Sunan Kudus bahwa Sunan Prawoto mati karena karma membuat Ratu Kalinyamat kecewa.

Ratu Kalinyamat bersama suaminya pulang ke Jepara. Di tengah jalan mereka diserbu anak buah Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat berhasil lolos, sedangkan suaminya, yang bernama Pangeran Hadari, terbunuh.

Arya Penangsang kemudian mengirim empat orang utusan membunuh saingan beratnya, yaitu Hadiwijaya, menantu Trenggana yang menjadi bupati Pajang. Meskipun keempatnya dibekali keris pusaka Kyai Setan Kober, namun, mereka tetap dapat dikalahkan Hadiwijaya dan dipulangkan secara hormat.

Hadiwijaya ganti mendatangi Arya Penangsang untuk mengembalikan keris Kyai Setan Kober. Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan didamaikan Sunan Kudus. Hadiwijaya kemudian pamit pulang, sedangkan Sunan Kudus menyuruh Penangsang berpuasa 40 hari untuk menghilangkan Tuah Rajah Kalacakra yang sebenarnya akan digunakan untuk menjebak Hadiwijaya tetapi malah mengenai Arya Penangsang sendiri pada waktu bertengkar dengan Hadiwijaya karena emosi Aryo Penangsang sendiri yang labil.
========================================================================
Dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat bertapa. Ratu Kalinyamat mendesak Hadiwijaya agar segera menumpas Arya Penangsang. Ia,, yang mengaku sebagai pewaris takhta Sunan Prawoto, berjanji akan menyerahkan Demak dan Jepara jika Hadiwijaya menang.

Hadiwijaya segan memerangi Penangsang secara langsung karena merasa sebagai sama-sama murid Sunan Kudus dan sesama anggota keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara, "barangsiapa dapat membunuh bupati Jipang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Mataram."

Kedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi mendaftar sayembara. Hadiwijaya memberikan pasukan Pajang dan memberikan Tombak Kyai Plered untuk membantu karena anak angkatnya, yaitu Sutawijaya (putra kandung Ki Ageng Pemanahan ikut serta).
========================================================================
Ketika pasukan Pajang datang menyerang Jipang, Arya Penangsang sedang akan berbuka setelah keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan atas nama Hadiwijaya membuatnya tidak mampu menahan emosi. Apalagi surat tantangan itu dibawa oleh pekatik-nya (pemelihara kuda) yang sebelumnya sudah dipotong telinganya oleh Pemanahan dan Penjawi. Meskipun sudah disabarkan Arya Mataram, Penangsang tetap berangkat ke medan perang menaiki kuda jantan yang bernama Gagak Rimang.

Kuda Gagak Rimang dengan penuh nafsu mengejar Sutawijaya yang mengendarai kuda betina, melompati bengawan. Perang antara pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore.
" Akibatnya perut Arya Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik Sutawijaya. Meskipun demikian Penangsang tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip di pinggang.
Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya Penangsang terpotong sehingga menyebabkan kematiannya."

Dalam pertempuran itu Ki Matahun, Sang patih Jipang, tewas pula, sedangkan Arya Mataram meloloskan diri. Sejak awal, Arya Mataram memang tidak pernah sependapat dengan kakaknya yang mudah marah itu.
====================================================================
demikianlah dasar sejarah yang membuka Api di Bukit Menoreh,
kemudian sisa-sisa laskar Jipang terus bergerilya, bertempur untuk melampiaskan dendamnya atas kematian Arya penangsang, diantaranya adalah Tohpati senapati Jipang yang terkenal sakti.. (didlam kisah juga disebut sebagai Macan Kepatihan)

bagaimana kisah petualan selanjutnya mari kita baca karya S.H. Mintardja- Api di bukit menoreh selamat membaca,,...

Monday, April 30, 2012

tanu metir

Ketenaran seseorang berpengaruh juga bagikepercayaan orang lain terhadapnya. 
Meskipun ketenaran belum tentu menunjukkan
ukuran sebenarnya dari seseorang.

