image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Monday, May 21, 2012

lakon

"lakonono lelakonmu" 
begitu kata teman saya memang sepertilah kehidupan
harus menjalani  dan dijalani
mensyukuri, dan disyukuri..
berbagai konflik datang, perlahan namun semakin lama yang samar itu semakin jelas
problematika tak pernah berhenti...

mungkin untuk orang lain saya tidak tau
tapi untuk saya sendiri, saya ingin berkembang ke arah yang lebih pasti
tapi kemana..
selama ini hanya batin, dan jiwa saja yang terasah demikian kuatnya...
menahan benturan-benturan ynag tiada pernah berhenti..

sementara raga sya masih stagnan ditempat, saya masih duduk dibelakang kursi komputer ini
memandangi setiap lembar tingkah laku anak manusia
ada yang menjadi dewasa, menjadi kanak-kanak,
menjadi sombong dan arogan..
ingin selalu menjadi pemimpin setelah mencapai jabatan tertentu
agak kecewa mungkin dengan beberapa perubahan teman dekat,
namun itulah kehidupan semuanya memang akan terus berubah, termasuk saya tentunya

temanya masih sama saya ingin hidup yang layak, secara batin, jiwa maupun secara fisik
saya sudah jenuh cuman diinjak-injak orang karena saya miskin, saya lemah
jenuh cuman jadi bahan tertawaan, jenuh jadi cercaan...
jenuh mendengar berbagai tuntutan yang secara tidak langsung mau tidak mau harus saya jalani..

tapi ya inilah kehidupan, kalo tidak ada masalah ya tutup saja hidupnya..
saya sendiri sudah iklas menjalani kehidupan saya, tapi apakah saya kelak akan menjadi Mahisa Agni yang sakti itu... berbagai ilmu dan kesaktian yang mumpuni dia temukan,
menep jiwa dan batinya..
mampu menahan gejolak emosi dan perasaannya, serta goncangan - goncangan nalarnya..

namun sayang dari sisi lain mahisa agni lemah, dia tidak bisa mempersiapkan masa depannya..dia tidak lebih dari seorang sakti namun dalam urusan keluarga, dan anak-anak
dia tidak sanggup untuk mengambil keputusan karena memang keadaan memaksanya untuk bertindak demikian...

akhirnya semua kehidupan raga pun kembali pada materi,
materi, materi dan materi 
sebagus apapun kondisi kebatinan dan kejiwaan seseorang jika ia masih berhubungan dengan orang lain maka hubungan itu pula yang akan membentuk celah materi di sela-sela kehidupannya....

seseorang mungkin bisa menerima kehidupannya, apa adanya...
iklas, lair dan batin dan menyerahkan segala-galanya kepada Tuhan, walaupun dia masih berusaha,..

tapi apakah keluarganya juga bisa menerimanya? apakah keluargannya tidak menuntutnya?
untuk menggenapi hutang-hutang, atau untuk kepentingan lain...ya tingkat menep seseorang memang berbeda tapi apakah itu juga berlaku bagi orang ynag lebih tua dari kita...

lelah rasanya.. ketika saya sudah bisa menikmati hidup saya dengan apa adanya, tapi masih selalu saja diganggu dengan tuntutan - tuntutan harus punya gaji segini, PNS, membangun rumah, menyaur hutang, ganti nama tanah, mengurus pemecahan sawah, mengurus organisasi, mengurus perhimpunan, mengamati beberapa adik dan teman agar bisa selaras..
dan masih banyak lagi..
dan akhirnya saya tetap manusia biasa...

saya akhirnya terpuruk lagi.. hanya bisa terdiam. Mati.

No comments:

Post a Comment