image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Tuesday, October 14, 2014

Stay Fight but Just Relaxed and Thankfull .. :)

Hai, teman...
udah beberapa lama tak jumpa, 

tantangan tak pernah berhenti,
Masalah tak pernah berakhir, 

bulan ini karena kebutuhan dirumah banyak yang mendesak,
bantu mencicil hutang simbah, beli lauk, dan beberapa kebutuhan lainnya...
gajiku cuman 20.000 perhari, gaji yang buat beberapa  orang dianggap sangat kecil,
tapi sebenarnya bukan itu sih masalahnya cuman tinggal mau bersyukur atau tidak,
kalau tidak mau bersyukur ya mau gaji 4-5 juta sebulan ya gak akan pernah cukup...

tinggal pinter2 manage keuangannya, dengan rata2 600-700ribu perbulan.
nyatanya masih bisa buat makan, bantu finansial rumah, operasional harian pulsadll, sesekali ngedate sama teman2, bahkan selebihnya masih bisa buat liat gig's buat nambah referensi musik sama refresh pikiran.., bahkan bisa buat nyicil beli buku :D sama sepatu :p

biar gk kaya robot hidup cuman buat kerja, kerja dan kerja... ya adakalanya kita harus seimbang dengan beberapa hal lain, :D

kembali ke topik awal, kalau mau dipikir yang namanya kebutuhan emang selalu terus ada bukan, bahkan gk pernah ada habisnya...

seperti di Sulaiman nulis di kitab kebijaksaannya,

"So the eyes of man are never satisfied" Proverb 27:20

ya begitulah manusia, sebenarnya tidak akan pernah puas.. hanya bagaimana kalau ketidakpuasan itu diarahkan ke arah sebaliknya 

tidak puas untuk terus belajar, bersabar, berusaha, berekspresi, berpikir, dan lain-lain...

beberapa hari ini, Indonesia baru musim rekrutmen Pegawai Negeri, akupun menjadi bagiannya ya seperti kembali diatas jangan pernah puas  untuk berusaha. Setelah regristrasi bla-bla-bla.. ngirim berkas dan tinggal nunggu pengumuman pertama, 

lalu dirumah terjadilah kebutuhan2 yang tak terduga, simbah sakit, saya juga sakit priksa ke dokter lalu beli obat dan sebagainya... dan otomatis terkuraslah isi dompet saya...

masih 15ribu buat jaga2 sampai akhir bulan.  Aku sering ngalamin hal kayak gini, ujung2nya ya puasa, makan kalo dirumah, pokoknya mengucap syukur teruslah... masih diberi nafas sama Tuhan.. apapun masalahnya, disyukuri itu aja :) berpikir setidaknya, kata temenku..

Tanggal 18 kemarin pengumuman pertama keluar, besok tanggal 23 harus ke Jogja, 
tadi malem dompet tinggal 10 ribu, dan pikirku hari ini mau hutang uang temen dulu buat berangkat ke Jogja, aku orang yang gk pernah hutang kalau memang bukan untuk sesuatu yang penting... karena kali ini aku pikir penting, soalnya menyangkut masa depan, Nah terjadi seperti diataslah fikirku, soalnya Senin-selasa jadwal ambil nomor testnya. Minggu sore harus ke Jogja, survei tempat dll.. biar enggak bingung..

beberapa teman sudah aku kabari mau pinjem uang, namun belum ada yang respon lagi..

Lalu ada temen kesini, tiba2 bilang dia mau balikin uang yang dulu dia pinjam ke aku, padahal aku lupa udah lama sekali soalnya.. dan aku gk pernah mikir kalau ada temen yang pinjem duit kalo ada yang dikasih aja,.. masalah nanti kembaliin gampanglah...yang penting saling bantu...

setelah dia pulang, saya terpaku beberapa saat just saya Waw! Your ways is wow..
dia kasih 50ribu ke saya, dan cukup buat ke Jogja besok :D
lalu ternyata testnya berlanjut dan karena gk ada uang, dan aku  pikir ini penting akhirnya hutang temen 150 buat jaga2 soalnya rabu-jumat harus stay di Jogja, dan tahun ini pun akhirnya gagal daftar CPNS lagi di postur dan gigi..
 
Well, it okay hiburku dalam hati.. santai aja, kayak gk pernah gagal aja :D
kegagalan dan kekalahan barangkali sudah menjadi teman setia.. so, dinikmatin aja...
yang penting terus berusaha,

sampai dirumah, balik ke warnet, dan dengan ajaibnya om Erik, si owner warnet nransfer uang sejumlah 150,katanya cuman take it, kemarin aku belum sempet ngasih kamu saku. ambil uang di ATM dengan gemeteran, kemudian langsung aku kasih buat nyaur hutang temenku.. sampai rumah cuman nangis, terpukau. he is good man,  bahkan ortuku aja gk peduli anaknya mau daftar CPNS atau enggak, apalagi buat ngasih uang saku...
adanya cuman dituntut buat jadi orang besar, ya siapa sih yang enggak ingin anaknya jadi orang besar?

kadang kalau seperti ini, hanya diam terpaku, jalannya Tuhan itu unik.
dia ngasih pertolongan diluar apa yang kita pikirkan, asal kita mau terus bersyukur dan mencukupkan diri dengan rejeki yang dia berikan pada kita setiap harinya....

bahkan banyak hal yang free yang Dia kasih ke kita, its amazing.. kalau mau dibayangin, oxygen satu tabung berapa, kesehatan berapa harganya its. Free asal kita mau jaga diri aja.

Banyak orang udah diberi banyak, kesempatan yang lebih banyak dari yang lain namun masih terus kurang bersyukur, marilah disyukuri aja.. hidup tak selalu mudah bukan?
seringkali kita hanya sering terpaku pada standar TV  yang secara tidak langsung doktrin kita, tentang jadi keren-lah, jadi gaul-lah, romantis itu harus gini, kaya itu gini gitu, atau apa ajalah...ada banyak yang ditawarkan, dan terkadang manusia dibuai oleh rasa "pingin".

Dan mnurutku hidup  lebih dari sekedar apa yg bisa dibeli dari uang, ada banyak hal yang bisa dinikmatin teman, pagi, kabut, senja, sawah dan moment-moment indah yang hanya bisa diciptakan manusia itu sendiri.. atau gratis lewat alam ciptaan-Nya..

Akan ada banyak alasan untuk cemburu, terhadap hidup orang lain yang menurutmu "lebih layak. lebih baik, lebih nyaman" tapi seberapa yang kita punya mari disyukuri aja,toh kita juga enggak bisa milih kan dari rahim mana kita dilahirkan, so pasti ada alasan tertentu kenapa kita dilahirkan di posisi kita sekarang? 
 terus berusaha saja, ngusahaain apa yang terbaik dari apa yang Dia titipin ke kita, talent, passion, money, jobs, family atau apa ajalah... yang aku kira equipment2 tersebut di kasih sama Tuhan, pas kita lahir untuk menyelesaikan, dan mengatasi masalah2 yang akan muncul di hari-hari ke depan kita... tinggal kita mau menggali lebih, berpikir lebih atau tidak..


