image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Tuesday, June 12, 2018

PAHLAWAN LEBARAN

Oleh: Indra Agusta

Dalam sebuah catatan Markesot pernah berlebaran dalam kesunyian. Mengurung diri rapat-rapat menjauh dari hirukpikuk keramaian Idul Fitri. Markesot dalam kesunyiannya nlungsungi. Dikala semua orang pulang ke kampungnya, desanya Markesot malah menjauh dari itu semua.
Sebagai manusia yang tak pernah mudik, kemarin saya mengiyakan ajakan teman untuk menikmati penuh sesaknya bis dari Sragen-Surabaya PP. hanya sekedar menikmati jalanan dipadat liburan ramadhan.

Orang-orang berduyun-duyun membawa tas besar, bersama harapan-harapannya bertemu yang dikasihi di desa. Semua hilir mudik menuju titik-titik tujuan, kabupaten-kabupaten kecil yang jauh dari kota metropolit Jakarta atau Surabaya.
Sebagian pemudik sudah menikmati smartphone sebagai layanan berkabar, sisanya handphone jadul.
Disetiap terminal selalu saja menelfon menginformasikan bahwa tujuan semakin dekat. Ah, lebaran selalu menarik diamati.

Lalu pikiran saya menerawang jauh ke orang-orang dibalik layar ini semua.

Admin Operator seluler, petugas checking ATM, sopir dan kondektur, Satpam atau penjaga rumah di kota metropolit yang merelakan waktunya untuk tak berlebaran demi kelancaran mudik para perantau.

Hal yang sama berlaku buat mereka para jurnalis, reporter yang terus menerus memberikan informasi Arus mudik bahkan sampai Arus Balik, Lalu tentara, polisi dan relawan kesehatan juga memberikan pengabdiannya,  mereka mungkin akan menikmati hangatnya rumah ketika semua sudah kembali ke tanah perantauan.

Yang tak kalah pelik adalah menyaksikan  para karyawan rumah makan yang melayani sampai H-1 lebaran, dibalik semua reuni yang kita adakan, juga kumpulnya keluarga diberbagai restoran mereka masih membanting tulang demi secuil kebahagiaan dirumah sambil menahan kerinduan karena terus menerus melihat kita asik menikmati kekangenan bareng handai taulan.

Akhirnya disetiap gegap gempita keramaian bersamaan itu pula muncul kesunyian.

Libur lebaran melulu menawarkan kebahagiaan, juga tatapan kosong kawan-kawan yang seumur hidupnya mengais recehan dijalanan.

Langkah-langkah jalma menuju sholat id akan segera berdentang, bermuara pada santapan guyonan serta akrabnya kekeluargaan.

Sementara saudaraku baru bangun dari tidurnya, menguap dan menggosok mata, dimana keluarga, siapa ayah ibu? dimana kampung halaman?  Disini tempat mata kalian nanar meludah dijalanan!

Selamat lebaran pejuang-pejuang sunyi.

KlecoWetan, 13 Juni 2018

1 comment: