image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Sunday, March 18, 2012

mahisa murti dan mahisa pukat


pertempuran di Kabuyutan Bumiagara antara pasukan kediri yang memberontak dengan singasari, dengan kabuyutan Bumiagara, dibantu prajurit Sandi Kediri dan Singasari serta beberapa cantrik dari padepokan Bajra Seta.


Mahisa Murti dan Pukat  kemudian mengunjungi ayahnya di Kotaraja, dan kemudian singgah di tempat Pemimpin Prajurit Sandi Singasari Raden Arya Kuda Cemeni, yang selalu berpakaian hitam dan konon memiliki ajipanglimunan. ketika singgah putrinya menyuguhkan jamuan kepada mereka dan hati Mahisa Murti dan Mahisa Pukat tertambat kepada Sasi. 


Semakin lama semakin akrab hubungan mereka. sampai akhirnya Arya Kuda Cemeni mengunjungi Mahendra untuk membicarakan masalah tersebut. dan kedua orang tua itu berpendapat sama. kemudian yang waskita adalah Mahisa Murti yang lebih dahulu tanggap keadaan kemudian dia dengan caranya yaitu mengajak pukat untuk kembali ke padepokan. walaupun hatinya terobek namun dia tidak menginginkan perselisihan diantara mereka.


berikut ketika Mahendra berbicara berdua dengan Mahisa Murti, tanpa sepengetahuan Mahisa Pukat


Namun dalam pada itu, Mahendrapun bertanya 
”Kapan kau akan kembali ke Padepokan Bajra Seta?” 
“Segera ayah. Dua atau tiga hari ini.” jawab Mahisa Murti. 
Mahendra mengangguk-angguk. 
Sementara Mahisa Pukat nampak gelisah.
 Ia seakan-akan berdiri dipersimpangan jalan. 
Rasa -rasanya memang sulit untuk mengambil sikap. 
Apakah ia akan ikut Mahisa Murti kembali ke Padepokan atau ia akan 
tetap tinggal di Singasari. 


Namun keputusan Mahisa Murti yang pasti bahwa ia akan 
kembali seorang diri ke Padepokan Bajra Seta atau bersama 
bersama dengan satu dua orang prajurit sebagai kawan 
berbincang telah membantu Mahisa Pukat untuk mengambil 
keputusan. 


Demikianlah maka Mahisa Murtipun dihari berikutnya 
telah mulai berbenah diri. Sementara Mahendra yang 
mendapat kesempatan berbicara tanpa kehadiran Mahisa 
Pukat telah bertanya berterus terang, apakah alasan yang 
mendorongnya untuk meninggalkan Mahisa Pukat di 
Singasari. 

Mahisa Murti menarik nafas dalam-dalam. Dengan nada 
dalam ia berkata ”Aku kira ayah dapat menangkap 
perasaanku. Aku dan Mahisa Pukat telah memasuki sebuah 
taman yang sama. Karena itu, maka salah seorang diantaara 
kami memang harus menarik diri jika kami tidak ingin saling 
berbenturan.” 

“Aku harus mengucapkan terima kasih atas sikapmu itu 
Murti. Ternyata bahwa kau benar-benar telah berpikir dewasa. 
Namun itu bukan berarti bahwa kau untuk selanjutnya akan 
jauh dari seorang perempuan. Karena telah menjadi garis 
kehidupan, bahwa seorang laki-laki akan menjadi sisihan dari 
seorang perempuan.” 


“Aku mengerti ayah” jawab Mahisa Murti ”pada suatu saat 
tentu akan datang waktunya. Aku harus berusaha menghapus 
bekas yang tergores dalam sekilas waktu didalam hidupku ini.”



Mahendra telah menepuk bahu anaknya sambil berkata 
”Aku yakin bahwa kebesaran jiwamu akan dapat mengatasi kesulitan perasaanmu.” 
“Aku mohon restu ayah.” desis Mahisa Murti kemudian. 



hijaunya lembah hijaunya lereng pegunungan jilid 101
hlmn 8066, S.H.Mintardja

1 comment:

  1. kedewasaan berfikir yang dilandasi kesadaran penuh tentang sesuatu , akan melahirkan tindakan yg tepat

    ReplyDelete