pertempuran di Kabuyutan Bumiagara antara pasukan kediri yang memberontak dengan singasari, dengan kabuyutan Bumiagara, dibantu prajurit Sandi Kediri dan Singasari serta beberapa cantrik dari padepokan Bajra Seta.
Mahisa Murti dan Pukat kemudian mengunjungi ayahnya di Kotaraja, dan kemudian singgah di tempat Pemimpin Prajurit Sandi Singasari Raden Arya Kuda Cemeni, yang selalu berpakaian hitam dan konon memiliki ajipanglimunan. ketika singgah putrinya menyuguhkan jamuan kepada mereka dan hati Mahisa Murti dan Mahisa Pukat tertambat kepada Sasi.
Semakin lama semakin akrab hubungan mereka. sampai akhirnya Arya Kuda Cemeni mengunjungi Mahendra untuk membicarakan masalah tersebut. dan kedua orang tua itu berpendapat sama. kemudian yang waskita adalah Mahisa Murti yang lebih dahulu tanggap keadaan kemudian dia dengan caranya yaitu mengajak pukat untuk kembali ke padepokan. walaupun hatinya terobek namun dia tidak menginginkan perselisihan diantara mereka.
berikut ketika Mahendra berbicara berdua dengan Mahisa Murti, tanpa sepengetahuan Mahisa Pukat
”Kapan kau akan kembali ke Padepokan Bajra Seta?”
“Segera ayah. Dua atau tiga hari ini.” jawab Mahisa Murti.
Mahendra mengangguk-angguk.
Sementara Mahisa Pukat nampak gelisah.
Ia seakan-akan berdiri dipersimpangan jalan.
Rasa -rasanya memang sulit untuk mengambil sikap.
Apakah ia akan ikut Mahisa Murti kembali ke Padepokan atau ia akan
tetap tinggal di Singasari.
Namun keputusan Mahisa Murti yang pasti bahwa ia akan
kembali seorang diri ke Padepokan Bajra Seta atau bersama
bersama dengan satu dua orang prajurit sebagai kawan
berbincang telah membantu Mahisa Pukat untuk mengambil
keputusan.
Demikianlah maka Mahisa Murtipun dihari berikutnya
telah mulai berbenah diri. Sementara Mahendra yang
mendapat kesempatan berbicara tanpa kehadiran Mahisa
Pukat telah bertanya berterus terang, apakah alasan yang
mendorongnya untuk meninggalkan Mahisa Pukat di
Singasari.
Mahisa Murti menarik nafas dalam-dalam. Dengan nada
dalam ia berkata ”Aku kira ayah dapat menangkap
perasaanku. Aku dan Mahisa Pukat telah memasuki sebuah
taman yang sama. Karena itu, maka salah seorang diantaara
kami memang harus menarik diri jika kami tidak ingin saling
berbenturan.”
“Aku harus mengucapkan terima kasih atas sikapmu itu
Murti. Ternyata bahwa kau benar-benar telah berpikir dewasa.
Namun itu bukan berarti bahwa kau untuk selanjutnya akan
jauh dari seorang perempuan. Karena telah menjadi garis
kehidupan, bahwa seorang laki-laki akan menjadi sisihan dari
seorang perempuan.”
“Aku mengerti ayah” jawab Mahisa Murti ”pada suatu saat
tentu akan datang waktunya. Aku harus berusaha menghapus
bekas yang tergores dalam sekilas waktu didalam hidupku ini.”
Mahendra telah menepuk bahu anaknya sambil berkata
”Aku yakin bahwa kebesaran jiwamu akan dapat mengatasi kesulitan perasaanmu.”
“Aku mohon restu ayah.” desis Mahisa Murti kemudian.
hijaunya lembah hijaunya lereng pegunungan jilid 101
hlmn 8066, S.H.Mintardja
kedewasaan berfikir yang dilandasi kesadaran penuh tentang sesuatu , akan melahirkan tindakan yg tepat
ReplyDelete