 Api di Bukit Menoreh,333, jilid 8, S.H. Mintardja

Sunday, April 15, 2012

ngelmu Pring - Romo Sindhunata

mencoba menulis kembali
apa yang sudah ditulis oleh romo Sindhunata dalam "air kata-kata"

NGELMU PRING (mengasah ilmu dan falsafah dari bambu)
 okey langsung saja.. 

 Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol


pring padha pring, eling padha eling
eling dhirine ,eling pepadhane
eling patine, eling Gustine


Pring iku deling, tegese kendel lan eling
Pring padha pring, eling padha eling
Pring iku suket,dhuwur tur jejeg


Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol


Pring ori, urip iku mati
Pring apus, urip iku lampus
Pring petung, urip iku suwung
Pring wuluh, urip iku tuwuh
Pring cendani, urip iku wani
Pring kuning, urip iku eling


Pring padha pring, Eling padha eling
Eling dirine, Eling pepadhane
Eling pathine,Eling gustine

Pring iku mung suket
Ning kabeh asale seko saka pring
 
kepang asale seko pring
Sajen asale pring
Lincak asale pring
Pager asale pring
Usuk asale pring
Cagak asale pring
Gedhek asale pring
Tampar asale pring
Kalo asale pring
Tempah asale pring
Serok asale pring
Tenggok asale pring
Tepas asale pring
Pikulan asale pring
Walesan pancing asale pring
Jangan bung asale pring
Bunthel genbus asale pring
Wong urip asale pring
Uripe kudu eling
Matine digothong nganggo pring
Muleh asale ing ngisor pring

pring padha pring, eling padha eling
eling dhirine, eling pepadhane
eling patine, eling Gustine

Pring iku mung suket
Nanging gunane akeh banget
yaiku jenenge ngelmu pring
dadia kaya pring

prasaja ora duwe apa-apa
ning merga ora duwe apa-apa
bakal bisa dadi apa-apa
,kaya pring..


Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol


susune sopo sing menthe-mentheg,susune pring
bokonge sapa sing megal megol,bokonge pring
pring susu pring bokong
pring iku ibu sing momong

Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol


ora gampang tugel merga melur
pring kena dienggo mikul
barang sing abot
pikulen bot repoting uripmu
nganggo pring tegese, aja kaku uripmu
melura, pasraha, baumu
bakal bisa nyangga kabeh sanggane uripmu


Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol

Pring iku gampang tuwuh
lemahe bera lemahe subur
mangsane garing mangsane rendheng
pring iku terus modot
nyuwara kemresek lan kemlethek
pucuke mbedhah clumpringe
kang mbebed lan wuled
ing mbengi pinuju sepi


swarane kemrenyes merak ati :
aja nggresula aja sedhih
dudu kowe ning Gusti
sing bakal nuwuhake, nggedhekake,


nyempulurake uripmu tanpa kowe ngerti
ngerti-ngerti kowe wis ketiban rejeki
cukup sandhang cukup pangan mukti pakarti


Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol


njerone pring iku bolong tanpa isi
nanging bolong iku ngemu isi
yaiki sejatining ngelmu pring :
golekana isine wuluh wung wang
dadio isi sajroning suwung


pring padha pring, eling padha eling
eling dhirine, eling pepadhane
eling patine, eling Gustine


Dr. Gabriel Possenti Sindhunata, S.J.

mencoba memaknai ini, sulit namun mungkin jika bisa dijalani mungkin kembali menambah hakikat hidup itu sendiri..

mahendra dan anak2nya

Dihari berikutnya, maka segala persiapan sudah hampir
selesai. Rumah Arya Kuda Cemani sudah di hias dengan tarub.
Jika senja turun, maka rumah dan halamannya nampak terang
benderang. Lampu minyak dan onc or sudah dipasang dimana-
mana.
Di hari berikutnya, barulah Mahisa Bungalan datang.
Akuwu Sangling itu ingin menunggui adiknya yang akan
menikah meskipun Mahisa Bungalan juga merasa heran,
kenapa Mahisa Murti sama sekali belum tergerak hatinya
untuk memilih seorang kawan hidup.
Baru setelah sehari berada di Singasari, diluar pengetahuan
Mahisa Murti dan Mahisa Pukat, Mahendra telah
menceriterakan hubungan yang rumit antara Mahisa Murti,
Mahisa Pukat dan Sa si, seorang gadis cantik anak Arya Kuda
Cemani
Mahisa Bungalan hanya dapat menarik nafas dalam-dalam.
Seperti ayahnya iapun merasa iba terhadap Mahisa Murti.
Tetapi ia tidak boleh menyatakannya, karena dengan demikian
maka ia akan dapat meny inggung perasaannya. Juga ia tidak
dapat berbicara tentang hal itu kepada Mahisa Pukat.

