Tangis Tuhan untuk mereka yang lupa
Oleh : Indra Agusta
Selasar berdinding tembok dingin, beratap langit. Hamparan segala debu menyelimutinya dari embun pagi. Wajah-wajah itu, tatapan-tatapan muram, namun percikan matanya tak mau menyerah meski kalah telak dengan nasib.
Di emper itu tiap hari selepas tengah malam kau sandarkan harapan-harapanmu tentang hidup yang tak dapat kau rayu. Kais demi kais sampah menempati relung plastik tua yang tersampir di sepeda yang tak kalah tuanya.
Teh hangat yang mungkin sedari pagi menggantung dibotol bekas air mineral, botol yang mungkin tidak berguna bagi mereka yang membelinya, hanya sekilas diminum botol itu dibuang, namun menampung segala dahaga dikerongkonganmu.
Engkau adalah samar itu, raut-raut yang dititik itu mata ini, mata anak manusia mendalam menyayanginya, meski nasib anak manusia tak kalah punahnya.
Engkau mungkin titik-titik api yang diredupkan jaman, engkau adalah debu yang dilindas getir sengkala perubahan.
Engkau barangkali lapar,
Engkau barangkali haus,
Namun lihat itu umat Tuhanmu bisu bibirnya, tuli telinganya, picak matanya,
melihat engkau tergeletak diemperan sepanjang malam, menunggu matimu, dan nyaris terlupa. Mungkin lewat tulisan ini engkau takkan dilupa, tulisan yang menuliskan sejarah pepat jalma.
Yang orang tuaku dengan sesak menangisimu, mendalam tangisnya dihadapan kami anak-anaknya, semua adalah soal orang-orang malam sepertimu, manusia malam yang menggenggam rembulan, yang mimpinya berhamburan ketika subuh menjelang, yang jangan-jangan engkau adalah Engkau, Engkau yang menyamar menjadi engkau....Engkau yang dilupakan, dibiaskan....
Yang Yesus, Isa sang Anak Manusia melukiskan
"Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan;
ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan;
ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku."
atau Muhammad Manusia Suci itu menuliskan :
“Wahai anak Adam Aku meminta minum padamu sedang engkau enggan memberi-Ku minum.
Ia berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?
Allah menjawab: Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak memberinya, sekiranya engkau memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya.” (HR. Muslim)
Demikianlah ada tangis sesenggukan pagi itu, untukmu manusia-manusia malam yang selalu dalam lintasan cintanya dan cinta-Nya.
Sukowati, 24 Januari 2018
Untuk semua manusia malam,
dan untuk tangis sang guru bagi semua mahkluk yang lupa mencinta-Nya.
No comments:
Post a Comment