Berikan yang terbaik dari apa yang ada di dirimu, jalani dengan penuh ucapan syukur,keep your heart, dont't lose your hope, always take a pray, and let GOD take the rest....:)

thankfull in everything :)

saya akan tutup dengan kutipan dari The Message,


Don't be obsessed with getting more material things. Be relaxed with what you have. Since God assured us, "I'll never let you down, never walk off and leave you,"
Heb 13.5


 "jangan terlalu terobsesi, ambisius , gk usah tamak-tamak banget deh, just rilex..
nikmati rejeki yang kita terima, selain itu terus berusaha, Janjinya Dia gk akan pernah ninggalin kita kok, bukankah kita semua percaya kepada Tuhan? dengan apapun cara kalian menyebutnya,hanya cukupkanlah dengan apa yang kita terima hari ini, kalau toh hari2 besok Dia ngasih lebih dan lebih lagi its good right, ? "

So Just Relax and thankfull to God :)



may God always beside you,and blessing you

Create with love...
I am Your Friend.

Indra Agusta.

Saturday, August 30, 2014

Viva La Vida, sebuah subjektivitas makna

artikel ini hanya sebuah apresiasi, dari sebuah lagu Coldplay, Viva la Vida
dari beberapa tahun mendengarkan ini lagu memang ada beberapa yang menarik dari liriknya...
jika anda tidak setuju memang sah2 saja ini hanya penafsiran subjektif, sekali lagi Subjektif.





Dari covernya saja aku sudah mulai tertarik, dibelakang tulisan itu adalah Lukisan ketika Revolusi Juli di perancis 1830, berjudul Liberty Leading People, karya Eugene Delacroix. dan pemikiranku tentang lagu ini berbicara tentang kekuasaan, Raja, dan Wilayahnya. lalu disusul dengan Revolusi Perancis-nya Napoleon Bonaparte.

kemudian judul VIVA LA VIDA sendiri, dalam bahasa Inggris sering disebut LONG LIFE LIVE  ya sebuah ungkapan tentang kejayaan, kemenangan yang megah, yang turun-temurun dan sebagainya it's a glorious.. :D yang kemudian merujuk kepada kekuasaan-kekuasan di dunia yang tak sepenuhnya terang ini..


I used to rule the world
Seas would rise when I gave the word
Now in the morning I sleep alone
Sweep the streets I used to own


di bait pertama ini menurutku berkisah tentang seseorang yang memegang kendali dunia, menguasai dunia, rule the world, seas would rise when I gave the word..
mungkin merujuk pada GOD , seperti yang di tulis si Daud di buku lagu2nya dia, , Psalm 89: 9 You rule the raging of the sea [NKJV]

I used to roll the dice
Feel the fear in my enemy's eyes
Listen as the crowd would sing”
Now the old king is dead! Long live the king!

bait kedua mungkin bercerita soal spekulasi, strategi, menimbang2 kekuatan lawan seperti bermain dadu 'roll the dice" , lalu menebarkan ketakutan di depan musuh-musuh mereka
meruntuhkan mental mereka lewat apapun, atau sampai sabar menunggu penguasa tua kemudian merebutnya, seperti di beberapa kisah perang salib, Baldwin IV King Of Jerusalem dan pemberontakan menantunya Guy of Lusignan, Old king is dead, and Long life the New King!


One minute I held the key
Next the walls were closed on me
And I discovered that my castles stand
Upon pillars of salt and pillars of sand




Pertarungan demi pertarungan terus berlanjut, tak pernah berakhir mendirikan benteng untuk kemudian dirubuhkan kembali, hello Jerusalem, berapa ratus tahun tembokmu terus meratap, Dan seperi itulah kastil-kastilmu...Rapuh, 
Bahkan kau terlarut dalam kejayaan masa lalu, yang kemudian menghancurkanmu seperti Tiang garam, istri Lot .
But Lot’s wife, looking back, became a pillar of salt [Gen.19.26]
atau seperti yang Jesus ceritakan, menjadi rapuh karena pondasi yang dibangun rapuh pula..
like a foolish man who built his house on sand[Matt7.26]

It was the wicked and wild wind
Blew down the doors to let me in
Shattered windows and the sound of drums
People couldn't believe what I'd become

Beberapa penguasa lalim, yang mengandalkan segala cara untuk meraih kekuasaannya,
entah Babel, Mesir, Israel, atau dimasa modern seperti Lenin, Stalin, Hitler...
atau mungkin kita berbicara tentang Perancis, seperti di cover lagu ini, ketika Pemerintahan Kerajaan yang absolut di masa terakhirnya pada jaman Louis XVI.,



Revolutionaries wait
For my head on a silver plate
Just a puppet on a lonely string
Oh who would ever want to be king?

dan Revolusipun terjadi, Napoleon Bonaparte mungkin salah satu pionirnya dari beberapa pendobrak kekuasaan tirani, juga di beberapa negara lain, seperti Aung San Suu Kyi, atau dinegara kita seperti Soe Hok Gie, hingga kita sadar rakyat cuman dipermainkan politik, kekuasaan berganti kekuasaan lagi, yang dulu ikut merubuhkan, kini tampil sebagai penguasa "yang siap dirubuhkan" tentunya... just a puppet...







I hear Jerusalem bells a ringing
Roman Cavalry choirs are singing
Be my mirror, my sword and shield
My missionaries in a foreign field
Dan Lonceng2 di kastil Yerusalem berdentang, tanda kekuasaan telah berganti,

tentara Kavaleri Romawi menyanyikan lagu kemenangan mereka.. Mungkin ini bercerita tentang Penghancuran Yerusalem oleh romawi tahun 70M di Jaman Jenderal Titus, ketika Yerusalem diratakan dengan tanah... seperti yang dikatakan Jesus di titik-titik akhir hidupnya,
Truly I tell you, not one stone will be left here upon another; all will be thrown down.[Mat.24.2]

For some reason I can't explain
I know Saint Peter won't call my name
Never an honest word
But that was when I ruled the world

Konon dalam liturgi gereja ada kisah tentang Rasul Petrus yang menjaga gerbang surga, dan ia merasa tidak layak memanggil Jesus, 
karena dia akan kembali lagi ke dunia sebagai penguasa, sebagai Saviour...
dalam agama lainpun menyebutnya, sebagai Isa Almasih, Satria Piningit, Budha yang terakhir 'yang sempurna, atau dewa yang lebih tinggi yang lebih sempurna dari Brahma, Hindu dan Siwa yang merupakan perwujudan Tuhan itu sendiri...
apapun menyebutnya, akan ada Seseorang yang datang di akhir jaman...

ketika dunia sudah penuh dengan kejahatan, dan saat itulah Aku akan memegang kekuasaan Dunia. Behold I Come Quickly.[ Rev.22.7]

sekali lagi ini analisis subyektif. jika tidak setuju anggap saja sebagai apresiasi seni :)
thankyou

Indra Agusta.
VVLVD.