Thursday, April 12, 2012

CONCLUSION

conclusion of pelangi di langit singosari, mantap.... garang, tajam, menggetarkan sukma...tidak cukup untuk disampaikan cuman berkata didalam hati..


1. sesakti- sakti apapun manusia akan tetap kalah dengan kekuasaan yang lebih tinggi, Kematian oleh kehendak Sang Pencipta..

2. setiap kehidupan mempunyai alur masing-masing bukan berarti bahwa yang kaya itu kaya dan yang miskin itu miskin
yang keliatan mewah jasmaninya belum tentu mewah pula landasan kajiwannya.. begitu pula sebaliknya..

semuanya bertugas pada wahyu masing2 menjadi apa seperti mahisa agni, wintarta sang patih pakuwon, ken dedes ibu raja jawa, sumekar (batil pengalasan), mahendra, ranggawuni dan mahisa cempaka 'sang sepasang ular naga di satu sarang' kemudian mahisa murti dan pukat... juga orang2 yang benar2 mengasingkan diri seperti pemilik pedang kehijauan...atau seorang akuwu lemah warah yang menyamar menjadi rakyat...

kemudian para pemberontak kediri, prajurit2 telik sandi yang bekerja di belakang layar untuk negara tanpa siapapaun tau jasanya...

 akhirnya semua akan kembali pada jalan masing-masing
tidak perlu menyesali atau mengumpati nasib, paling tidak semua orang sudah berusaha...
tidak ada yang tau kita akan dilahirkan pada keluarga siapa, agamanya apa...
semua sudah ada jalannya manusia tinggal memahami, terus berusaha untuk menjadikan dirinya bermakna dimanapun dia ditempatkan, dimanapun dia ditugaskan oleh Pencipta..

entah menjadi mahisa pukat yang menjadi pelatih di sanggar kesatriyan, Singasari
atau mahisa murti yang tetap memilih jalannya di padepokan terpencil Bajra Seta, namun berarti untuk padukuhan disekitarnya..
besar dan kecilnya akhirnya tergantung kepada seberapa besar kita memaknaik jalan yang harus kita lewati... bukan semata hanya materi yang terlihat, namun lebih  ke hasil secara keseluruhan... kajiwan dan kanuragan...

tentang kekayaan

Meskipun semua orang pada umumnya memerlukan uang,
tetapi tidak semua orang menjadi rakus dan menganggap uang
adalah puncak dari segala -galanya." Mpu Sidikara dalam perjalanan ke Bajra Seta
hlhp 8806, S.H. Mintardja

Wednesday, April 11, 2012

mahendra dan Mpu Sidikara

"mPu Sidikara mengangguk sambil menjawab dengan
sungguh-sungguh "Sebenarnyalah demikian. Mahisa Pukat
memang seorang anak muda yang akan dapat memegang masa
depan. Karena itu, maka penempatannya di Kasatrian adalah
tepat sekali."

Mahendra tidak bertanya lagi. Kepalanya masih saja
menggangguk-angguk kecil. Dengan demikian maka ia telah
meletakkan banyak harapan pada Mahisa Pukat bagi masa
depannya.

Namun Mahendrapun teringat pula kepada Mahisa Murtii
Mahisa Murti dalam segala hal tidak kalah dari Mahisa Pukat.
Seandainya ada selisih diantara keduanya, maka selisih itu
hanya selapis-selapis tipis. Namun nasib keduanyalah yang
memang berbeda.

