image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Friday, March 27, 2015

Hilangnya berfikir lebih jauh, maunya praktis!


Dalam sebuah Percakapan
X : Mas, mbok minta tolong kerjain tugas anak saya, 
A : Loh, maaf buk ndak bisa kalo ngerjain tugas
X : La, ini tugas nya susah saya juga ndak ngerti,
      Mbok tolong mas,
A : Maaf buk, saya ndak bisa kalo ngerjain tugas,
X : Loh, mase iki jaga warnet mosok ra mudeng,(nadanya agak meninggi)
A : Iya buk, saya tau tapi saya ndak bisa kalo suruh ngerjain nanti yang dapet nilai saya dong.
X : Tak bayar luih wes mas, lipat 2 po 3 
A : Ngapunten buk, mboten saget.
X : Ya wes!, diwenehi rejeki ra gelem (ngedumel sendiri) 

Percakapan serupa diatas semakin banyak saya temui akhir-akhir ini, hal-hal kecil yang berimbas besar, merasa bahwa segalanya dapat dibeli dengan uang. secara tidak sadar menyeret anak-anak itu kedalam arus deras yang berbahaya,
yang layer upon layer dibangun di ddalam dirinya,
bayangkan jika hal tersebut terus berlanjut? bukankah dampaknya sangat menakutkan, ketika anak-anak tersebut berpikir bahwa dia bisa ngapain aja asal punya uang. 

Dari contoh diatas saja kasusnya adalah anak SD disuruh mengerjakan excel oleh gurunya.

Dalam hati saya bertanya, ini yang keliru siapa? kurikulum, pengajar atau pemerintah? 
Sudah siap belum anak-anak diajarkan ini, daya serap anak bagaimana? 
Kalau memang benar anak-anak pemikirannya sudah sampai demikian, 2 jempol saya berikan jika semua tugas murni hasil pemikiran mereka sendiri.
Namun jika tidak bukankah akan membawa efek yang sangat besar dikemudian hari?

Dari sisi anaknya mungkin dia takut kalau tidak mengerjakan nanti tidak dapat nilai,
Dari sisi ibunya pun saya paham betul bahwa generasi tua kita memang masih "gaptek" jadi benar-benar tidak tau.
Lalu dari anak tersebut saya hanya mendapat informasi bahwa gurunya hanya memberikan tugas, dan tidak begitu pintar dalam mengajarkan materi dikelas, (Sayapun tidak tau ini mungkin karena SDM anak ini kurang begitu bagus, atau memang gurunya benar-benar tak fasih dalam mengajarkan sesuatu)
yang jelas dalam pemikiran saya ada sesuatu yang kurang pas dalam hal ini.

Kemudian Saya memutuskan untuk menolak mengerjakan tugas diatas, Bukan karena saya tidak butuh uang, atau menolak rejeki  tetapi dalam hati saya selalu gelisah ketika berhadapan dengan hal-hal diatas.

Benak saya terus berfikir, Jika tugas mereka (anak2 itu) terbiasa dikerjakan oleh orang tua atau jika orang tuanya tidak bisa menyuruh orang lain dan membayar beberapa peser uang. 
apakah kedepannya akan berdampak bagus?

Bukankah ini sebuah kemunduran?
Lalu kapan mereka belajar menghadapi masalah?

Pendidikan diberikan bukankah untuk mengajari manusia menjadi lebih baik lagi? , bukan malah bergantung kepada orang lain. 
Lalu apa yang mereka cari? apakah pembelajaran hanya dinilai dari satu lembar raport diakhir semester? 
Jikalau demikian bukankah sudah sekian parahnya, kemunduran pendidikan.