Sunday, June 22, 2014

Merbabu, dipijakan ke delapan, 21-22 Juni 2014

Savana Merbabu
"tegak berdiri menatap langit, menapaki alur-alur setapak , berkelana menjadi petarung dan petualang kecil kehidupan, menapaki jalan jalan terjal di atap-atap bumi, menapaki jalan bersama, sampai ...entah kapan...."

merbabu, salah satu atap bumi Jawa ini kembali mengantarkanku akan kerinduan terhadap Tuhan...lewat ciptaanya, dan pula sebagai sujud syukur... karena manusia cuman mahkluk kecil dihadapan-Nya, 

kembali ke hutan, ke gunung bukan karena sebagai ajang kesombongan, menaikkan jam terbang, ambisi sampai puncak seperti anak muda jaman sekarang,

Namun hanya sebagai ladang pengembaraan diri, menyepi, instropeksi diri, untuk melangkah di titik-titik kehidupan yang menanti didepan...

waktu bergulir, proses selalu membuahkan pisau yang lebih tajam, atau mungkin buah yang lebih matang?

ketika kekalutan semakin memuncak, dan seperti kehilangan pijakan... mungkin gunung dapat memberi sebuah perenungan tersendiri,  atau mungkin bintang-bintang di langit akan terus senantiasa memberi harapan walau kabut dingin datang semakin pekat...

tapi aku tau, badai pasti berlalu... masalahnya cuman kuat atau enggaknya kita berdiri di tengah badai... dan "bintang" itu masih ada, didalam diri kita masing2...sebagai penghibur, sebagai sandaran, sebagai penguat dikala hati gelisah.....

Ya, dia akan setia menemani dikala gelap,sampai matahari esok menyingsing berganti dia tetap ada meski sinarnya tak seberapa... namun didalam hati bintang itu terus bersinar cerah...





.... ini merbabu yang sama, tanah yang sama, puncak yang sama dan matahari yang sama..
kita cuman bagian kecil dari konspirasi semesta.... dimana Tuhan berkuasa dan bertahta diatasnya...

di tengah peluh yang deras mengalir, ditengah dingin yang mendekap.., kucumbu kembali kau merbabu, dan ini yang ke delapan...sejak delapan tahun yang lalu...ketika tanah belum dipijak seramai ini,..

namun malam-malam gelap di lindungan kabut, di savana itu.. sementara headset mengalun pelan nada nada dari Sigur  Ros...aku kembali menemukan ketenangan itu, ketenangan Tuhan yang  meneduhkan...

dan aku semakin merindumu...ransel kotak...mari berjalan bersamaku lagi, menemani langkah2 hidupku kelak...

dan setiap gunung mempunyai makna tersendiri, berbeda disetiap perjalanan....meskipun di gunung yang sama...

mendung berganti datang, langit pekat berganti fajar yang terang benderang...seakan memberi harapan baru, harapan untuk tetap tabah menghadapi badai hidup...
dan inilah sujud yang tak terkira padaMu Sang Pencipta, Khalik Langit Bumi..




"tetap menjadi tua, tetap menjadi jingga...meski lelah kau mencoba"
Merbabu. 22 Juni 2014
-petualang kecil-


Wednesday, June 18, 2014

Hujan Bulan Juni

Lalu pagi menjelma menjadi titik titik embun...
yang menyejukkan....

diantara ilalang, aku dan kau berjalan menembus jalan berliku...
jalanan pagi ini sepi, lengang.....

pasir pun berbisik, aku telah lelap oleh malam.... dan takkan tergantikan,  malam2 ketika aku bisa bergurau, berjalan menikmati indahnya taman mimpi, seperti takut malam enggan berlalu, berganti siang yang terus mencekam...

guyuran hujan semakin terasa....tanganku kaku, lidahkupun beku..
aku tak tau, tapi aku merindu....

langit semakin gelap, tapi  aku tau esok matahari harus cerah,
aku tak boleh rebah, karena nanti malam aku akan menjumpaimu di bunga2 tidur...
di kala sang senja pulang ke peraduannya,di malam yang dingin dan meneduhkan....
di situ akan kutitipkan rinduku di kedua bola matamu...

agar disetiap kedipannya... kaupun merasakan beratnya rinduku, lalu kita berjalan lagi di taman mimpi, dan akupun tak mau segera berlalu...


ini Hujan di bulan Juni, ..
dikala syair-syair  kang Sapadi Djoko Damono melantun indah terus berputar lagi di tingkap-tingkap langit ingatanku...

Sementara kita saling berbisik
Untuk lebih lama tinggal..
Pada debu, cinta yang tinggal berupa
Bunga kertas dan lintasan angka-angla

Ketika kita saling berbisik

Di luar semakin sengit malam hari
Memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api

Sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi...

with love.
Indra Agusta

Thursday, March 27, 2014

"Paradise"


Paradise, ya sebuah lagu dari coldplay ini mendadak... menghiasi pikiran, 
ditengah berkecamuknya berbagai penat yang datang silih berganti..

lagu ini seolah jadi oase tersendiri, betapa tidak ketika nada2 mengalun disela liriknya.. jadi teringat masa kecil...haha :D

Masa kecil dimana kita bebas berimajinasi, ber angan, bercita-cita sekehendak gue :D taukah kalian cita2 gue waktu kecil  pingin jadi Mpu pembuat keris 
biar bisa bikin keris trus yang bisa megang tuh Keris jadi penguasa dunia :D 
haha cita2 yang kalo sekarang mungkin disebut "indie" jauh dari apa yang anak TK waktu itu bayangkan, entah jadi dokter, tentara ataupun astronot :D  ...
..expected the world...


Tapi ketika dunia dewasa datang, hmm masalah mulai datang, tekanan hidup dari dalam dan dari luar terus menghimpit... sampai terucap kata "realis" akhirnya semua cita-cita akan terbentur berbagai faktor yang memaksa untuk mengurungkan dan lebih memilih fokus pada hal lain... dan menghadapi kenyataan itu sendiri... 

..Life it goes  on, it's get so heavy..

saya suka di bait akhir, dia tak berhenti dan tak mau berhenti...untuk terus memimpikan dunia yang lebih baik, kehidupan lebih baik, pengharapan agar sesuatunya lebih baik... "paradise"...
badai apapun yang melanda hidupnya dia tetap optimis, di pikiranku gadis kecil itu rumahnya kena hujan badai, petir dll tapi dia mau tetap memimpikan paradise...
Hebatnya lagi dia terang2an menantang si 'badai' dengan tidur dibawah langit yang tak bersahabat sambil tersenyum... nyantai, lo pasti bakal berlalu kok.. dan besok hari pasti akan cerah...[itu yang ada di benakku"

So lying underneath the stormy skies...
she said....  i know the sun set to rise...

so jangan takut bermimpi, bermimpi itu gratis, sekaligus memberi keyakinan yang kuat untuk berdiri dikala kaki lemah.. :D lihat betapa hebatnya kita dimasa lalu dengan segudang mimpi dan khayalan... pada akhirnya kita berpacu dengan waktu, masalah dan proses.. 
dont stop dreaming, this could be... paradise... :)






Temanmu
Indra Agusta



Wednesday, March 26, 2014

Nilai yang kamu letakkan dalam sebuah hubungan,.

dapat langsung  dilihat dari berapa harga [bukan tentang uang] yang anda berikan untuk hubungan tersebut....

entah cuman sekedar uang anda,
entah waktu anda,

sampai untuk merelakan dia pergi ...
demi sebuah masa depan yang lebih baik..
bahkan sampai nyawa anda relakan untuk hubungan tersebut...

dari situlah akan dapat dilihat sejauh mana hubungan tersebut berlangsung....

#agustaisme

Thursday, March 13, 2014

Lagu Cinta (tapi bukan cinta "biasa)

"lagu cinta ingin kunyanyikan, namun lidahku kaku hatiku beku... Aku rindu, aku tak tau lagu cinta dimana kamu..?
Mencari apa yang dicari... Menunggu apa yang ditunggu .. Aku merasa dikejar waktu..."

Jogja, 12 Maret 2014

Lagu diatas adalah bait liriknya om iwan fals tentang sebuah kegelisahan..

