image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Monday, April 30, 2012

tanu metir

Ketenaran seseorang berpengaruh juga bagikepercayaan orang lain terhadapnya. 
Meskipun ketenaran belum tentu menunjukkan
ukuran sebenarnya dari seseorang.

 Api di Bukit Menoreh,333, jilid 8, S.H. Mintardja

Sunday, April 15, 2012

ngelmu Pring - Romo Sindhunata

mencoba menulis kembali
apa yang sudah ditulis oleh romo Sindhunata dalam "air kata-kata"

NGELMU PRING (mengasah ilmu dan falsafah dari bambu)
 okey langsung saja.. 

 Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol


pring padha pring, eling padha eling
eling dhirine ,eling pepadhane
eling patine, eling Gustine


Pring iku deling, tegese kendel lan eling
Pring padha pring, eling padha eling
Pring iku suket,dhuwur tur jejeg


Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol


Pring ori, urip iku mati
Pring apus, urip iku lampus
Pring petung, urip iku suwung
Pring wuluh, urip iku tuwuh
Pring cendani, urip iku wani
Pring kuning, urip iku eling


Pring padha pring, Eling padha eling
Eling dirine, Eling pepadhane
Eling pathine,Eling gustine

Pring iku mung suket
Ning kabeh asale seko saka pring
 
kepang asale seko pring
Sajen asale pring
Lincak asale pring
Pager asale pring
Usuk asale pring
Cagak asale pring
Gedhek asale pring
Tampar asale pring
Kalo asale pring
Tempah asale pring
Serok asale pring
Tenggok asale pring
Tepas asale pring
Pikulan asale pring
Walesan pancing asale pring
Jangan bung asale pring
Bunthel genbus asale pring
Wong urip asale pring
Uripe kudu eling
Matine digothong nganggo pring
Muleh asale ing ngisor pring

pring padha pring, eling padha eling
eling dhirine, eling pepadhane
eling patine, eling Gustine

Pring iku mung suket
Nanging gunane akeh banget
yaiku jenenge ngelmu pring
dadia kaya pring

prasaja ora duwe apa-apa
ning merga ora duwe apa-apa
bakal bisa dadi apa-apa
,kaya pring..


Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol


susune sopo sing menthe-mentheg,susune pring
bokonge sapa sing megal megol,bokonge pring
pring susu pring bokong
pring iku ibu sing momong

Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol


ora gampang tugel merga melur
pring kena dienggo mikul
barang sing abot
pikulen bot repoting uripmu
nganggo pring tegese, aja kaku uripmu
melura, pasraha, baumu
bakal bisa nyangga kabeh sanggane uripmu


Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol

Pring iku gampang tuwuh
lemahe bera lemahe subur
mangsane garing mangsane rendheng
pring iku terus modot
nyuwara kemresek lan kemlethek
pucuke mbedhah clumpringe
kang mbebed lan wuled
ing mbengi pinuju sepi


swarane kemrenyes merak ati :
aja nggresula aja sedhih
dudu kowe ning Gusti
sing bakal nuwuhake, nggedhekake,


nyempulurake uripmu tanpa kowe ngerti
ngerti-ngerti kowe wis ketiban rejeki
cukup sandhang cukup pangan mukti pakarti


Pring reketeg
gunung gamping jebol
susu mentheg-mentheg
bokong gedhe megal-megol


njerone pring iku bolong tanpa isi
nanging bolong iku ngemu isi
yaiki sejatining ngelmu pring :
golekana isine wuluh wung wang
dadio isi sajroning suwung


pring padha pring, eling padha eling
eling dhirine, eling pepadhane
eling patine, eling Gustine


Dr. Gabriel Possenti Sindhunata, S.J.

mencoba memaknai ini, sulit namun mungkin jika bisa dijalani mungkin kembali menambah hakikat hidup itu sendiri..

mahendra dan anak2nya

Dihari berikutnya, maka segala persiapan sudah hampir
selesai. Rumah Arya Kuda Cemani sudah di hias dengan tarub.
Jika senja turun, maka rumah dan halamannya nampak terang
benderang. Lampu minyak dan onc or sudah dipasang dimana-
mana.
Di hari berikutnya, barulah Mahisa Bungalan datang.
Akuwu Sangling itu ingin menunggui adiknya yang akan
menikah meskipun Mahisa Bungalan juga merasa heran,
kenapa Mahisa Murti sama sekali belum tergerak hatinya
untuk memilih seorang kawan hidup.
Baru setelah sehari berada di Singasari, diluar pengetahuan
Mahisa Murti dan Mahisa Pukat, Mahendra telah
menceriterakan hubungan yang rumit antara Mahisa Murti,
Mahisa Pukat dan Sa si, seorang gadis cantik anak Arya Kuda
Cemani
Mahisa Bungalan hanya dapat menarik nafas dalam-dalam.
Seperti ayahnya iapun merasa iba terhadap Mahisa Murti.
Tetapi ia tidak boleh menyatakannya, karena dengan demikian
maka ia akan dapat meny inggung perasaannya. Juga ia tidak
dapat berbicara tentang hal itu kepada Mahisa Pukat.