Tetapi agaknya Mahisa Murtipun telah meletakkan
pilihannya. Sebagaimana Mahisa Pukat mengabdi di
Ka satrian, maka Mahisa Murtipun telah memilih tempat
untuk mengabdi. Di Padepokan Bajra Seta.

hlhp-8778

Monday, April 2, 2012

agustaisme

aku kembali duduk diantara orang-orang kecil
bercengkarama bersama arteri-arteri sendi kehidupan yang pelik
karena aku yakin semua orang pasti ingin senang,
siapa sih yang mau hidup susah?
ha?

tapi mengapa akhir-akhir ini semakin sering saja melihat ketimpangan-ketimpangan itu..
semua orang memang berusaha untuk menjadi lebih baik, setiap waktu
menurut caranya masing-masing, memberi yang terbaik untuk penghidupannya..

Memang kenyataan sering berbicara lain, tapi bukankah kita layak menjadi orang layak..
menjadi benih-benih subur ditengah gersangnya hutan,hutan kekuasaan..

lelah
 

ngetik jadi baca chiken soup..

                                                                   Ibu sejati
Ibuku baru mulai bekerja di luar rumah setelah agak berumur. Kemudian dia bekerja paruh wkatu di toko roti, melayani pembeli. Dia membiarkanku bermain di tempat yang dapat diawasinya dari jendela, dan aku kerap berlari masuk untuk mendapatkan jajanan. Pada waktu itu, dia percaya hanya matanya sajalah yang cukup dapat diandalkan untuk menjamin keselamatanku. Dia selalu menjadi ibu sejati.
Amat jelas bagiku, bahkan sejak usia dini, bahwa menjalankan status sebagai “ibu” adalah identitas terpenting bagi ibuku. Aku merasakannya dari caranya memandangku, dari suaranya, dari sentuhannya. Sejak awal, nyaris seperti sudah disetel, ibuku memberiku bagian terpenting dari dirinya disamping cintanya-perhatiannya. Dengan segala masalah yang mehadangnya, macam-macam kendala, tuntutannya sendiri dari perkawinan dan dari hidupnya, paling tidak dia telah memperoleh satu target-menjadi ibu sejati.


Kadang-kadang dia menjadi berlebihan. Jika udara dingin, aku akan mengenakan berlapis-lapis baju hangat dan harus mengenakan pelindung telinga. Jika udara panas, dan apartemen kami selalu panas, dia akan mengungsi ke pantai  dan membawaku ke laut. Dia seorang ibu yang pencemas, dan ketika salah satu keluarga kehilangan anak mereka karena penculikan, ibuku menaruh botol-botol berisi koin diatas bingkai jendela supaya, bila botol itu jatuh, dia sudah sempat diperingatkan akan adanya orang yang berusaha masuk secara paksa ke dalam rumah. Dan bila ada yang mengancamku di sekolah dengan konfrontasi model anak sekolahan, ibuku akan langsung menghadapi mereka jika dia tahu. Dia adalah pelindungku, pendukungku, dan orang pertama yang pernah membuatku merasa aku ini istimewa, tiada bandingnya dimanapun.
Aku masih bisa mendengar suaranya memberiku semangat pada waktu kencan pertamaku. “Pergilah”, dorongnya. “Bersenang-senanglah” katanya sambil tersenyum.”Dan jangan bolehkan dia menyentuhmu” katanya memperingatkan.


Dan ketika aku sudah lebih besar, suatu kali pacarku membiarkan aku menunggunya padahal dia sedang berjalan-jalan menyusuri dermaga bersama cewek lain, ibuku mencarinya kemudian menyampaikan kepadaku, “Aku sudah mengajarinya sesuatu”. Meski aku merasa dipermalukan oleh tindakannya waktu itu, kejadian itu selalu kukenangkan.
Dalam kehidupanku selanjutnya,aku bertanya-tanya bagaimana dia bisa tahu begitu banyak tentang aku bahwa aku tidak terlalu mengenal diriku sendiri. Dia tahu meski nilai-nilaiku disekolah termasuk rata-rata saja, itu karena aku bosan saja, tetapi sebenarnya aku cukup cerdas. Dia tetap percata padaku sewaktu aku melakukan kekeliruan yang sudah bisa membuat orang lain mengangkat bahu. Dia menginginkan aku menjadi jauh lebih hebat daripada dirinya, sementara aku merasa ingin menjadi seperti dirinya dalam segalanya.
Baru-baru ini, kedua anakku-satu lelaki dan satu perempuan-datang berkunjung. Pada usia mereka yang empat puluhan, keduanya sudah menikah dan memiliki anak-anak sendiri. Mereka berdua kelelahan dan lansung saja tidur, satu di sofa yanglainnya di tempat tidur.