Misalnya guru-guru hanya peduli dengan tugas yang dikumpulkan diatas meja mereka.
lalu murid-murid takut berekspresi sebisa mereka karena takut nilai mereka jelek. Lalu rela membayar uang sekian demi tugas, lalu dimana nilai sebuah usaha? Apakah yang dicari hanya nilai raport saja? Atau teori pencapaian menjadi manusia sudah demikian keliru?
 (lain kali saya akan nulis mengenai pencapaian)

Dampaknya mereka akan kurang berkreasi, kurang bereksperimen, dilanjut dengan kurangnya inisiatif. Lalu menjadi anak yang penurut karena miskin ide. Lalu ketika dari kecil terbiasa menyelesaikan masalah dengan membayar di kala dewasa merekapun akan menjadi seperti itu.
- terbiasa mengerjakan tugas dengan bayar orang
- menyuruh mengerjakan sesuatu dengan bayar orang
- jika nilai mereka jelek terpaksa bayar agar nilai mereka naik
- lalu demi masuk universitas favorit nyogok lewat belakang,
- jika males kuliah kemudian membeli ijazah agar dapet title.
- di dunia kerjapun akhirnya demikian, membayar sekian juta untuk jabatan tertentu
- dll

bukankah hal seperti ini banyak terjadi disekitar kita, bahkan mulai di'aminkan'/ mulai dianggap "biasa" Yang penting citra, tapi pengembangan dirinya ditinggalkan.

Jika memang demikian bukankah bisa dinanalogikan bahwa Jabatan sebagai presiden adalah sebagai puncak prestasi, bukan sebagai pengabdian atau passion dia? lalu kita kehilangan jati diri.

Punya kursi di DPR sebagai prestige tertentu untuk kepentingan pribadinya yang lebih luas, tapi dia lupa amanah apa yang dititipkan rakyat kepada mereka,

lalu kasus demi kasus korupsi menyerang, kita bikin KPK untuk memberi penyuluhan dari tingkat paling bawah memberi anak-anak itu untuk antikorupsi.

Sementara secara tidak langsung orang-orang tua meng-korupsi karakter anak-anaknya, lewat membuat segalanya praktis. Asal kuat bayar, wani piro? dsb. 
Menurunnya Mentalitas untuk berani menjadi diri sendiri dan mengembangkan apa yang ada didalam diri anak tersebut lambat laun terkikis, dikemudian hari mereka hanya berpikir untuk mencari uang yang banyak, tapi lupa siapa diri mereka?

Uang memang penting dan pasti dibutuhkan pula untuk pengembangan anak-anak.
tapi bukankah proses penempaan kepribadian mereka jauh lebih penting.

Mari berfikir lagi lebih jauh..

dari sebuah kegelisahan, 
temanmu
Indra Agusta.





 


Tuesday, March 24, 2015

Hey Bud, makasih ilmunya, sampai jumpa lagi :)

..sebuah senja yang berkisah, dalam kayuhan sepeda sepulang kerja..

Budi si "Batu Karang" 
 
Demikianlah aku menjulukinya, dulu waktu SMP masih sering ketemu waktu aku terkadag ngamen di sekitaran stasiun sragen, maklum dulu pas smp uang sakuku cuman 7000 seminggu, nggak cukup buat jajan, dan juga karena kondisi ekonomi keluarga yang lumayan sulit

 [walaupun orang rumah gk ada yang tau, intinya jangan ngrepotin keluarga yang udah sulit itu yang ada dipikiranku waktu itu, sampe sekarang].

Pernah suatu ketika ketika dia habis jualan koran, dan seperti biasa aku duduk termenung  di emperan toko setelah pulang sekolah, sehabis ngamen juga lumayan hasilnya buat jajan besok, umurku tak terpaut jauh dengan dia.

Tak ada kesan yang mendalam, sampai suatu ketika dia bertutur tentang masa kecilnya yang dibuang di kereta oleh ibu kandungnya yang seorang PSK, dan ditelantarkan begitu saja. Lalu tentang bagaimana  kehidupan dijalanan mendidik dia menjadi orang yang keras, dari kecil tak tau siapa ibunya, atau bapaknya juga tak tau...

Aku tau dia bahkan siapapun pastinya takkan pernah mau mau dilahirkan dari rahim PSK dan untuk ditelantarkan begitu saja, maunya setiap kita pasti ingin jadi manusia sewajarnya manusia. 

Tapi kita ternyata bukan Tuhan yang bisa milih, dari rahim mana kita lahir bukan?

moment yang paling kuingat itu gini, dia bilang ke aku...

" ndra, kowe duwe omah jik duwe wong tua kok malah luih seneng urip ng dalan..., aku wae kesel ndra urip ngene terus....
Aku kadang pingin leren, pingin urip normal kaya wong2 kui, omah-omah sing apik,  ning saiki aku mbokku wae ora ngerti, " 

Waktu itu aku cuman diam, spechless,  Kata2 yang tajam, dan selalu terngiang2 sampai sekarang dikala benar2 meninggalkan hidup dijalan dengan segala kebuasannya....