Thursday, April 12, 2012

CONCLUSION

conclusion of pelangi di langit singosari, mantap.... garang, tajam, menggetarkan sukma...tidak cukup untuk disampaikan cuman berkata didalam hati..


1. sesakti- sakti apapun manusia akan tetap kalah dengan kekuasaan yang lebih tinggi, Kematian oleh kehendak Sang Pencipta..

2. setiap kehidupan mempunyai alur masing-masing bukan berarti bahwa yang kaya itu kaya dan yang miskin itu miskin
yang keliatan mewah jasmaninya belum tentu mewah pula landasan kajiwannya.. begitu pula sebaliknya..

semuanya bertugas pada wahyu masing2 menjadi apa seperti mahisa agni, wintarta sang patih pakuwon, ken dedes ibu raja jawa, sumekar (batil pengalasan), mahendra, ranggawuni dan mahisa cempaka 'sang sepasang ular naga di satu sarang' kemudian mahisa murti dan pukat... juga orang2 yang benar2 mengasingkan diri seperti pemilik pedang kehijauan...atau seorang akuwu lemah warah yang menyamar menjadi rakyat...

kemudian para pemberontak kediri, prajurit2 telik sandi yang bekerja di belakang layar untuk negara tanpa siapapaun tau jasanya...

 akhirnya semua akan kembali pada jalan masing-masing
tidak perlu menyesali atau mengumpati nasib, paling tidak semua orang sudah berusaha...
tidak ada yang tau kita akan dilahirkan pada keluarga siapa, agamanya apa...
semua sudah ada jalannya manusia tinggal memahami, terus berusaha untuk menjadikan dirinya bermakna dimanapun dia ditempatkan, dimanapun dia ditugaskan oleh Pencipta..

entah menjadi mahisa pukat yang menjadi pelatih di sanggar kesatriyan, Singasari
atau mahisa murti yang tetap memilih jalannya di padepokan terpencil Bajra Seta, namun berarti untuk padukuhan disekitarnya..
besar dan kecilnya akhirnya tergantung kepada seberapa besar kita memaknaik jalan yang harus kita lewati... bukan semata hanya materi yang terlihat, namun lebih  ke hasil secara keseluruhan... kajiwan dan kanuragan...

tentang kekayaan

Meskipun semua orang pada umumnya memerlukan uang,
tetapi tidak semua orang menjadi rakus dan menganggap uang
adalah puncak dari segala -galanya." Mpu Sidikara dalam perjalanan ke Bajra Seta
hlhp 8806, S.H. Mintardja

Wednesday, April 11, 2012

mahendra dan Mpu Sidikara

"mPu Sidikara mengangguk sambil menjawab dengan
sungguh-sungguh "Sebenarnyalah demikian. Mahisa Pukat
memang seorang anak muda yang akan dapat memegang masa
depan. Karena itu, maka penempatannya di Kasatrian adalah
tepat sekali."

Mahendra tidak bertanya lagi. Kepalanya masih saja
menggangguk-angguk kecil. Dengan demikian maka ia telah
meletakkan banyak harapan pada Mahisa Pukat bagi masa
depannya.

Namun Mahendrapun teringat pula kepada Mahisa Murtii
Mahisa Murti dalam segala hal tidak kalah dari Mahisa Pukat.
Seandainya ada selisih diantara keduanya, maka selisih itu
hanya selapis-selapis tipis. Namun nasib keduanyalah yang
memang berbeda.

Tetapi agaknya Mahisa Murtipun telah meletakkan
pilihannya. Sebagaimana Mahisa Pukat mengabdi di
Ka satrian, maka Mahisa Murtipun telah memilih tempat
untuk mengabdi. Di Padepokan Bajra Seta.

hlhp-8778

Monday, April 2, 2012

agustaisme

aku kembali duduk diantara orang-orang kecil
bercengkarama bersama arteri-arteri sendi kehidupan yang pelik
karena aku yakin semua orang pasti ingin senang,
siapa sih yang mau hidup susah?
ha?

tapi mengapa akhir-akhir ini semakin sering saja melihat ketimpangan-ketimpangan itu..
semua orang memang berusaha untuk menjadi lebih baik, setiap waktu
menurut caranya masing-masing, memberi yang terbaik untuk penghidupannya..