Pelan – pelan selagi mereka  tidur kuambil selimut dan kuselimuti mereka, seperti yang telah kulakukan berkali – kali ketika mereka masih anak – anak. Aku melepaskan kabel telepon, sehingga mereka tidak akan terganggu, menurunkan tirai dan dalam momen yang amat bermakna, aku memandang mereka, merasa bersyukur menjadi seorang ibu, yang seperti juga ibuku dulu, seorang ibu sejati

-Harriet May Savitz-

Thursday, March 29, 2012

ACT OF VALOR movie 2012 (sudah tayang belum ya di Indonesia?)

Jalani kehidupanmu
sehingga rasa takut tidak pernah mati dalam hatimu..
Jaga ibumu,,

dari orang lain dan lingkungan mereka

Ini menjadikan akan membuatmu dihormati
dan kamu lebih mencintai hidupmu
membentuk selangkah lagi hidupmu
memperbaiki segala sesuatu dalam hidupmu
untuk merubah hidup kamu yang lama
dan melayani orang-orang sekitarmu...


Ketika saatnya untuk mati,
tidak akan seperti mereka yang hatinya
dipenuhi dengan ketakutan akan kematian


bahwa ketika saatnya tiba,
mereka menangis,
dan berdoa untuk sedikit lebih lama
untuk menghidupkan kembali kehidupan mereka...
kemudian  mati seperti pahlawan
dalam perjalanan 'pulang'


Liutenant Rorke James Engel

'arc of valor' movie 2012

Didedikasikan untuk para prajurit khusus angkatan laut,- NAVY SEALS

Friday, March 23, 2012

kalau

Kalau engkau pintar jangan sombong
kalau engkau bodoh janganminder
kalau engkau kaya jangan semena-mena
kalau engkau miskin jangan berkecil hati
kalau engkau punya pangkat jangan angkuh
kalau engkau rakyat jangan terkucil
kalau engkau laki jangan engkau cemburu
kalau engkau wanita jangan engkau lihai
kalau engkau berilmu jangan takabur
kalau engkau setia jangan begitu setia
kalau engkau berucap lihatlah langit
kalau engkau sedih tertawalah
kalau engkau bahagia kadang akan menangis..
kalau engkau cuci tangan tanganmu pasti kotor lagi
kalau engkau air pasti dikalahkan api
kalau engkau api pasti dikalahkan tanah
kalau engkau tanah pasti dikalahkan udara
kalau engkau bangsawan kekayaanmu tidak kekal
kalau engkau proletar tak selamanya hatimu proletar

-Indra Agusta-

Monday, March 19, 2012

kehilangan pengamatan diri

setelah kemarin mahisa murti sempat mendinginkan diri Mahisa Murti, Pukat dan Sasi
getaran hati mahisa murti pun semakin berlanjut mahisa pukat yang tidak berani menyatakan perasaan cintanya ke Sasi, akhirnyapun meminta murti untuk mengungkapkan perasaannya.


betapapun bergejolak hatinya, mahisa murti pun berangkat dan singkat cerita mengatakan maksud kedatangannya ke rumah Sasi (rumah Raden Arya Kuda Cemani) dan memberi waktu untuk Sasi, cukup dengan isyarat saja. Mahisa Murti sorenya akan ke rumah itu lagi untuk pamitan sebelum pulang ke padepokan Bajra Seta.


sorenya Mahisa Murti datang dengan ayahnya, Mahendra untuk pamitan dan akhirnya dengan menganggukkan kepala Sasi menerima ungkapan rasa Mahisa Pukat, dada mahisa murti pun bergetaran..namun sebagai yang lebih tua memang harus bisa lebih empan papan terhadap situasi. kemudian Mahendra berbicara berdua dengan Raden Arya Kuda Cemani, sementara mahisa Murti masih berusaha mengendapkan guncangan nalarnya.


kemudian mereka pamit pulang.. mahisa murti memilih jalan lain, Mahendra pun tanggap akan apa yang dialami anaknya.. 
mahisa murti berjalanan di tengah gelapnya bulak...



