image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Thursday, March 5, 2020

TIAP SENJA

Tempat ke tempat dikunjungi, menyapa setiap mahkluk dan mencari setiap jawaban atas semua kegelisahan. Mengunjungi rumah ke rumah, sembari membasuh dan terus menenangkan diri. Ketenangan itu yang mungkin ingin dicari, dimana semua riuh, semua bermasalah, semua keruwetan sudah jauh diatas kendali. Saking cintanya pada sesuatu akhirnya bersemayam pula harap. Dan harapan pula yang mematahkan banyak hati. 

Yang berat akhirnya adalah berjalan dan ditikung ditengah jalan oleh momentum. Tujuan dan visi dibabat habis oleh efek jangka panjang dari segal keputusan.


Inginnya begini, realitasnya begitu. Kita sudah ngorbanin banyak hal namun pada akhirnya momentum terus menjawab dalam berbagai eskalasi. Banyak masalah memang belum selesai, dan entah kapan akan selesai.

Sejenak mencumbui udara dan embun bersama segala kenikmatannya. Karena memang tak banyak manusia yang mau dan mampu mengerti. Karena memang semua manusia sedang sibuk dengan berbagai urusan, ego, ambisi dan perjalanannya. Mencari air sedikit lalu dikuras habis, bahkan terus kurang. 

Lantas kemana jalma mau pergi?
Apa yang harus dilakukan?
Apa yang akan menenangkan, ketika harus bertahan?
Mulai memilih, bersikap acuh, meminimalisir semua resiko, menghadapi friksi-friksi yang sampai kapan berlalu.  

Tersiksa oleh kebimbangan, kebingungan, ketakutan akan habisnya air untuk membasuh meskipun sederhana. Lalu terus mencintai dan jujur kepada diri sendiri. Seancur apapun kenyataannya, sejatuh apapun realitasnya, sesulit apapun keadaannya.

"Tak mestinya luka menghentikan, langkah. Bila saatnya hadapilah"
Mari berlayar diperahu yang terus karam, dan menikmati senja dari tiangnya yang rapuh...


Sukawati, 06 Maret 2020
#Agustaisme


No comments:

Post a Comment