Perlu diingat bahwa dalam pola perkembangan seorang anak berbeda-beda dan tidak bisa digeneralisir.
Ada anak yang secara sistematis dididik dengan baik oleh orang tuanya menjadi orang, tahap demi tahapnya sesuai keinginan anak itu.
Ada pula yang keluarganya broken-home, pertengkaran pecah terus dalam lingkungan internal keluarga justru malah menjadikan seorang anak lebih santun, lanthip dan waskita menghitung segala sesuatunya.
Lalu ada yang sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian dari orang tua, entah karena meninggal, ditinggal kerja jadi TKI, atau keadaan apapun, justru menjadi titik keberangkatan anak tersebut untuk mandiri dan otentik menjadi dirinya sendiri.
Akhirnya proses pendidikan bukanlah hak mutlak orang tua, atau pengajar tapi seluruh rangkaian perjalanan seorang manusia itu dibimbing dan diantarkan oleh Tuhan, Sang Khalik sendiri. Semuanya adalah campur tangan Tuhan menuju ke-otentik-an seseorang menjadi dirinya, yang benar-benar dirinya seperti blueprint yang sudah disiapkan Tuhan sebelum dia lahir.
Karena anak juga bukan korban keegoisan orang tua.
Kata Cak Nun malam tadi di Padhangmbulan mengutip sebuah
Hadist ” Man ‘Arafa Nafsahu Faqad ‘Arafa Rabbahu
Hadist ” Man ‘Arafa Nafsahu Faqad ‘Arafa Rabbahu
"Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya"
Pengenalan akan diri ini penting. Untuk jalan menuju apa yang sudah disiapkan Tuhan menjadi jalan hidup seseorang. Saya jadi teringat dalam sebuah nas di Injil, ketika Yesus/Isa mengatakan 'Sebab aku tahu darimana aku datang dan kemana aku akan pergi'
Otentisitas inilah juga yang akhirnya menjadikan karakter seseorang kuat. Kalau lahir di Jawa hidup di Jawa ya harus benar-benar menjadi orang Jawa, belajar segala ilmunya, kalo jadi orang batak, dayak, flores, asmat dll ya harus benar-benar otentik menjadi dirinya sendiri, supaya tidak terjebak hal-hal yang justru akan menenggelamkan diri seseorang pada arus yang tidak bisa dia bendung.
"Sekolah yang baik hanya 'mengantar' anak didik untuk menjadi diri mereka sendiri. Mengantarkannyapun tak perlu jauh-jauh, karena tiap anak telah membawa bakat masing-masing" Toto Rahardjo.
"Sekolah yang baik hanya 'mengantar' anak didik untuk menjadi diri mereka sendiri. Mengantarkannyapun tak perlu jauh-jauh, karena tiap anak telah membawa bakat masing-masing" Toto Rahardjo.
Tadabbur Padhangmbulan Juni 2017..
Nuwun.
No comments:
Post a Comment