Sore tadi aku ketemu si budi, badannya tetap legam kena sinar mentari.
Tak ada lagi koran yang disandangnya, sekarang berganti dengan botol2 minuman dingin + rokok.

Tau apa yang dia bilang ke aku?
Awakmu saiki tambah lemu ndra (sambil tersenyum) kerja ndi saiki ndra..? 

Wes sukses ketoe saiki..

Jaga warnet bud.., alah gajine ora sepiro bud... amien bud, sukses kan relatif ora mesti sukses kudu sugih,

Alah sak mangan2e ndra penting ora maling....
(seraya tertawa)  
aku nganti saiki yo ora isa ngapa2 sekolah wae ra isa, jik mending kowe ndra isa sekolah... 
Nik yo tk syukuri sak dalan2'e lih golek pangan nyatane yo sih isa urip...
saiki asongan saya angel ndra, apa meneh bakulan ning jero kreta, akeh operasi 
Ning yo sih entuk hasil sithik2 ra ketan sok kucing-kucingan mbi polisi (Baca : Polsuspas)  
isa mangan wae seneng, durung pikiran apa2, omah ra duwe po meneh bojo, 
 penting sukben uripmu kudu luih apik timbang uripku ndra... 
tur aja lali suk nik isa saya mapan...aja lali kekancan,

Alah santai wae bud, kaya ra reti aku wae... Hehe

Ia tetap tersenyum berkelakar sejenak sebelum aku meninggalkan dia, satu yang tak berubah tapi tatapannya yang tajam menerawang jauh mengisyaratkan kenyataan hidupnya... Yang selalu pahit dan getir.... Tapi dia tetap bertahan. Terlintas dengan jelas guratan-guratan nanar dari mimik wajahnya, ada kesan yang begitu mendalam...

Ingin aku membantu, namun siapa aku? 
Akupun masih bergelut dengan hidupku, yang masih jauh dari kata "Save'

Sebuah sore diujung lorong stasiun sragen, bersama kawan lama...
Pertemuan singkat namun sangat bermakna, memiliki arti tersendiri..memberi api ditengah masa2 sulit..

seperti Tuhan yang bertutur lewat sikap, kenyataan , nilai dan perjuangan hidup seorang manusia

yang buatku pribadi jauh lebih membekas daripada khotbah di mimbar2 agama, yang sekedar disampaikan lalu berlalu untuk dilaksanakan oleh umat-umatNya.

Ngelmu Kasunyatan, begitu orang jawa bilang, berguru dari kenyataan..
.menangkap makna-makna yang tersirat dari sebuah kejadian, 

Sebagai Api, juga sebagai peringatan , untuk tak selalu melihat keatas,

Agar tak selalu cemburu pada samudera dan lautan luas,namun menjadi batu karang yang kuat.

Untuk tetap bersyukur, 
untuk tetap kuat menjalani hidup yang tak selalu berbuah manis,
Untuk tidak terus menatap langit, namun juga harus melihat kedalam pusaran bumi...

Melihat Paradoks bumi Manusia yang selalu saja berjalan kontras dan seimbang..

hmmm dunia selalu menawarkan cerita yang menyenangkan, dan selalu menarik untuk diamati.


Teman-mu
INDRA AGUSTA

Tuesday, March 17, 2015

Hujan dan Pertemuan



dipersimpangan hujan kita  bertemu,
dikala kesahmu tak berpendar cahyaku..
menyepi diantara bayang, dan menampik senyuman dari balik dimensi..

Siapa dirimu..?
Siapa diriku..?

..kita terkadang seperti kerbau yang tanpa tau arah,
dunia menyublim menjadi sebuah angan tak berbatas...

seperti ketakjuban akan goresan angin, 
dimerdunya rintik bisik bambu...
hujan dan pertemuan...
hujan dan perpisahan...
langit cerah yang berganti mendung, 
untuk kemudian diterpa kabut menjelang cerah menanti..

menjadi apa kita kelak,
bukankah kegelisahan terlampau merayu untuk diburu..

seperti apa kita kelak,
didalam kebisuan tersimpan secercah biru di ufuk yang menuju...

langit terus membiru,
bukankah awan akan terus berganti,
kita adalah enigma yang terkunci..