Siang tadi ketemu dengan seorang teman, dulu paskib kabupaten tahun 2006 anak sma 3, ya kebetulan kami melamar di vendor yang sama dan jadwal psikotestnya bareng.
Setelah selesai tes, kami mampir ke sebuah warung disekitar jl.colombo obrolan tentang nasib, pekerjaan kemudian berlanjut ke cerita cinta..

Ya dia sedang diliputi kegelisahan diusia 24 tahun, belum punya pekerjaan tetap tpi usiapun terus bergulir pacarnya sejak SMA pun sama berumur 24 dan inilah titik kerisaun hatinya, sekalipun si cewe diem aja tapi tetep aja namanya cowo udah waktunya mapan dan seiring jalannya waktupun mau tidak mau harus melangkah ke jenjang pernikahan, ya seperti itu ...merasa dikejar waktu.. Ketika berfikir mau mencari pacar yang umurnya dibawahnya pun belum tentu akan cocok dan pastinya ia harus memulai adaptasi lagi...
Tapi jika ia mempertahankan kekasihnya SMA ini, waktu bergerak semakin cepat, dia siap untuk berumah tangga sayangnya secara finansial dia belum siap..

Mencari apa yg dicari, menunggu apa yang ditunggu...
Sang waktupun terus mengejar...


Penak kowe ndra, pacarmu kacek'e 5 tahun sih isa ambegan nggo nata omah,...

Podo wae ndi, aku yo rung duwe apa2 gawean tetep yo rung duwe, hehe
Nik meh nglamar ditakoni arep diopeni nggo apa? Mesti langsung meneng ra isa nyauri...

Yo paling ora kan sih ana wektu nggo nata alon2 la aku ki piye, pacaran sepantaran paling gk 1 tahun kas aku mesti rabi ...gelem ra gelem..

Yo dilakoni wae to ndi, podo wae pacarku beda agama malahan ndi..pora yo bingung..golek sing non sing gelem nampa.aku apa anane durung mesti ana..ketemu sik cocok beda keyakinan.durung mikir.saka sisi finansiale...

Lah yo to ndra, urip kok ya ana2 wae..perkarane...alah ayo dilakoni wae ..

Percakapanpun selesai, dia pulang dan aku masih menunggu jmputan temenku...

pasang headset, lagupun mengalun....
 
"Perempuan di paruh waktu,
Hatinya teguh ditempa kalut.
Lelaki di ujung tanduk,
harapannya sederhana"

  Begitu sih katanya mbak Rara Sekar -- -Bandaneira


Salam
Indra Agusta

Lelaki itu good father..

Jogja masih tetap dingin, jam 9 malam setelah siangnya ngelamar kerja di vendor BUMN terkemuka di jogja, setelah nunggu beberapa menit bus pun datang dan go home..

Sampai Klaten bus terhenti dan naiklah lelaki tua itu, ya namanya pak Amana, guru matematika sekaligus wali kelas XII waktu SMA, kemudian duduklah beliau disampingku.

Sebagai mantan murid akupun menyapanya dan percakapanpun dimulai, dan again seperti guru2 lainya ketika ketemu ..

sekarang kuliah dimana mas?

Belum pak...blum ada biaya...

Wah eman2 lho mas, pinter2 kok gk dilanjutin.... Nanti kedepane cari kerja susah lo mas..

La mau gimana lagi pak, memang belum ada biaya kalo mau cari beasiswa penduduk miskinpun gk bsa karena bapak saya guru, PNS.

Ya dijalani aja mas, lakon urip orang gk pernah tau. Lha sekarang kerja dimana ?

Iya pak, kerja disragen pak jadi op warnet sama maintenance komputer.

Lha itu malah bisa berkembang, kursus dimana mas komputernya?

Hehe iya pak yang penting kerja apa aja yang penting halal, enggak pak gl pernah kursus cuman baca2 aja sambil belajar sendiri...

Kalau mau sebenarnya merantau dulu  cari modal buat kuliah,

Kalo boleh sih dulu2 pinginnya gitu pak, sayang gk boleh pak suruh dirumah dulu  nungguin simbah soalnya bapak saya jadi gurunya di Demak, adik saya di solo jarang pulang jadi mau ndak mau stay di sragen...

Oh gitu, la trus ini keJogja ngapain main atau tilik keluarga?

Enggak pak, tadi siang psikotest pak kemarin dikabari suruh ke jogja buat psikotest...

Oh ya moga2 ketrima mas.

Amien iya pak, pangestune mawon..
Kok tumben pak rabu malem baru berangkat ke sragen?

Iya sekarang tiap minggu 3 kali bolak balik klaten - sragen.

La trus saking griya dugi mriki wau nitih napa?
(pak amana ini rumahnya dikaki gunung merapi, dulu pernah ke rumahnya dan kurang lebih 20km dari kota Klaten)

Naik motor mas dititipin nanti sabtu diambil...

La kok mboten teng sragen mawon pak?

Aku ki tanggung jawabku ora mung guru ning ya dadi bapak, nik bapak ora tau ngarahke anak2e ning umah sing arep ngatur omah sapa...?

Nggih2 pak...
La nopo mboten kesel wira wiri

Suk kowe nak nglakoni kaya aku, kaya ngapa kangene ninggal anak mgkt kerja, ditinggal anak kuliah..

Hehe nggih pak...

La wes keluarga durung mas?

Dereng pak ajeng dipakani napa hehe, dhamelan mawon dereng tetep kok ajeng palakrama ..

Percakapan pun berlalu ketika masuk sragen, aku siap2 untuk turun...

Saya tau didepan murid2nya dia sering dibenci karena ke-kakuannya, tapi sebenarnya dia baik dan merupakan bapak yg baik pula buat anak2nya..

Klaten, 12 Maret 2014
Indra Agusta

Saturday, March 8, 2014

Me -antibidah- tradisi Jawa

Setelah senja berlalu, di kampung kecil ini mengunjungi jalanan desa yg sepi mampir sejenak untuk membeli gathot sesampai dirumah kembali memutar radio jadul, dan membahas tentang pergeseran kultur masyarakat karena pengaruh agama yang datang dari luar,
Dimulai dengan
Jawa bukan arab, bukan juga israel, ...
Kemudian berlanjut mengenai sisa, sisa kultur yang sekarang mulai dikafirkan, dibidahkan, dianggap sesat oleh beberapa pemuka agama yang ekstremis...dan inilah yang mgkin dianggap sebagai penjajahan budaya...yang tidak relevan, bagaimana tidak relevan...

Sekarang liat orang bakar dupa dianggap sesat tapi kalau beli aroma therapy perfurm gapapa,
Padahal kan belum tentu orang bakar dupa pastu sesat?

Lalu melarang nyekar dan berdoa di makam alesannya orang yg sudah mati sudah selesai, oke fine sudah finish tapi kita jangan lupa kita sebagai orang jawa, aplikasi wujud terima kasih kepada orang tua itu ya sampai kita mati...

Kalau orang tua kita sudah meninggal lantas apa yang dilakukan, ya itu mengunjungi makam membersihkan dan ngasih kembang biar wangi itu wujud bakthi pada orang tua yang udah gk ada,
Gitu dibidahkan?

Kemudian sedekah bumi setiap mau panen ada selametan dan ini bukan sesat ini adalah pengucapan syukur kepada Hyang Widhi kepada Tuhan ketika sudah mendpatkan panen untuk kesejahteraan para petani..

