PERJUMPAAN DENGAN RINDU
Lalu aku menemuimu kembali, jauh lebih dalam lagi kedalam
relung-relung jiwa,
kedalam bingkai-bingkai kosong tanpa lukisan yang penuh
makna.
Kosong, namun melumatkan gundah, menggetarkan nadi,
menggerakkan api-api kata-kata, mengatupkan sendi rongga-rongga seakan enggan
tuk bicara.
Dalam tangis aku menemuimu lagi, jauh lebih dalam lagi,
dalam pencapaian spiritual yang lebih kuat.
Mentiadakan aku, menghilangkan aku..
Lalu hanya ada dirimu…dirimu, kekasih.
Melangkah berloncatan diantara mega-mega yang gelap, seperti
Narada yang berjumpalitan diatas kabut atau pedhut-pedhut yang sama menjadi bayang
misteri. Tenggelam, dan mencekam.
Tenang, dalam dan sangat-sangat menghanyutkan tak kuasa aku
menahannya, arus yang meluap-luap, meletup kemudian meledak, gemanya terserak,
berserak diangkasa..
Apa ini cahaya itu?
Cahaya yang berpendar pelan namun perlahan semakin jelas
guratnya disanubari. Semburat sinar, bang-bang ing wetan. Menusuk
menjerumuskanku kedalam lautan rinduku padamu, lautan cintaku padamu.
Kesunyian yang merindukan, kesepian yang begitu menenangkan.
Cahaya, apakah ini yang kucari?
Setelah perjalanan begitu panjang, kau bawa aku kedalam
rindumu yang mendalam..
Bukan dari altar-altar, bukan dari lafas-lafas yang telah
kau wahyukan, bukan dari ritual-ritual rutinitas itu.
Tapi dari semua kesunyian, dari semua perjalanan, semua
perjumpaan, dari semua obrolan..
Tenang dan semakin hanyut…
Apa yang harus kukatakan, ketika sejenak kau berikan secuil
makna dari perjumpaan yang benar-benar kurindukan dan kau dengan teduh,
memberikannya bersama ketenangan, yang meluap-meluap.
Aku kelak akan didalammu, dan kamu ada didalamku, Kekasih.
Lingsir wengi tan
kendat, bebaya memala tan kena kinaya ngapa, bebendhu petheng tan kena kinira..
Bangbang wetan,
semburato….
Sukowati, 22 Juni 2016
No comments:
Post a Comment