500 tahun gereja setelah reformasi yang dibawa Martin luther, apa yang saya temui ternyata malah justru menjauhi dari semangat protes itu sendiri. Dengan tulisan ini semoga protes saya berhasil pedas, supaya gereja kembali kepada kejernihannya sebagai wujud ajaran Cinta-Kasih Yesus sendiri di dunia nyata.
500 Tahun reformasi gereja, sebuah peringatan megah, digaungkan dilangit gereja, kisah-kisah epik soal sindiran keras soal gereja Katolik dizaman kegelapan gereja. Lalu hanya dibumbui sebatas untuk percaya terus menerus Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat.
Selebaran yang sampai kerumah saya soal Reformasi gereja ya hanya berkutat soal inferior gereja, soal yang harusnya tidak perlu dianggap penting, menurut saya. Soal-soal seperti aliran lain yang tidak menganggap Yesus sebagai Tuhan, Yesus bukan satu-satunya harapan dari sebuah doa.
Menyalahkan A lalu menganggap diri sebagai yang paling benar, semuanya sudah berlalu sekarang hampir semua Kristen mayoritas menyembah Yesus sebagai Tuhan, sisanya paling 10% mungkin lebih kecil lagi, toh mereka masih mengganggap Yesus, dan ajarannya sebagai pedoman hidup, mengganggap Yesus sebagai juru selamat di akhir zaman. Kenapa kekristenan harus kembali ke teori ini, kenapa tidak menganggapnya sebagai bagian dari sejarah perkembangan gereja.
Pertanyaannya: whats next after reformation? After saved?
Ada banyak PR diluar sana yang tentu juga harus dijawab Kristen apalagi gereja sebagai rumah, dan berkumpulnya umat yang mengaku kristen.
Sebagai bentuk dari hukum kasih ke-2 mencintai sesama manusia sebagaimana mencintai diri sendiri. Namun yang saya temui justru sebaliknya kalangan mahasiswa kristen, keluarga kristen, keluarga pendeta bisa makan enak di berbagai restoran mahal, di hotel berkelas, main di wahana spektakuler. Namun jangankan dimensi sosial secara luas, banyak dari nasib jemaatnya sendiri yang hidup jauh dibawah garis kemiskinan dibiarkan oleh gereja, oleh agen-agen yang membawa nama cinta,kasih sesama manusia.
Dimana mencintai manusianya? Gerakan kekristenan harus segera berinstropeksi diri dari kenyataan seperti ini, kalau tidak mau ditinggalkan umat.
Tak jarang gereja sekarang hanya sebagai ajang pamer gengsi, dan pamer aktualisasi. Berlomba-lomba memamerkan kemewahan, memamerkan keglamoran, yang justru semakin membawa rentang sosial yang jauh antara jemaat yang finansialnya dibawah rata-rata dengan kelas elit kapitalis.
Belum lagi soal semakin 'sucinya' gereja protestan terhadap jemaat yang dianggap kotor. Mereka yang bekas maling, penjudi bekas menghamili/dihamili semakin tidak mendapat tempat didalam gereja, tak jarang gunjingan dan cibiran muncul dari mulut pendeta sendiri, gereja yang harusnya menjadi rumah untuk semua orang dengan berbagai kesalahannya malah menjadi bagian dari justifikasi kesucian semakin membuat enggan mereka yang dinafikan untuk datang beribadah atas dasar cinta kasih.
Jadi apa yang menjadi tujuan kekristenan sekarang?
Dimana semangat protestanisme akan digaungkan?
Bagaimana terus menerus menggaungkan orang untuk percaya Yesus, Figur yang menawarkan pembebasan dari kesengsaraan, perjuangan dan perlawanan terhadap penguasa, terhadap ketidakadilan, melawan tirani kekuasan,
Namun kalian justru menutup mata dan kuping kalian dari realitas, sambil mengunyah kemapanan kalian di rumah nyaman? Ironi sekali. Kalian ingin seperti Yesus namun kehilangan harta untuk orang papa saja mikir, mending menghabiskan waktu untuk meet-up , piknik kesana kemari lalu bersaksi "hidup saya diberkati", Oi! itu jemaatmu sudah merasa diberkati belum?
Jangan dijejali janji surgawi melulu, sementara realitas penghidupan mereka didunia kalian biarkan, bahkan kalian nafikan asal ada pundi-pundi yang mengalir dari kantong kolekte kalian.
Lalu dimana Kekristenan yang penuh welas asih itu?
Dan kembali kepertanyaan awal, bagaimana kedepan arah gerakan Protestanisme?
Jika tidak segera berbenah, jangan disalahkan jika kekristenan tidak relevan dan akan semakin ditinggalkan.
Selamat Hari Minggu.
Kleco Wetan, 4 Januari 2018
Indra Agusta
No comments:
Post a Comment