Lalu mari kita lihat keajaiban budaya lokal jawa...

1.Orang yang lahir kembar yang lahir pertama akan dijadikan adik dan yang lahir kedua akan dijadikan kakak
Tradisi ini terjadi beratus2 tahun lalu sejak jaman tradisi jawa dimulai dan faktanya ketika diteliti bayi yang lahir kedua sebenarnya adalah embrio pertama yang ada di janin..orang jawa sudah tau sebelum perkembangan teknologi kedokteran secanggih ini

2.Memotong pusar dengan wilahan bambu
Inipun sekarang diteliti bahwa bambu memang punya zat untuk menstrerilkan kuman...
Jauh sebelum manusia menemukan alkohol, jawa sudah punya budaya arifnya...

Budaya lokal tidak harus ditinggalkan seiring datangnya agama timur tengah, tapi kita hendaknya bisa menilai dan mengkaji kearifan lokal manfaatnya dan kaji teknisnya bukan langsung dikecam dan dianggap sesat
Mari merenung...

Nusantara bukan yerusalem, bukan arab dia punya rahasia2 yang tersimpan didalam budaya mereka, dan nusantara tidak diturunkan kitab karena kitab itu sudah manjing kedalam kalbu masing2 manusia jawa dan akan terpancar lewat perilakunya....

Sayangnya jawa kini makin hilang jawanya, termasuk.saya yang menulis tulisan ini dengan huruf latin warisan budaya barat..

Salam
Indra Agusta

Friday, March 7, 2014

Paman Doblang

Kesadaran adalah matahari....
Kesabaran adalah bumi....
Keberanian menjadi cakrawala...
Dan perjuangan, adalah pelaksanaan kata-kata...

WS. Rendra
Paman Doblang - Kantata Takwa

Thursday, February 20, 2014

Catatan Kehidupan Part 2

 ini kisah nyata, dari sebuah desa..
masih tentang betapa kejam dan jahatnya dunia.. Tentang beberapa kisah perceraian yang tulisan tangannya diconvertkan ke digital di warnet ini..

Kisah dari Selatan Djakarta
seorang lelaki muda, terlahir dari keluarga yang miskin, hidup kurang mampu
merantau untuk cari penghidupan yang lebih baik....
jadi kuli bangunan, 

kemudian kenal dengan perempuan ini, perempuan manis di tanah rantau..
perempuan yang cuman karyawan pabrik inipun akhirnya jatuh cinta pada lelaki muda ini,
hubungan pun berlanjut beberapa taun..sampai kemudian menaiki jenjang pernikahan....
lelaki ini pulang ke kampung, dan dengan modal yang didapat di kota bisa untuk membikin usaha tambal ban,,

waktupun berlalu, kedua pasangan ini dikaruniai putra , dan setelah beranjak besar..
sang lelaki bertemu dengan janda tua akhirnya diiming-imingi sebuah mobil dan rumah..
dia bersedia melepaskan cinta sejatinya dari tanah perantauan itu...

sempat saya bergetar ketika kata demi kata diucapkan perempuan ini, untuk saya ketik menjadi softfile...
setelah selesai, dengan mata lebam, kamu tau apa yang ibu ini bilang ke aku?

yo ra popo mas witekno wong kawit cilik uripe susah, saiki nemu emas yo wajar nik lunga melu randha sing luih sugih..nik umpama dadi kowe, apa kowe ora kengguh mas? diwenehi mobil, omah mbi anak2ku diragati sekolah e...

saya cuman terpaku, spechless.....
kemudian ibu itu berlalu....

Kepincut Daun Muda
Lain cerita lagi dengan kasus perceraian selanjutnya karena si cowo yang hidupnya sangat sukses, dari keluarga kaya semua serba ada....
tapi sayang karakternya kurang terbangun.....
dan akhirnya mempunyai beberapa simpanan anak-anak remaja SMA yang sekarang saking "murahnya" bisa dibeli dengan beberapa gadget....


saya jadi teringat, tulisan saya yang lalu  tentang  Reputation and Character dimana dalam proses pertumbuhan manusia, akan selalu dibarengi dengan pertumbuhan karakter manusia itu sendiri... Entah baik entah buruk... 

tak peduli mereka lair darimana, keadaan, lingkungan, ambisi, nafsu akan mempengaruhi jadi seperti apa masa depan seseorang....

"YOUR INPUT DETERMINATE YOUR OUTPUT"

salam 
Indra Agusta


Catatan Kehidupan part 1

"kenyataan harus dikabarkan, aku bernyanyi menjadi saksi"

berjalan lebih jauh, menuju titik titik perjalanan selanjutnya ...
jaman berganti akupun semakin tua, mereka mulai menduduki jabatan tertentu di pekerjaannya masing-masing sementara aku disini masih stag. di warnet ini...
bertemu, tatap muka dengan banyak manusia setiap hari....
berjuta kisah mewarnai kehidupan mereka...

kesan dunia masih tetap sama, masih mencibirku sebagai seseorang yang gk berani move on , gak mau menerima tantangan, gk mau  out of the box , ah biarlah mereka gak tau masalahnya.... dan ini inti catatan kali ini..

dunia gak akan pernah peduli latar belakang masalahmu, gak akan pernah memakluminya dan dia akan terus berjalan menuju titik keangkuhannya yang lain

ya seperti itulah wajah dunia saat ini, mulai dari aku kecil hanya hal-hal kasat mata yang akan menjadi standart gengsi seseorang, dan lebih muram lagi dijadikan standar penilaian nilai seseorang....

mulai dari kecil, sudah ditanya 
sekolah dimana? unggulan gak? pengajarnya gimana? Ranking berapa?
lalu setelah sekolah,
kuliah dimana? kerja apa? kok tidak kuliah?

dan pertanyaan itu gk pernah berubah dari 2008, sejak lulus SMA
masih banyak orang tua yang pemikirinya feodal, 
dan  kata kata 

kok enggak kuliah? eman2 lho..
atau
cuman lulusan SMA hmm sambil mencibir, mau jadi apa? 
apa gk niat punya keluarga kelak, mau dihidupi pake apa?

sebegitu kejamkah dunia ? jawabannya adalah iya.
ketika ada hajatan selalu itu2 saja yang dibicarakan oleh orang tua.
ketika ditanya kehidupan keluarga...menjadi ajang pamer oleh keluarga elit,
oh bukan bukan keluarga yang gk elit pun sama saja...
di desa asal anaknya bisa kerja di luar negeri, atau bisa kuliah itu sudah jadi ajang pamer..
jadi ajang permainan prestige 
apalagi di kota, kuliah harus di kampus2biru, entah masuknya pake nyogok atau enggak yang penting kampus biru...
kalau tidak ketrima di beberapa sekolah kedinasan...

saya melihat jelas betapa ekspresi kebanggaan akan anak2nya di mata mereka,
sementara itu pikiran saya terus berpikir keras, apakah bapak saya juga seperti itu?
kalau iya betapa malunya bapak jika tidak ada yang dibanggakan, secara materi dari anaknya?

kemudian ketika sudah dewasa lo akan ngalami, dicibiri oleh ortu pacar lo, jika lo gk bekerja di perusahaan bonafit, atau menjadi direktur CV. tertentu, so buat yang masih mahasiswa, tenang aja life is so far.... paling gk selama lo kuliah, lo gk akan dihantui pertanyaan aneh seputar materialisme...