Kemudian kita bersandar, duduk dibangku yang mulai lapuk
semilirnya masih terasa,
embunnya masih terasa,
mungkin dikala hujan kelak kita kan bertemu...

Bukankah kita masih sama-sama suka hujan?



pada sebuah sore dikala hujan petang, tentang sajak hujan dan pertemuan
interprestasi nada dari Hujan dan Pertemuan-nya mas Gigih Gardika.
 yang terus berulang-ulang diputar dan menciptakan atmosfernya tersendiri,
sampai lahirnya tulisan ini.

16 Maret 2015
- indragvsta -

 


Sunday, March 15, 2015

Mentari, Rembulan dan Hujan



Dingin yang kembali menyeruak, membalut bisu penaku
Lirih untaian sabda giri, mewarnai hijaunya lembah di pepatku..
akan kah beku,
Rembulan nan menawan malu-malu sinarnya berbisik diantara kelam,
Aku yang rindu pun, tak tau
bilamana mengecap surga hanya milik-Mu..

titik demi titik embun turun, membalutku dalam untaian gelisah tak beperih..
akankah hilang raguku, untuk bergegas menujumu..?
ufuk timur membingkai langit dengan pesonanya, sementara rembulan tak berlalu..
obrolan-obrolan berlalu, pijar pagi kemudian menari..

bergegasku,........
melangkahku,...........

pergi hingga bumi terbuai sang kala,
bunga-bunga tidur berserakan dan menjelma menjadi manusia..
mengalir mereka di arus suci tak bermuara..

hujan pun menanti tak pasti, menutupnya di beberapa lembaran tirai langit,
ataukah kita bertanya pada semesta yang tak bergantung...
pada riak-riak yang tak lagi mau berbuih,

kita membuai diri, dalam lamunan...
merengkuh jejak-jejak langkah yang sempat tertinggal...
mengukir hari, menempuh waktu..

Sepi,............
lalu pelan berjejak di jalan pulang, 
semakin membiru digelisah disyahdu malam datang...


Untuk sebuah retorika,
di rembulan yang berbalut senja cerah,
di semburat pagi, namun rembulan masih menanti..
di hujan yang sendu, namun mendungMu menemaniku..
lalu ditepian malam, dan petualang bergegas pulang..
di jalan yang masih samar terbentang....


----------Candi Cetho, 15 Maret 2015--------
Indra Agusta


Monday, March 9, 2015

Like Attract Like, Taukah kamu kita adalah Magnet? :)


..eh, calon istrimu kok mirip banget sih sama kamu?
..si abi sekarang maunya nyantri sama anak-anak santri aja,
..si Edo sekarang maunya bergaul sama orang-orang kaya saja, gk mau nongkrong sama kita - kita...
..semenjak dia bekerja di perusahaan itu, dia jadi hedon banget,gk mau makan di warteg,
..si Rani kumpulnya sama ibu-ibu arisan mulu, kerjaannya gosip tetangga....
..Vian dan budi kalau ngobrol tentang bola aja bisa semalaman suntuk tuh,
Ada sesuatu yang nampaknya tidak kutemui di dunia perkuliahan, saya kangen temen-temen SMA...
ini orang-orang pada ngomongin apa sih, asik banget ngobrolin politik..
brian, si drummer bilang wah si nova itu cantik bener ya.. udah cantik pinter main biola lagi...
gue udah pisah sama dia,'cause kita udah nggak nyambung lagi kalau ngedate..


Tentu hal-hal diatas pasti temen-temen alami kan,?
entah temen-temen nglakuin sendiri atau cuman mendengar percakapan diatas, menurut pengamatanku semua hal tersebut terjadi dimana aja, gk hanya di kota aja didesa juga seperti itu dan asumsinya semua manusia akhirnya memang seperti itu..

Manusia secara langsung atau tidak langsung akan menjadi magnet bagi sekitarnya, Dalam prakteknya kita secara tidak langsung akan menjadi follower yang bergerak "ingin menjadi" atau sekedar "dia inspirasi gue". 

