Oleh : Indra Agusta
Sore ini merampungkan buku berat soal PKI 1948 di Madiun, karya Dr. Harry A poeze sejarawan senior ki KITLV.
Akhirnya pemaksaan Ideologi, aliran, keyakinan, apapun menganggap diri paling benar sementara yang lain pasti salah. Tidak mau mencari apa yang bisa dirundingkan. Selalu gampang terprovokasi, main tabrak, arogansi, agitasi yang berbuah panjang pada disharmoni kerukunan rakyat.
Madiun 1948 adalah contoh nyata bagaimana sebuah ideologi bertabrakan, didukung dengan situasi politik Republik yang belum matang, akhirnya Batalyon bisa berhadapan dengan batalyon, Laskar bisa berhadapan dengan laskar, sampai akhirnya Rakyat harus Berhadapan dengan rakyat sendiri. Dari Madiun ini pula disimpan luka-luka yang akan meledak di 1965.
Bunuh membunuh terjadi begitu saja diantara sesama kita, anak-anak bangsa, Darah mengalir deras ke haribaan ibu pertiwi.
Yang rugi siapa?
Ya kita sendiri siapapun yang terlibat dalam konfrontasi mereka anak-anak Republik baik TNI, PKI, laskar Hisbullah, Laskar Merah, Barisan Banteng, tentara pelajar dst. Mereka orang-orang kita sendiri berseragam atau tidak.
Rakyat yang membunuh dan dibunuh adalah rakyat kita sendiri manusia-manusia Indonesia, Jawa terutama.
Dan sejarah untuk dipelajari dan diambil makna mendalam supaya tidak ada lagi perpecahan, pertengkaran hingga permusuhan karena pandangan politik.
PKI dan komunisme sudah dilarang, tapi Indonesia tetap saja terdiri dari berbagai aliran keyakinan, ideologi yang sangat mungkin jika dipaksakan akan mengulang2 lagi kesalahan yang sama. Disinilah sejarah harus diajarkan sebagai pemersatu bangsa, supaya sama-sama dewasa menghargai perbedaan.
Juga supaya tidak menambah lagi luka-luka sejarah yang belum selesai kasusnya sampai sekarang..
No comments:
Post a Comment