di desa pun sama, lebih lagi mungkin mereka akan bertanya berapa patok sawah yang kamu miliki, berapa sapi atau emas yang kamu punya...
sementara masalah karakter mereka akan bertanya sedikit, paling gk lo berasal dari keluarga yang jelas dan berada...

pertanyaannya, memang kita bisa milih dari rahim mana kita dilahirkan??
enggak kan? disinilah letak pilih kasihnya dunia..

parahnya lagi, di dunia agama pun sama...
jemaat yang ngasih perpuluhan banyak sama sedikit mengalami perlakuan berbeda [gak semua gereja sih] siapa yang ngasih sumbangan banyak buat gereja, pendetanya sampai ramahnya keliatan seperti koruptor "penjilat" 
kepada jemaat yang miskin yang gk bisa ngasih apa-apa cuman doa biasa-biasa saja...

dunia terus berputar, menjalin asa, menjalin cinta.... tapi semakin kejam juga, 

lo gk akan pernah dihargai orang karena lo cuman lulusan SMA, dan kerja jadi OP warnet..
gue saksinya, gue pernah ngalamin...

so kalo bisa, jadi orang lain yang lebih baik...

selama lo bisa keluar dari box lo, teruslah jelajahi negeri ini tanpa henti, eksplorasi terus skill lo.. karena dunia hanya akan melihat rupa....cuman Tuhan yang tau berapa keras usahamu untuk jadi yang terbaik...di mata Tuhan tentunya, agamapun bahkan  gk selalu 


salam 
temanmu
Indra Agusta





Wednesday, January 22, 2014

SANG MAHA SATPAM - CAK NUN - SLILIT SANG KIAI

MAHA SATPAM, dari buku SLILIT SANG KIAI 
EMHA AINUN NAJIB(CAK NUN)
terbitan mizan, 2013

"pada dasarnya kita bukan Tuhan, jadi jangan sok membela Tuhan atas nama agama atau atas nama apapun, so nyantai aja Tuhan aja masih "maha" sabar kok ngliat kelakuannya manusia" 
------------------------------------------------------------------
WARNING!!
Ini bacaan berat jika anda kurang open mind, jangan dibaca.


jika anda sudah membuka pikiran mata hati anda mari kita lanjutkan membaca

-----------------------------------------------------------------

Tanya jawab pengajian itu menjadi hangat. Tak disangka tak dinyana anak muda berpeci yang lehernya berkalung sajadah itu mendadak meningkatkan nada suaranya.

”Saya sangat kecewa mengapa dan memprotes keras mengapa Bapak bersikap sedemikian lunak kepada orang-orang yang datang ke kuburan untuk meminta angka-angka buntutan! ” ia menuding-nuding , ”Itu jelas syirik, saya sebagai warga organisasi Islam yang sejak kelahirannya yang sejak kelahirannya bermaksud memberantas segala tahayul, bidah, khurafat, dan syirik, akan terus memberantas gejala-gejala semacam itu dalam masyarakat kita sampai titik darah penghabisan!”