Seperti beberapa remaja yang demam K-Pop mereka ingin menjadi seperti idola mereka, dari cara berpakaian,dandan, potongan rambut dll, atau beberapa band metal lokal yang kemarin berbondong-bondong ke Hammersonic, buat liat band idola mereka, ada yang sekedar inspirasi, ada pula yang getol ngelirik tangan si gitaris melihat teknik-teknik sayatan gitarnya, dan dalam hati bilang.. "suatu hari gue akan menjadi seperti itu".

Didesa sayapun ada bapak-bapak yang nge-fans abis sama Pak Karno (presiden RI), kebetulan beliau punya jabatan prestisius didesa, jadi pas ada acara hajatan atau apa ..as you know he always copied Sukarno.. 

Lalu disisi lain kita juga akan menjadi trendcenter yang diikuti oleh orang-orang yang nge-fans sama kita, entah untuk menjadi seperti kita atau sekedar menjadi influence buat mereka. Ketika saya SMA ada seseorang yang copy semua style saya, agak risih juga sih tapi ya namanya manusia tetap saja berbeda..kita semua berbeda. Trendcenter, ya manusia akan selalu diikuti oleh penggemarnya, dalam kasus yang sama namun dalam level yang berbeda..


Hal-hal ini berkembang terus seiring kita menjadi dewasa. 
Semakin dewasa kita keadaan ini selalu labil, bisa berubah setiap saat,tergantung keadaan, ekpektasi, mood, dll, tapi poinnya sama kita menjadi magnet bagi sesama kita. Menjadi seperti apa kita, kita akan selalu dikelilingi manusia yang mirip dengan kita.

Jadi saking fanatiknya metode ini, ada yang bilang jodoh itu wajahnya mirip sama kita :D (whateverlah it's GOD zone,..^^) 

Berikutnya, Kita akan lebih concern/nyaman ketika berbicara dengan seseorang dengan topik hal-hal yang kita sukai, atau dekat dengan beberapa kawan yang punya hobi sama, punya interest yang sama. Dari tahap menyukai beberapa kesamaan ada juga yang bahkan naik level ke hubungan yang lebih serius ke tahap pacaran, dan lebih lanjut lagi married.

Lalu jika kita mau melihat lebih jauh dan menangkap dunia dari perspektif yang lebih jauh, kita ada di lingkaran-lingkaran tertentu, semakin banyak dia berada di berbagai lingkaran ,semakin bagus 'sosial-nya, sebaliknya tentu tingkat keindividuan dirinya yang meraja .

Dalam pekerjaanpun bisa dibilang seperti itu, misalnya seorang PNS biasanya akan lebih dekat kepada PNS dan kemudian menikah, ditahun2 mendatang  mereka juga cenderung ingin anaknya menjadi PNS, dan mantu-nya pun biasanya harus PNS, Wow! banget kan? demikian betapa kuatnya magnet ini. 

It's about your mind, if you want to join inner circle of something, at least you just think what they think... 
you'll be connect.

Pertemanan demi pertemanan yang kita jalanipun akhirnya juga seperti itu, tentu kita tak hanya punya satu lingkaran misalnya hobi saya bersepeda, saya akan nyambung juga ngobrol dengan bapak2 yang suka bersepeda, tapi disisi lain saya penyuka musik-musik indie, lalu secara tidak langsung teman-teman disekitar saya juga adalah penikmat musik indie. Lingkaran lain misalnya dunia kemanusiaan saya juga akan seneng ketika bisa membantu orang, tanpa berharap ada balasan dalam bentuk apapun, teman2 saya pun seperti itu. 

Ironinya, hal ini terjadi juga untuk hal-hal yang negatif. Jika kalian sekolah pasti pernah liat sekumpulan manusia individu kutu buku yang doyan baca diperpustakaan, atau kalian menjadi bagian dari gang "tukang bolos" dan kalian akan enjoy dengan teman-temanmu melakukan hal-hal yang kamu anggap menyenangkan. 

Kitalah yang menentukan tipe orang seperti apa yang anda ijinkan mendekat kepada kita. The Filter of accepting circle's is you.

Dalam hal mencari pasangan-pun akhirnya juga seperti ini, 
Seseorang yang putus nyambung 'biasanya' deket dan akan deket pada mereka yang putus nyambung. 
Seseorang yang doyan selingkuh, akan menarik pasangan yang doyan selingkuh juga, Seseorang yang pendiam akan lebih suka juga pada sosok yang pendiam, 
Seseorang yang setia dan susah move on akan lebih nyambung dengan orang yang susah move on  begitu seterusnya...


dalam beberapa ajaran agama pun kita akan mendapatkan beberapa ajaran terkait.

