image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Tuesday, March 24, 2015

Hey Bud, makasih ilmunya, sampai jumpa lagi :)

..sebuah senja yang berkisah, dalam kayuhan sepeda sepulang kerja..

Budi si "Batu Karang" 
 
Demikianlah aku menjulukinya, dulu waktu SMP masih sering ketemu waktu aku terkadag ngamen di sekitaran stasiun sragen, maklum dulu pas smp uang sakuku cuman 7000 seminggu, nggak cukup buat jajan, dan juga karena kondisi ekonomi keluarga yang lumayan sulit

 [walaupun orang rumah gk ada yang tau, intinya jangan ngrepotin keluarga yang udah sulit itu yang ada dipikiranku waktu itu, sampe sekarang].

Pernah suatu ketika ketika dia habis jualan koran, dan seperti biasa aku duduk termenung  di emperan toko setelah pulang sekolah, sehabis ngamen juga lumayan hasilnya buat jajan besok, umurku tak terpaut jauh dengan dia.

Tak ada kesan yang mendalam, sampai suatu ketika dia bertutur tentang masa kecilnya yang dibuang di kereta oleh ibu kandungnya yang seorang PSK, dan ditelantarkan begitu saja. Lalu tentang bagaimana  kehidupan dijalanan mendidik dia menjadi orang yang keras, dari kecil tak tau siapa ibunya, atau bapaknya juga tak tau...

Aku tau dia bahkan siapapun pastinya takkan pernah mau mau dilahirkan dari rahim PSK dan untuk ditelantarkan begitu saja, maunya setiap kita pasti ingin jadi manusia sewajarnya manusia. 

Tapi kita ternyata bukan Tuhan yang bisa milih, dari rahim mana kita lahir bukan?

moment yang paling kuingat itu gini, dia bilang ke aku...

" ndra, kowe duwe omah jik duwe wong tua kok malah luih seneng urip ng dalan..., aku wae kesel ndra urip ngene terus....
Aku kadang pingin leren, pingin urip normal kaya wong2 kui, omah-omah sing apik,  ning saiki aku mbokku wae ora ngerti, " 

Waktu itu aku cuman diam, spechless,  Kata2 yang tajam, dan selalu terngiang2 sampai sekarang dikala benar2 meninggalkan hidup dijalan dengan segala kebuasannya....


Sore tadi aku ketemu si budi, badannya tetap legam kena sinar mentari.
Tak ada lagi koran yang disandangnya, sekarang berganti dengan botol2 minuman dingin + rokok.

Tau apa yang dia bilang ke aku?
Awakmu saiki tambah lemu ndra (sambil tersenyum) kerja ndi saiki ndra..? 

Wes sukses ketoe saiki..

Jaga warnet bud.., alah gajine ora sepiro bud... amien bud, sukses kan relatif ora mesti sukses kudu sugih,

Alah sak mangan2e ndra penting ora maling....
(seraya tertawa)  
aku nganti saiki yo ora isa ngapa2 sekolah wae ra isa, jik mending kowe ndra isa sekolah... 
Nik yo tk syukuri sak dalan2'e lih golek pangan nyatane yo sih isa urip...
saiki asongan saya angel ndra, apa meneh bakulan ning jero kreta, akeh operasi 
Ning yo sih entuk hasil sithik2 ra ketan sok kucing-kucingan mbi polisi (Baca : Polsuspas)  
isa mangan wae seneng, durung pikiran apa2, omah ra duwe po meneh bojo, 
 penting sukben uripmu kudu luih apik timbang uripku ndra... 
tur aja lali suk nik isa saya mapan...aja lali kekancan,

Alah santai wae bud, kaya ra reti aku wae... Hehe

Ia tetap tersenyum berkelakar sejenak sebelum aku meninggalkan dia, satu yang tak berubah tapi tatapannya yang tajam menerawang jauh mengisyaratkan kenyataan hidupnya... Yang selalu pahit dan getir.... Tapi dia tetap bertahan. Terlintas dengan jelas guratan-guratan nanar dari mimik wajahnya, ada kesan yang begitu mendalam...

Ingin aku membantu, namun siapa aku? 
Akupun masih bergelut dengan hidupku, yang masih jauh dari kata "Save'

Sebuah sore diujung lorong stasiun sragen, bersama kawan lama...
Pertemuan singkat namun sangat bermakna, memiliki arti tersendiri..memberi api ditengah masa2 sulit..

seperti Tuhan yang bertutur lewat sikap, kenyataan , nilai dan perjuangan hidup seorang manusia

yang buatku pribadi jauh lebih membekas daripada khotbah di mimbar2 agama, yang sekedar disampaikan lalu berlalu untuk dilaksanakan oleh umat-umatNya.

Ngelmu Kasunyatan, begitu orang jawa bilang, berguru dari kenyataan..
.menangkap makna-makna yang tersirat dari sebuah kejadian, 

Sebagai Api, juga sebagai peringatan , untuk tak selalu melihat keatas,

Agar tak selalu cemburu pada samudera dan lautan luas,namun menjadi batu karang yang kuat.

Untuk tetap bersyukur, 
untuk tetap kuat menjalani hidup yang tak selalu berbuah manis,
Untuk tidak terus menatap langit, namun juga harus melihat kedalam pusaran bumi...

Melihat Paradoks bumi Manusia yang selalu saja berjalan kontras dan seimbang..

hmmm dunia selalu menawarkan cerita yang menyenangkan, dan selalu menarik untuk diamati.


Teman-mu
INDRA AGUSTA

No comments:

Post a Comment