Bapak ustadz terkesima.
             Isi pemikiran pemuda itu tidak aneh, meskipun bukan tidak menggelisahkan. Namun ”semangat juang”-nya ini! Apakah ia baru saja membaca sajaknya Chairul Anwar ”AKU” atau ”Persetujuan dengan Bung Karno” sehingga voltage suaranya meningkat? Tapi marilah bersyukur. Ini yang namanya sukses pewarisan nilai dan semangat perjuangan dari generasi satu ke generasi yang lain. Proporsi di mana dan untuk soal macam apa semangat itu mesti di terapkan, adalah soal kedua.
             ”Adik manis, maafkan saya kalau memang khilaf,” bapak ustadz berkata dengan lembut, ”Tapi saya berharap aspirasi kita tidak terlampau berbeda. Saya juga tidak bermaksud menularkan kebiasaan orang-orang tua untuk tidak terlalu dingin terhadap gejala-gejala. Tetapi, nyuwun sewu, saya melihat ada sesuatu yang tidak pada tempatnya. Pernyataan Anda tadi ibarat memasukkan sambal ke dalam es dawet…”
             Para jamaah tertawa, meskipun pasti mereka belum mengerti maksudnya.
             ”Syirik ya syirik, tapi orang masuk kuburan-kan macam-macam maunya. Ada yang mau cari tengkorak, ada yang sembunyi dari tagihan rentenir, ada yang sekedar menyepi karena pusing bertengkar terus dengan istrinya yang selalu meminta barang-barang seperti yang diminta tetangganya. Terus terang saya juga sering masuk kuburan dan nyelempit di balik gerumbul-gerumbul karena sangat jenuh oleh acara macam yang kita selenggarakan malam ini, jenuh di undang kesana-kemari untuk sesuatu yang sebenarnya tidak jelas, jenuh meladeni pertanyaan-pertanyaan yang khas kaum muslimin abad-20 dari ’apa hukum merangkul rambut’ sampai ’memandang wanita itu zina apa tidak’, atau jenuh dengan pemikiran-pemikiran puber akrobat pikiran intelektualnya over-dosis. Kejenuhan itu sendiri sunnatullah atau hukum alam. Tuhan mengizinkan kita untuk merasa jenuh pada saat-saat tertentu sebagai bagian dari peran kemanusiaan. Apakah buang-jenuh di kuburan syirik?”
             ”Bukan itu maksud saya!” teriak sang pemuda ”saya berbicara tentang orang yang minta-minta di kuburan.”
             ”Baiklah,” lanjut pak ustadz. ”Syirik itu letaknya di hati dan sikap jiwa, tidak di kuburan atau kantor pemerintah. Sebaiknya kita jangan gemampang, jangan terlalu memudahkan persoalan dan gampang menuduh orang. Saya terharu anda bersedia memerangi syirik sampai titik darah penghabisan, namun saya saya juga prihatin menyaksikan Anda bersikap begitu sombong kepada orang miskin….”
             ”Apa maksud Bapak?” sang pemuda memotong.
             ”Bikinlah proposal untuk meminta biaya siapa saja yang sebenarnya suka mendatangi kuburan, terutama yang menyangkut tingkat perekonomian mereka. Kita memang tahu para pejabat suka berdukun ria dan para pengusaha mendaki Gunung Kawi, tapi siapakah pada umumnya yang berurusan dengan kuburan untuk menggali harapan penghidupan? Saya berani jamin kepada Anda bahwa 90% pelanggan kuburan adalah orang-orang kehidupan ekonominya kepepet. Orang seperti Anda ini saya perhitungkan tidak memerlukan kuburan karena wesel dari orang-tua cukup lancar. Di samping itu syukurlah posisi sosial Anda. Anda termasuk dia antara sedikit anak-anak rakyat yang beruntung, memiliki peluang ekonomi untuk bisa bersekolah sampai perguruan tinggi. Karena Anda bersekolah sampai perguruan tinggi sehingga anda menjadi pandai dan mampu mengelola kehidupan secara lebih rasional. Harapan anda untuk menjadi pelanggan kuburan termasuk amat kecil. Anda akan menang bersaing meniti karier melawan para tamatan sekolah menengah, para DO atau apalagi para non-sekolah. Kalaupn menjumpai persoalan-persoalan umum yang menyangkut ketidakadilan ekonomi, misalnya, Anda bukan merencanakan berkunjung ke makam Sunan Begenjil, melainkan bikin kelompok diskusi yang memperbincangkan kepentingan ekonomi dan kemapanan kekuasaan politik….”
             Seperti air bah kata-kata bapak ustadz kita meluncur.
             ”kalaupun anda ogah terlibat bekerja dalam jajaran birokrasi kekuasaan atau tempat-tempat lain yang anda perhitungkan secara sistematik mendukung kemampuan itu, anda masih mempunyai peluang non-kuburan, misalnya, bikin badan swadaya masyarakat. Langkah pertama gerakan ketidaktergantungan itu ialah merintis ketergantungan terhadap dana luar negri di mana anda bisa numpang makan, minum, mrokok, dan membeli jeans baru. Langkah kedua, meningkatkan kreativitas proposal agar secara pasti anda bisa memperoleh nafkah dari gerakan itu. Dan langkah ketiga, menyusun kecanggihan lembaga anda sedemikian rupa sehingga anda sungguh-sungguh bisa mengakumulasikan kekayaan, bikin rumah, beli mobil, dan memapankan deposito. Juklak saya untuk itu adalah umumkan ide-ide sosialisme perekonomian sebagai komoditi kapitalisme perusahaan swadaya masyarakat anda. Kemiskinan adalah export non-migas yang subur bagi kelompok priyai pembebas rakyat di mana anda bisa bergabung…”
             Bapak ustadz kita sudah tak terbendung lagi.
             ”dengan demikian anda bisa selamat dari budaya kuburan sampai akhir hayat. Hal-hal semacam itu tidak bisa di lakukan oleh orang-orang miskin yang hendak anda berantas syiriknya itu. Mereka tak mampu membuat proposal, takut kepada Pak Camat dan Babinsa, karena bagi mereka lebih mengerikan dibandingkan dengan hantu-hantu kuburan. Satu-satunya kesanggupan revolusioner yang masih tersisa pada orang kecil yang melarat adalah minta harapan secara gratis ke kuburan.”
             Suasana pengajian menjadi semakin senyap.
             ”Bapak ini ngomong apa?” potong sang pemuda lagi.
             ”Kepada siapa dan apa sajakah Allah cemburu pada zaman ini? Siapakah atau apakah yang dituhankan orang di negeri anda ini? Apa yang di dambakan orang melebihi Tuhan? Apa yang di kejar diburu melebihi Tuhan? Apa yang di takuti orang melebihi Tuhan? Apa yang sedemikian menghimpit memojokkan menindih orang seolah-olah berkekuatan melebihi Tuhan? Apa dan siapa yang mendorong orang tunduk, patuh dan loyal sepenuh hidupnya kepadanya melebihi Tuhan? Apa yang memenuhi pikiran orang, memenuhi perasaan dan impian orang lebih dari keindahan Tuhan? Lihatlah itu, pikirkan dan terjemahkan melalui pikiran kebudayaan Anda, pikiran sosial Anda, pikiran politik Anda, pikiran ekonomi Anda, perhitungan struktural Anda…”
             Suara bapak ustadz kita menjadi agak gemetar meskipun nadanya meninggi.
             ”Beranikah anda berangkat memberantas syirik-syirik besar yang dilatari oleh kekusaan, senjata, dan fasilitas? Beranikah anda berperang melawan diri Anda sendiri untuk mengurangi sikap gemagah kepada orang-orang lemah” Sanggupkah Anda mengalahkan obsesi kehidupan Anda sendiri untuk merintis peperangan-peperangan yang sedikit punya harga diri?”
             Napas mulai agak tersengal-sengal.
             ”Anda begitu bangga menjadi satpam kehidupan orang lain. Bukankah Anda tampak bermaksud menjadi maha satpam yang memberantas syirik sampai titik darah terakhir. Tetapi Anda menodongkan laras senjata Anda ke tubuh semut-semut yang terancam oleh badai api sehingga menyingkir kekuburan sepi. Itu karena mata pengetahuan Anda tak pernah dicuci kecuali oleh para ulama-ulama yang memonopoli kompetisi pemikiran keagamaan, padahal mereka begitu pemalas mencici mata umatnya, kecuali persoalan yang menyangkut kepentingan posisi mereka. Anda sudah tahu wajib, sunat, halal, makruh, dan haram, tetapi itu di terapkankan pada hal-hal yang wantah. Anda hanya bertanya orang sudah solat lohor apa belum?, orang ke kuburan atau tidak?, si keponakan sudah pake jilbab atau belum?, mengapa Cut Nyak Dien mengelus-elus paha Teuku Umar padahal itu film citra Islam?. Anda tidak merintis penerapan kualifikasi hukum lima itu untuk persoalan-persoalan yang lebih luas. Anda tidak pernah mempersoalkan bagaimana sejarah politik perekonomian dari tikar plastik yang tiap hari Anda pakai sembayang. Anda marah pada Cristine hakim tidak pakai jiblab padahal ia muslimah, tetapi anda tuli terhadap kasus penggusuran, terhadap proses pembodohan lewat jaringan depolitisasi, terhadap proses pemiskinan, terhadap ketidakadilan sosial yang luas. Anda tidak belajar tahu apa saja soal-soal yang kualitasnya wajib dalam perhitungan makro structural. Anda hanya sibuk mengurusi sunah-sunah dan tidak acuh terhadap kasus-kasus yang wajib respon sifatnya…  ”
             ”Pak! Mengapa jadi sejauh itu….?” Sahut sang pemuda.
             ”Dengar dulu, anak muda!” tegang wajah sang bapak. ”Itu yang menyebabkan Anda tidak memiliki perhitungan yang menyeluruh untuk akhirnya menemukan hakikat kasus syirik yang sebenarnya. Anda hanya sanggup melihat sesorang mencuri. Anda hanya tahu bahwa mencuri itu hukumnya haram, padahal melalui relativitas konteks-konteks, pencuri itu bisa halal sifatnya….”
             ”Apa-apaan ini, Pak?” sang pemuda menyelonong lagi.
             ”Kita ini dibesarkan dalam kekalahan-kekalahan. Dalam rasa ketidakmungkinan menang, subyektivitas kita tumbuh subur. Kalau kita bercermin dan menjumpai wajah kekalahan di biliknya, kita ciptakan kemudian cermin yang mampu menyodorkan halusinasi kemenangan kita. Kalau kita tak punya biaya untu knaik haji, naiklah kita ke puncak Gunung Bawakaraeng dan mereka telah naik haji. Kalau tak sanggup perang melawan kekuatan manusia, kita cari tuyul untuk kita taklukan. Kalau tak ada juga peluang untuk tampil di panggung sejarah, kita berduyun-duyun ke panggung narkotik kebudayaan di bidang ndangdut, diskotik si Boy,atau mengangkat seorang pencoleng menjadi dermawan sehingga hati terhibur. Kalau risi berpegang pada pilar-pilar kufur dan tan sanggup bersandar pada udara, maka melianglah kita pada lubang sempit pengetahuan keagamaan kita yang muallaf dan nadir. Kita tak kuat naik gunung, kita susun gunung-gunung dalam tempurung. Naluri kekuasan kita tumpahkan dalam tempurung. Kita menjadi ”negara” dalam pesta syariat dangkal umat di sekeliling kita. Kita mengawasi muda-mudi yang berboncengan motor, kita menelpon pasien-pasien kita di pagi buta untuk mengecek apakah dia sudah salat subuh, kita sembahyang jamaah sambil melirik apakah orang di samping kita sudah cukup khusuk sembahyangnya. Kita menjadi puritan, menjadi ”manusia amat lokal”. Kita mendirikan kekuasan baru di mana kita adalah penguasanya… ”
             Sang pemuda tak bisa tahan lagi, ”Maaf, Pak! Berilah saya sedikit peluang…”
            Tapi air bah terus tumpah ke bumi.....

