image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Monday, March 19, 2012

kehilangan pengamatan diri

setelah kemarin mahisa murti sempat mendinginkan diri Mahisa Murti, Pukat dan Sasi
getaran hati mahisa murti pun semakin berlanjut mahisa pukat yang tidak berani menyatakan perasaan cintanya ke Sasi, akhirnyapun meminta murti untuk mengungkapkan perasaannya.


betapapun bergejolak hatinya, mahisa murti pun berangkat dan singkat cerita mengatakan maksud kedatangannya ke rumah Sasi (rumah Raden Arya Kuda Cemani) dan memberi waktu untuk Sasi, cukup dengan isyarat saja. Mahisa Murti sorenya akan ke rumah itu lagi untuk pamitan sebelum pulang ke padepokan Bajra Seta.


sorenya Mahisa Murti datang dengan ayahnya, Mahendra untuk pamitan dan akhirnya dengan menganggukkan kepala Sasi menerima ungkapan rasa Mahisa Pukat, dada mahisa murti pun bergetaran..namun sebagai yang lebih tua memang harus bisa lebih empan papan terhadap situasi. kemudian Mahendra berbicara berdua dengan Raden Arya Kuda Cemani, sementara mahisa Murti masih berusaha mengendapkan guncangan nalarnya.


kemudian mereka pamit pulang.. mahisa murti memilih jalan lain, Mahendra pun tanggap akan apa yang dialami anaknya.. 
mahisa murti berjalanan di tengah gelapnya bulak...



Ketika ia berdiri di tengah-tengah bulak, maka Mahisa 
Murti itupun menghentikan langkahnya. Dipandanginya langit 
yang biru gelap digayuti oleh bintang gemintang dari 
cakrawala sampai ke cakrawala. 


Mahisa Murti mencoba beberapa kali menarik nafas dalam-
dalam untuk mengendapkan perasaannya. Namun setiap kali 
perasaannya yang telah bergejolak itu bagaikan menyala 
membakar isi dadanya. 


Tiba-tiba saja Mahisa Murti berdiri tegak diatas kedua 
kakinya y ang renggang. Kedua tangannya y ang mengepal tinju 
diangkatnya setinggi bahunya. 


Satu teriakan nyaring telah melengking memecahkan 
sepinya malam. Geterannya telah terlontar jauh membentur 
udara malam yang dingin. Gemanya pun telah bersahutan dari 
satu sisi dan sisi yang lain. 


Namun suaranya ternyata tidak meny entuh telinga siapa 
pun sehingga teriakannya sama sekali tidak menarik perhatian 
seorang pun. Bulak itu memang sepi, sesepi hati Mahisa Murti 
itu sendiri. 


Namun dengan demikian rasa -rasanya beban di dada 
Mahisa Murti berkurang. Meskipun masih terasa betapa 
pahitnya kenyataan yang harus dihadapi, namun Mahisa Murti 
telah menemukan kembali keseimbangan jiwanya. ...


#galau

No comments:

Post a Comment