image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Monday, February 20, 2012

wejangan mahisa murti


dibawah ini adalah wejangan Mahisa Murti setelah pertempuran hebat terjadi antara penjahat yang sudah sembuh kemudian membangun padukuhan di dekat padepokan Bajra Seta, dengan teman-temannya yang sama sama dulu penjahat waktu menyerang padepokan Bajra seta beberapa waktu yang lalu.


Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan, Jilid 92
Halaman 7398(PDF) , Singgih Hadi Mintardja_


Dengan panjang lebar Mahisa Murti dan Mahisa Pukat 
menjelaskan,
bahwa perang bukanlah sekedar membunuh dan 
hilangnya rasa perikemanusiaan.
Meski pun hal seperti itu sulit untuk dihindari. 
Orang-orang padukuhan itu termangu-mangu sejenak. 
Tetapi mereka memang harus mengakui, bahwa mereka masih 
belum dapat mengekang diri mereka sehingga dalam 
pertempuran y ang baru saja terjadi, mereka masih juga 
diwarnai dengan sifat-sifat mereka sebelumnya. 
“Sudahlah,” berkata Mahisa Murti kemudian, “apa  ang 
terjadi adalah satu peringatan bagi kalian. Adalah kebetulan bahwa lawan kalian adalah orang-orang y ang kasar dan bahkan buas, sehingga kalian telah terpancing untuk 
melakukannya. Tetapi untuk selanjutnya kalian harus menempatkan diri kalian sebagaimana sikap seseorang yang  berakal budi.” 
Pemimpin padukuhan itu memang sempat minta maaf 
kepada Mahisa Murti dan Mahisa Pukat. 
Dengan nada rendah ia berkata: “Kami ternyata masih juga dibayangi oleh sifat-sifat 
kami dari hidup kami yang terdahulu.” 
“ Ingatlah,” berkata Mahisa Murti kemudian, “kalian yang 
dahulu, maksudku hidup kalian y ang lama, telah mati. Telah 
dikuburkan.
Kalian harus berada dalam satu dunia yang baru, 
karena kalian adalah orang baru yang dilahirkan kembali dengan sifat-sifat yang harus baru sama sekali.” 


---------------------------------------------------


Namun setiap kali Mahisa Murti dan Mahisa Pukat berkata: 
“Perang berbeda dengan pembantaian. Meski pun tujuan akhir dari perang memang kemenangan, 
tetapi nilai kemenangan itu jangan dikotori oleh 
tindakan-tindakan yang dapat 
menyinggung kesadaran kemanusiaan yang paling dalam.” 

No comments:

Post a Comment