Thursday, January 2, 2014

Mentari


"Mentari Bernyala disini,
disini di dalam hati...
"Gemuruh Api-nya disini,
disini di urat darahku.."

"hari ini hari milikku, juga esok masih terbentang..
dan mentari kan tetap bernyala di sini di urat darahku.."
-iwan abdulrachman


Wednesday, January 1, 2014

Dari Jalan Mencari Cahaya, tapi dimana?

Entah sampai dimana perjalananku mengayuh, aku rasa hidup ini belum pernah semakin baik, masalah terus menerus menumpuk, masalah terus bertambah, semakin aktual hingga aku tak tau kemudian menjadi sarang laba-laba besar dibenakku. Apakah ini memang kehendak, atau memang akibat dari proses pergeseran jaman, Kalabendu katanya.


Bulan yang dingin semilir bergantikan titik-titik embun, tahun ini pun kemudian berganti

disisi sebuah kopi yang menjadi dingin, lalu melihat berbagai macam polemik kehidupan yang semakin tidak menentu, termasuk hidupku tentunya.


Di pergantian tahun ini, intinya semacam ada perasaan resah, nanti saya akan jadi apa? yang jelas saya tidak mungkin terus terusan di dunia ini di bilik ini terus menerus, sementara saya akan menjadi tua dan kemudian akan berpijak pada step-step selanjutnya. tapi berbekal passport yang saya miliki ternyata dunia pilih kasih saya tidak bisa memasuki perusahaan perusahaan yang kompetitif karena pasport saya cuman jalan jalan, enggak bekerja. IQ mu candak kan?



Lantas bagaimana dengan kehidupan saya? keluarga saya? adik saya? yang mau tidak mau dia adalah tanggung jawab saya. banyak tuntutan yang mengharuskan saya untuk menjadi "orang sebenarnya dalam sisi material" tapi ternyata kenyataan berkata lain, saat ini saya cuman seorang operator warnet, ya dengan gaji yang belum bisa dibilang  cukup untuk membuat sebuah keluarga beserta rumah dan isinya.



Memang setiap hari saya terus bersyukur, tiap hari saya diberi kesehatan, diberi matahari gratis, nafas gratis, untuk kehidupan pribadi saya rasa ini memang berkat yang tidak terkira buat saya..



saya bisa menjalani hidup senyaman apa yang hati saya inginkan, saya bisa berjalan-jalan ke tanah-tanah tertinggi, tanpa ada gangguan tentang ijin orang tua, kemudian menelisik berbagai sendi-sendi kehidupan dari paling bawah sampai paling atas, paling sederhana sampai ke level super hedon, memaknai berbagai pelajaran yang saya rasa tidak akan mendapatkannya di bangku sekolah maupun kuliah..memaknai, mengapresiasi teduhnya daun-daun jatuh dikala hujan.



Sampai tahun ini, memang sudah banyak yang berubah.

banyak yang sudah pergi, merantau, kawan-kawan dulu bercengkrama 
satu demi satu kini mulai menjadi "orang" menjadi kebanggaan orang tua mereka.
bahkan sayapun ikut bangga dengan semua reputasi yang mereka capai.

Adik-adikku pun satu demi satu mulai berkelana, menggayuh sepeda dijalurnya masing-masing untuk mencapai sebuah reputasi ya paling tidak orang tua mereka akan bangga ketika mereka dapat bekerja di tempat2 strategis yang dicita-citakan orang tua mereka, 
atau yang menjadi tujuan dari sebuah pencapaian maksimal mereka di bangku kuliah.


Meski untukku pribadi reputasi material  belum bisa dibilang cukup tanpa sebuah karakter yang kuat.


Kalau mau jujur sebenarnya saya tidak begitu peduli dengan semua kesuksesan yang kasat mata karena pada akhirnya semua akan saya kembalikan (atau mau tidak mau akan kembali dengan sendirinya) kepada Yang Maha Kuasa.



Karena bagi saya secara filosofis orang bekerja itu di jawa disebut "nyambut dhamel" nyambut sendiri adalah meminjam. Memang kita hidup ini seperti meminjam aja pekerjaan yang dipinjamin Tuhan ke kita, mengusahakannnya dengan baik setelah itu kita kembalikan dan kasih pertanggungjawaban pada-Nya, selesai.


Ironisnya saya juga seorang mahkluk sosial, saya mau tidak mau juga tidak harus selalu menjadi seorang yang religius-filsuf terus menerus dalam kenyataannya saya akan kembali dihadapkan pada realita-realita semu kehidupan nyata.



Dimana orang harus punya materi yang cukup biar bisa besarin anak2, biar bisa ngidupin keluarga, disinilah saya masih lemah.. untuk hidup sendiri saja saya masih pas2an apalagi untuk memulai hidup keluarga, saya semakin tua.. 

kembali ke pertanyaan awal apakah saya akan seperti ini terus menerus?
apakah memang jalan ini yang betul dan harus saya tempuh..?
pertanyaan itu kembali dan terus berputar2 di kepala...


Ketika beberapa kawan langsung bisa memulai hidup mulus sekolah, kuliah, kerja di tempat yang mapan , kemudian menikah, membina rumah tangga yang harmonis kemudian menghasilkan keturunan2 yang mapan pula, Lantas bagaimana dengan saya? 


ini mungkin lebih kepada sebuah protes ketidakpercayaan kepada Tuhan ,
ketika saya kurang lepas nyerahin masa depan pada Tuhan..
namun jika setiap hari anda dituntut untuk menjadi orang sukses dan anda ternyata belum bisa dan anda terus dituntut oleh keluarga anda? rasa gelisah itu pasti yang akan selalu datang dan selalu datang kegelisahan demi kegelisahan. Ada rentang yang sangat jauh target kesuksesan pribadi saya dengan orang tua.

Kemudian saya takut dengan kenyataan bahwa sembah sujud  pada Tuhan hanya akan sia2 karena terus dihimpit oleh realita kehidupan, yang sebenarnya hanya moralitas semu belaka. Sebuah gurita besar yang cengkeramannya sampai menjadi gaya hidup tiap bilik rumah didesa-desa.
lalu apa yang akan saya cari?
lalu kepada siapa rasa ini dicurahkan?

Sementara Tuhan sudah menyatu dalam dalam di lubuk hati,
Selalu memberi bisikan-bisikannya untuk memberi sebuah "pencerahan"
dan itupun selalu berlawanan dengan parameter gurita tadi.

Hari terus berganti, angin semilir berganti mendung yang menurunkan hujan.
lalu kemana dan jalan mana jalma manusia mungil ini akan melangkah, ?
Kemana malam-malam larut ini akan terisi cahaya-Nya? Jika semua resah terus saja berkisah. Lalu mata terpejam, sesaat kemudian terbangun karena matahari tahun baru sudah diujung kepala.

Ah, Selamat menapaki Edar Matahari baru. 


sebuah catatan usang, dimana kota berpesta dengan gemerlapnya kembang api.
dan saya bertapa di gubuk kesunyian, 
Kleco Wetan, 1 Januari 2014
temanmu
Indra Agusta