Memang kenyataan sering berbicara lain, tapi bukankah kita layak menjadi orang layak..
menjadi benih-benih subur ditengah gersangnya hutan,hutan kekuasaan..

lelah
 

ngetik jadi baca chiken soup..

                                                                   Ibu sejati
Ibuku baru mulai bekerja di luar rumah setelah agak berumur. Kemudian dia bekerja paruh wkatu di toko roti, melayani pembeli. Dia membiarkanku bermain di tempat yang dapat diawasinya dari jendela, dan aku kerap berlari masuk untuk mendapatkan jajanan. Pada waktu itu, dia percaya hanya matanya sajalah yang cukup dapat diandalkan untuk menjamin keselamatanku. Dia selalu menjadi ibu sejati.
Amat jelas bagiku, bahkan sejak usia dini, bahwa menjalankan status sebagai “ibu” adalah identitas terpenting bagi ibuku. Aku merasakannya dari caranya memandangku, dari suaranya, dari sentuhannya. Sejak awal, nyaris seperti sudah disetel, ibuku memberiku bagian terpenting dari dirinya disamping cintanya-perhatiannya. Dengan segala masalah yang mehadangnya, macam-macam kendala, tuntutannya sendiri dari perkawinan dan dari hidupnya, paling tidak dia telah memperoleh satu target-menjadi ibu sejati.


Kadang-kadang dia menjadi berlebihan. Jika udara dingin, aku akan mengenakan berlapis-lapis baju hangat dan harus mengenakan pelindung telinga. Jika udara panas, dan apartemen kami selalu panas, dia akan mengungsi ke pantai  dan membawaku ke laut. Dia seorang ibu yang pencemas, dan ketika salah satu keluarga kehilangan anak mereka karena penculikan, ibuku menaruh botol-botol berisi koin diatas bingkai jendela supaya, bila botol itu jatuh, dia sudah sempat diperingatkan akan adanya orang yang berusaha masuk secara paksa ke dalam rumah. Dan bila ada yang mengancamku di sekolah dengan konfrontasi model anak sekolahan, ibuku akan langsung menghadapi mereka jika dia tahu. Dia adalah pelindungku, pendukungku, dan orang pertama yang pernah membuatku merasa aku ini istimewa, tiada bandingnya dimanapun.
Aku masih bisa mendengar suaranya memberiku semangat pada waktu kencan pertamaku. “Pergilah”, dorongnya. “Bersenang-senanglah” katanya sambil tersenyum.”Dan jangan bolehkan dia menyentuhmu” katanya memperingatkan.


Dan ketika aku sudah lebih besar, suatu kali pacarku membiarkan aku menunggunya padahal dia sedang berjalan-jalan menyusuri dermaga bersama cewek lain, ibuku mencarinya kemudian menyampaikan kepadaku, “Aku sudah mengajarinya sesuatu”. Meski aku merasa dipermalukan oleh tindakannya waktu itu, kejadian itu selalu kukenangkan.
Dalam kehidupanku selanjutnya,aku bertanya-tanya bagaimana dia bisa tahu begitu banyak tentang aku bahwa aku tidak terlalu mengenal diriku sendiri. Dia tahu meski nilai-nilaiku disekolah termasuk rata-rata saja, itu karena aku bosan saja, tetapi sebenarnya aku cukup cerdas. Dia tetap percata padaku sewaktu aku melakukan kekeliruan yang sudah bisa membuat orang lain mengangkat bahu. Dia menginginkan aku menjadi jauh lebih hebat daripada dirinya, sementara aku merasa ingin menjadi seperti dirinya dalam segalanya.
Baru-baru ini, kedua anakku-satu lelaki dan satu perempuan-datang berkunjung. Pada usia mereka yang empat puluhan, keduanya sudah menikah dan memiliki anak-anak sendiri. Mereka berdua kelelahan dan lansung saja tidur, satu di sofa yanglainnya di tempat tidur.

Pelan – pelan selagi mereka  tidur kuambil selimut dan kuselimuti mereka, seperti yang telah kulakukan berkali – kali ketika mereka masih anak – anak. Aku melepaskan kabel telepon, sehingga mereka tidak akan terganggu, menurunkan tirai dan dalam momen yang amat bermakna, aku memandang mereka, merasa bersyukur menjadi seorang ibu, yang seperti juga ibuku dulu, seorang ibu sejati

-Harriet May Savitz-