image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Wednesday, February 21, 2018

Anak-anak Pedang

Oleh: Indra Agusta

Diselumuti duka mereka, dikabarkan kematian demi kematian berbaur dengan asap kembul sang malam.
Sang jalma terdiam dan menulis, siapa dan bilamana mereka berserak, digerakkan lalu tergerak.

Mereka anak-anak Adam yang berkelakar diguyur hujan deras.
Gemetar, gigil tubuh mereka menapaki sisa hidup yang tak kalah dinginnya.
Sebatang rokok, segelas tuak ditenggak memecah kepiluan, keputusasaan dendam.

Aku, dari sudut gelap melihat kegelisagan dan kebuntuan tergores dari hati yang sepi. Namun dimana anak-anak itu melabuhkan peluh, menyandarkan derasnya air matanya?

Anak-anak api, selaksa panah di bahunya , juga bergandewa gugat di tepi maknanya..

Ahh, Anak-anak Pedang.
Matanya nanar melawan,
Pikirannya mendobrak,
Otaknya menguak,
Berontak mereka,

Lalu dimanakah kalbu?

Suram-suram terdengar ketukMu,
dari ruang kosong lelah, Tabah. . .

Klecowetan, 17 Februari 2018

No comments:

Post a Comment