Ketika ia berdiri di tengah-tengah bulak, maka Mahisa 
Murti itupun menghentikan langkahnya. Dipandanginya langit 
yang biru gelap digayuti oleh bintang gemintang dari 
cakrawala sampai ke cakrawala. 


Mahisa Murti mencoba beberapa kali menarik nafas dalam-
dalam untuk mengendapkan perasaannya. Namun setiap kali 
perasaannya yang telah bergejolak itu bagaikan menyala 
membakar isi dadanya. 


Tiba-tiba saja Mahisa Murti berdiri tegak diatas kedua 
kakinya y ang renggang. Kedua tangannya y ang mengepal tinju 
diangkatnya setinggi bahunya. 


Satu teriakan nyaring telah melengking memecahkan 
sepinya malam. Geterannya telah terlontar jauh membentur 
udara malam yang dingin. Gemanya pun telah bersahutan dari 
satu sisi dan sisi yang lain. 


Namun suaranya ternyata tidak meny entuh telinga siapa 
pun sehingga teriakannya sama sekali tidak menarik perhatian 
seorang pun. Bulak itu memang sepi, sesepi hati Mahisa Murti 
itu sendiri. 


Namun dengan demikian rasa -rasanya beban di dada 
Mahisa Murti berkurang. Meskipun masih terasa betapa 
pahitnya kenyataan yang harus dihadapi, namun Mahisa Murti 
telah menemukan kembali keseimbangan jiwanya. ...


#galau

Sunday, March 18, 2012

mahisa murti dan mahisa pukat


pertempuran di Kabuyutan Bumiagara antara pasukan kediri yang memberontak dengan singasari, dengan kabuyutan Bumiagara, dibantu prajurit Sandi Kediri dan Singasari serta beberapa cantrik dari padepokan Bajra Seta.


Mahisa Murti dan Pukat  kemudian mengunjungi ayahnya di Kotaraja, dan kemudian singgah di tempat Pemimpin Prajurit Sandi Singasari Raden Arya Kuda Cemeni, yang selalu berpakaian hitam dan konon memiliki ajipanglimunan. ketika singgah putrinya menyuguhkan jamuan kepada mereka dan hati Mahisa Murti dan Mahisa Pukat tertambat kepada Sasi. 


Semakin lama semakin akrab hubungan mereka. sampai akhirnya Arya Kuda Cemeni mengunjungi Mahendra untuk membicarakan masalah tersebut. dan kedua orang tua itu berpendapat sama. kemudian yang waskita adalah Mahisa Murti yang lebih dahulu tanggap keadaan kemudian dia dengan caranya yaitu mengajak pukat untuk kembali ke padepokan. walaupun hatinya terobek namun dia tidak menginginkan perselisihan diantara mereka.


berikut ketika Mahendra berbicara berdua dengan Mahisa Murti, tanpa sepengetahuan Mahisa Pukat


Namun dalam pada itu, Mahendrapun bertanya 
”Kapan kau akan kembali ke Padepokan Bajra Seta?” 
“Segera ayah. Dua atau tiga hari ini.” jawab Mahisa Murti. 
Mahendra mengangguk-angguk. 
Sementara Mahisa Pukat nampak gelisah.
 Ia seakan-akan berdiri dipersimpangan jalan. 
Rasa -rasanya memang sulit untuk mengambil sikap. 
Apakah ia akan ikut Mahisa Murti kembali ke Padepokan atau ia akan 
tetap tinggal di Singasari. 


