Kematian,
Sebuah kata yang mengandung berjuta persepsi dan misteri. Kata yang mewakili proses penting dalam rangkaian perjalanan jalma menuju Tuhannya.
Yang paling banyak ditemui tentu adalah mereka yang ketakutan mengalaminya. Dengan berbagai alasan baik kelasnya hardware maupun software kebanyakan mereka tidak siap jika ditawarkan pada datangnya mati.
Ketakutan akan kehilangan, disinilah sebenarnya hakikat dasar manusia, karena manusia memang tidak mampu hidup berpisah dengan orang lain maupun hal-hal yang dekat dengan mereka. Selanjutnya bentuknya bisa variatif salah satunya takut mati.
Bagi orang yang mendalami Jawa, tentu akan sangat tahu bahwa mendalami kematian adalah satu paradigma perenungan yang dalam. Kita bisa menganalisisnya bagaimana orang-orang tua kita menyiapkan sebaik-baiknya matinya. Dari soal jasadiyah, misalnya semakin mengurangi jumlah makanan ditubuh, menurunkan kadar 'pingin kadonyan' , sampai memantabkan hati untuk bertemu Sang Pemilik Sejati.
Jadi terciptalah term bahwa jika orang modern bilang 'hidup itu menunggu mati' orang Jawa akan sangat tenang berkata Mati harus disongsong dengan kemuliaan hidup.
Kematian kadang juga disebut sebagai keniscayaan yang masih berupa misteri. Semua orang tahu kematian adalah kepastian namun waktunya menjadi misteri.
Sama seperti kelahiran, semua orang tahu jika kehamilan akan mengakibatkan kelahiran, namun siapa yang berani jamin sang bayi menghembuskan nafas hidup? Disitulah Misteri Tuhan.
Hingga ketika sang bayi lahir, dan hidup orang baru bisa menerka, ini waktunya misteri itu dipecah.
Demikian pula dengan waktu mati, orang baru akan tahu setelah terjadi, setelah kita mati mereka baru dibukakan tabir misteri Tuhan, berupa kematian, yang kalau direnungi lagi juga merupakan proses kelahiran menuju dimensi lain, dimensi yang lebih sempurna daripada dunia yang lapuk dan fana ini..
Kelahiran dan kematian akhirnya menjadi retorika tersendiri,
Mengutip Nabi Daud bahwa perjalanan manusia hanyalah dari Debu menuju kembali ke Debu..
Atau perkataan Tuhan yang diwahyukan ke Muhammad.
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” (Al-Baqarah: 28).
Selamat merenung, menyongsong kematian..
Kleco Wetan, 5 Januari 2017.
Indra Agusta.
No comments:
Post a Comment