dipersimpangan hujan kita bertemu,
dikala kesahmu tak berpendar cahyaku..
menyepi diantara bayang, dan menampik senyuman dari balik dimensi..
Siapa dirimu..?
Siapa diriku..?
..kita terkadang seperti kerbau yang tanpa tau arah,
dunia menyublim menjadi sebuah angan tak berbatas...
seperti ketakjuban akan goresan angin,
dimerdunya rintik bisik bambu...
hujan dan pertemuan...
hujan dan perpisahan...
langit cerah yang berganti mendung,
untuk kemudian diterpa kabut menjelang cerah menanti..
menjadi apa kita kelak,
bukankah kegelisahan terlampau merayu untuk diburu..
seperti apa kita kelak,
didalam kebisuan tersimpan secercah biru di ufuk yang menuju...
langit terus membiru,
bukankah awan akan terus berganti,
kita adalah enigma yang terkunci..
Kemudian kita bersandar, duduk dibangku yang mulai lapuk
semilirnya masih terasa,
embunnya masih terasa,
mungkin dikala hujan kelak kita kan bertemu...
Bukankah kita masih sama-sama suka hujan?
pada sebuah sore dikala hujan petang, tentang sajak hujan dan pertemuan
interprestasi nada dari Hujan dan Pertemuan-nya mas Gigih Gardika.
yang terus berulang-ulang diputar dan menciptakan atmosfernya tersendiri,
sampai lahirnya tulisan ini.
16 Maret 2015
- indragvsta -
No comments:
Post a Comment