Namun keputusan Mahisa Murti yang pasti bahwa ia akan 
kembali seorang diri ke Padepokan Bajra Seta atau bersama 
bersama dengan satu dua orang prajurit sebagai kawan 
berbincang telah membantu Mahisa Pukat untuk mengambil 
keputusan. 


Demikianlah maka Mahisa Murtipun dihari berikutnya 
telah mulai berbenah diri. Sementara Mahendra yang 
mendapat kesempatan berbicara tanpa kehadiran Mahisa 
Pukat telah bertanya berterus terang, apakah alasan yang 
mendorongnya untuk meninggalkan Mahisa Pukat di 
Singasari. 

Mahisa Murti menarik nafas dalam-dalam. Dengan nada 
dalam ia berkata ”Aku kira ayah dapat menangkap 
perasaanku. Aku dan Mahisa Pukat telah memasuki sebuah 
taman yang sama. Karena itu, maka salah seorang diantaara 
kami memang harus menarik diri jika kami tidak ingin saling 
berbenturan.” 

“Aku harus mengucapkan terima kasih atas sikapmu itu 
Murti. Ternyata bahwa kau benar-benar telah berpikir dewasa. 
Namun itu bukan berarti bahwa kau untuk selanjutnya akan 
jauh dari seorang perempuan. Karena telah menjadi garis 
kehidupan, bahwa seorang laki-laki akan menjadi sisihan dari 
seorang perempuan.” 


“Aku mengerti ayah” jawab Mahisa Murti ”pada suatu saat 
tentu akan datang waktunya. Aku harus berusaha menghapus 
bekas yang tergores dalam sekilas waktu didalam hidupku ini.”



Mahendra telah menepuk bahu anaknya sambil berkata 
”Aku yakin bahwa kebesaran jiwamu akan dapat mengatasi kesulitan perasaanmu.” 
“Aku mohon restu ayah.” desis Mahisa Murti kemudian. 



hijaunya lembah hijaunya lereng pegunungan jilid 101
hlmn 8066, S.H.Mintardja

Monday, March 5, 2012

untuk kawan dan saudara

Keadaan dan realita yang membesarkan saya,
hari - hari yang hebat telah saya lalui, dengan teman - teman yang hebat pula..
berbagi keluh, berbagi masalah, menghadapi masalah, menikam dan kadang tertikam

berkelakar sampai larut malam, membicarakan hal - hal yang jarang di bicarakan pemuda seusia saya,
berbicara tentang negara dari sisi netral, berbicara tentang hutan  yang mulai gersang
langkah - langkah kecil  orang - orang bawah..
sampai banyolan jorok ketika malam telah larut,

semuanya indah, semuanya cantik terasa..
ya seperti 'ujung aspal pondok gede'
memang kemudian waktu yang berbicara panjang..
ketika kebersamaan itu kini terhalang berbagai kesibukan, pekerjaan, kuliah, dan aktivitas lain..
semuanya memang masih sama, namun intensitasnya yang berkurang..
mereka dan saya berpacu dengan kuda masing-masing menuju hidup yang masih panjang(mungkin)..

merencanakan apa yang terbaik buat kehidupan mereka kelak, apapun hambatannya, apapun keluh kesah yang mereka lampiaskan... tapi tetap mereka ingin yang terbaik yang mampu mereka capai..
ini bukan semata persoalan materi, tapi lebih ke nilai - nilai yang akan mereka dapat setelah melalui perjalanan ini..
output apa yang akan mereka dapatkan dari apa yang telah mereka perbuat,

saya terkadang kangen dengan tingkah laku kocak dari kakak, teman dan adik-adikku yang sekarang entah mereka berada dimana, yang saya tau pasti itu adalah jalan terbaik buat kehidupan mereka dan saya tentunya...

akankah saya akan melalui perjalanan cantik bersma mereka lagi, entahlah..
hidup ini untuk disikapi, bukan hanya berkeluh kesah...
mari terus berjalan saudara - saudaraku.. menjadi dewasa tentunya, 
mungkin kelak kita akan bertemu dalam keadaan yang berbeda, namun kenangan indah itu akan tetap terukir di hati saya entah kalian...

ya mungkin kata terima kasih tepat untuk menggambarkan perasaan ini,
saya berharap di masa tua saya nanti saya masih bisa bertemu dengan kalian,
bercerita semalaman dengan kalian..
atau menghirup kabut - kabut tipis di tengah tengah hutan belantara..
terima kasih, teruslah melangkah..
dan mari melangkah..

Sampai kita kembali dipertemukan untuk menikmati kerinduan akan kebersamaan.

Indra A. 

Wednesday, February 22, 2012

hlhp ,7534


setelah pertarungan licik antara anak saudagar kaya dan anak buyut, mahisa murti memberi sepatah kata agar anak-anak muda dipadukuhan itu tidak terus terkungkung oleh kekuasaan saudagar kaya itu.


“Anak-anak muda,” berkata Mahisa Pukat: “jika demikian, 
maka adalah saatnya kalian berbuat sesuatu. Anak-anak muda 
adalah citra masa depan Kabuyutan. Jika kalian mulai 
sekarang sudah dibay angi dengan uang, maka kelak, siapa pun 
yang akan memegang jabatan di Kabuyutan ini, akan selalu 
dibayangi oleh kekuasaan uang itu pula. Karena itu, kalianlah 
yang harus merubah keadaan. Kalian wajib menentukan perubahan-perubahan itu sesuai dengan kehendak kalian. Jika 
kalian bersikap tegas dalam persatuan yang kokoh, maka 
kalian tentu akan berhasil.” 


-hijaunya lembah hijaunya lereng pegunungan, 7534, SH.Mintardja-

Monday, February 20, 2012

wejangan mahisa murti


dibawah ini adalah wejangan Mahisa Murti setelah pertempuran hebat terjadi antara penjahat yang sudah sembuh kemudian membangun padukuhan di dekat padepokan Bajra Seta, dengan teman-temannya yang sama sama dulu penjahat waktu menyerang padepokan Bajra seta beberapa waktu yang lalu.


Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan, Jilid 92
Halaman 7398(PDF) , Singgih Hadi Mintardja_


Dengan panjang lebar Mahisa Murti dan Mahisa Pukat 
menjelaskan,
bahwa perang bukanlah sekedar membunuh dan 
hilangnya rasa perikemanusiaan.
Meski pun hal seperti itu sulit untuk dihindari. 
Orang-orang padukuhan itu termangu-mangu sejenak. 
Tetapi mereka memang harus mengakui, bahwa mereka masih 
belum dapat mengekang diri mereka sehingga dalam 
pertempuran y ang baru saja terjadi, mereka masih juga 
diwarnai dengan sifat-sifat mereka sebelumnya. 
“Sudahlah,” berkata Mahisa Murti kemudian, “apa  ang 
terjadi adalah satu peringatan bagi kalian. Adalah kebetulan bahwa lawan kalian adalah orang-orang y ang kasar dan bahkan buas, sehingga kalian telah terpancing untuk 
melakukannya. Tetapi untuk selanjutnya kalian harus menempatkan diri kalian sebagaimana sikap seseorang yang  berakal budi.” 
Pemimpin padukuhan itu memang sempat minta maaf 
kepada Mahisa Murti dan Mahisa Pukat. 
Dengan nada rendah ia berkata: “Kami ternyata masih juga dibayangi oleh sifat-sifat 
kami dari hidup kami yang terdahulu.” 
“ Ingatlah,” berkata Mahisa Murti kemudian, “kalian yang 
dahulu, maksudku hidup kalian y ang lama, telah mati. Telah 
dikuburkan.
Kalian harus berada dalam satu dunia yang baru, 
karena kalian adalah orang baru yang dilahirkan kembali dengan sifat-sifat yang harus baru sama sekali.” 


---------------------------------------------------


Namun setiap kali Mahisa Murti dan Mahisa Pukat berkata: 
“Perang berbeda dengan pembantaian. Meski pun tujuan akhir dari perang memang kemenangan, 
tetapi nilai kemenangan itu jangan dikotori oleh 
tindakan-tindakan yang dapat 
menyinggung kesadaran kemanusiaan yang paling dalam.”