Di Hindhu, hal seperti ini diangkat sebagai relevansi dari Karma.

Di Islam ada ayat yang paling populer di kalangan pencari pasangan :D
Al-Qur’an An Nur ;26 :
اَÙ„ْخـَبِيـْثــاَتُ Ù„ِÙ„ْØ®َبِÙŠْثـِÙŠْÙ†َ Ùˆَ اْلخَبِÙŠْØ«ُــوْÙ†َ Ù„ِÙ„ْØ®َبِÙŠْثاَتِ Ùˆَ الطَّÙŠِّبَاتُ Ù„ِلطَّÙŠِّبِÙŠْÙ†َ Ùˆَ الطَّÙŠِّبُÙˆْÙ†َ Ù„ِلطَّÙŠِّبَاتِ.

“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

Jika untuk masalah pasangan saja Tuhan, bicara kayak gini apalagi untuk hubungan di strata dibawahnya (seperti pertemanan, relasi kerja, dll)

Di Kristen 
"So in everything, do to others what you would have them do to you" 
Matthew 7:12 NIV..
..dalam segala sesuatu yang kamu pingin dilakuin orang ke kita, ya perbuat aja dulu sama mereka, lalu segalanya berjalan otomatis :)

kalo perjodohannya disini :
“It is not good for the man to be alone.  I will make a companion  for him who corresponds to him." Gen. 2:18 Netbible
gak baik seseorang kesepian aja (emang sengaja ditulis alone, bukan single) Lalu Tuhan mau bikin pasangan yang sepadan,sesuai,sevisi,sesuai,menyerupai, saling melengkapi (Corresponds translate aja sendiri di kamus ada banyak arti) 

dan kita terus berjalan  lingkaran-lingkaran yang ada disekitar kita, mendekat/menjauhi hal-hal yang  ingin/tidak ingin kita dekati...

Karena "Manusia adalah miniatur alam semesta. .." begitu kata om Pidi Baiq.

yap alam semestapun begitu, tumbuhan gurun takkan tumbuh di gunung, ikan takkan bertahan didarat, bakau hanya tumbuh dilaut, sementara apel hanya dipegunungan, tapi terkecuali kelapa yang mampu hidup ditempat manapun..begitu juga manusia semakin bisa beradaptasi dengan berbagai lingkungan, semakin luas pula lingkaran kita dan semakin tau siapa diri kita, potensi apa yang ada didalam diri untuk dikembangkan menjadi masa depan yang penuh harapan tentunya :)

..Growth old, be wise and just be carefull with yourself, create your own circle..
Interprestasi dari melihat berbagai tipikal penonton sebuah konser,
Mangkunegaran, 8 Maret 2015
Temanmu

Indra Agusta.

Friday, March 6, 2015

Menjadi Manusia

sayup-sayup rintik jangkrik mulai berganti, 
surup angan rembulan di malam yang tiba-tiba sepi..

berpikir seperti apa sih kelak?
mau jadi apa sih?
besok 10 tahun lagi kayak apa?
Future Days, yah selalu itu yang kadang berkecamuk disela-sela jiwa yang pepat..

Ah, malam terlampau sunyi untuk dinikmati.
dihati yang kadang gelisah, terselip kata seperti apa sih "Menjadi Manusia" ?
setiap jalma tentu bergeming dalam untaian katanya masing-masing..
bulir demi bulir kata akan memberi warna dalam rangkaian bicara..

Bulan mulai menepi, menuju malam yang terlelap, buatku menjadi manusia itu ketika dibutuhkan oleh orang lain, dan dapat membantu orang lain, memberikan sesuatu kepada orang lain, menjawab kegelisahan mereka, berbagi ide,bercengkrama, bertukar gagasan, 
lalu memberikan yang terbaik untuk orang-orang terdekat,  yah  basic of life is to give, disitu saya merasa hidup saya bermakna, dan berwarna.Hidup yang tak hanya menjadi seonggok daging sia-sia.

-Monolog dini hari.
e-max internet cafe