image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Tuesday, June 21, 2016

Perjumpaan dengan Rindu

PERJUMPAAN DENGAN RINDU

Lalu aku menemuimu kembali, jauh lebih dalam lagi kedalam relung-relung jiwa, 
kedalam bingkai-bingkai kosong tanpa lukisan yang penuh makna.
Kosong, namun melumatkan gundah, menggetarkan nadi, menggerakkan api-api kata-kata, mengatupkan sendi rongga-rongga seakan enggan tuk bicara.
Dalam tangis aku menemuimu lagi, jauh lebih dalam lagi, dalam pencapaian spiritual yang lebih kuat.

Mentiadakan aku, menghilangkan aku..
Lalu hanya ada dirimu…dirimu, kekasih.

Melangkah berloncatan diantara mega-mega yang gelap, seperti Narada yang berjumpalitan diatas kabut atau pedhut-pedhut yang sama menjadi bayang misteri. Tenggelam, dan mencekam.

Tenang, dalam dan sangat-sangat menghanyutkan tak kuasa aku menahannya, arus yang meluap-luap, meletup kemudian meledak, gemanya terserak, berserak diangkasa..
Apa ini cahaya itu?

Cahaya yang berpendar pelan namun perlahan semakin jelas guratnya disanubari.  Semburat sinar, bang-bang ing wetan. Menusuk menjerumuskanku kedalam lautan rinduku padamu, lautan cintaku padamu.

Kesunyian yang merindukan, kesepian yang begitu menenangkan.
Cahaya, apakah ini yang kucari?

Setelah perjalanan begitu panjang, kau bawa aku kedalam rindumu yang mendalam..
Bukan dari altar-altar, bukan dari lafas-lafas yang telah kau wahyukan, bukan dari ritual-ritual rutinitas itu.
Tapi dari semua kesunyian, dari semua perjalanan, semua perjumpaan, dari semua obrolan..
Tenang dan semakin hanyut…
Apa yang harus kukatakan, ketika sejenak kau berikan secuil makna dari perjumpaan yang benar-benar kurindukan dan kau dengan teduh, memberikannya bersama ketenangan, yang meluap-meluap.
Aku kelak akan didalammu, dan kamu ada didalamku, Kekasih.

Lingsir wengi tan kendat, bebaya memala tan kena kinaya ngapa, bebendhu petheng tan kena kinira..
Bangbang wetan, semburato….


Sukowati, 22 Juni 2016




Saturday, June 11, 2016

Puasa sepanjang hidup

Lalu apa perlu saya berkata tentang apa yang saya puasakan sepanjang hidup saya.
Toh sampai sekarang saya hampir menyingkirkan semua keinginan saya untuk segala sesuatu yang lebih penting.

Banyak manusia dan orang2 sekitar saya terlalu kemaruk, untuk menggapai segala sesuatu. Nafsunya begitu buas untuk pencapaian tahap dirinya sendiri.

Banyak orang yang tega menginjak orang lain, saudara bahkan mungkin ayah ibunya supaya dia dicap sebagai seorang yang berhasil. Rela orang lain lapar asalkan dia kenyang, bahkan berlebihan. Tidak peduli akan nasib keluarganya asalkan dia senang, tidak peduli nasib sekelilingnya asalkan dia bisa sukses, terlalu banyak orang yang demikian dan semakin banyak nampaknya.

Jadi tolong selama anda tidak tau saya, jangan ukurkan apa yang menurut anda sebagai ukuran baku kepada saya.

Hidup saya dengan anda begitu berbeda, namun jika yang anda ukurkan tentang esensi puasa saya tahu betul karena sepanjang hidup saya adalah mengalah, dan berpuasa dalam segala aspek, segala pilihan-pilihan hidup, jalan-jalan hidup, pandangan2 masa depan yang harus saya singkirkan untuk kepentingan yang lain yang lebih baku dan penting. Mengalahkan semua ego agar semua bisa berjalan setidaknya seimbang, dan anda tidak pernah mengerti karena memang pandangan anda terlalu sempit.

Puasa yang saya jalankan seumur hidup tidak serendah hanya makanan dan minuman, karena saya tidak lagi takut soal lapar dan haus, ada banyak hal diluar sana yang telah saya alami dan tidak pernah kalian alami sebagai manusia biasa, dan saya berusaha untuk melewatinya

Setiap orang punya bekal, dan arus perjalannya sendiri...
tentu juga tentang pilihan-pilihan pertimbangan kompleks atas segala sesuatu.

Sragen, 11 Juni 2016
Indra Agusta

Friday, June 3, 2016

WARNING WEDDING

"Karena terburu-buru nikah / pacaran tanpa perhitungan yang jelas akan menjadi neraka seumur hidup. Ati-ati nglakoni urip."
- Simbah Putri

Ya mungkin memang begitu, beruntungnya saya lahir di keluarga yang harus memperhitungkan matang2 setiap keputusan.

Terlalu jenuh saya melihat kehancuran sebuah rumah tangga hanya karena salah keputusan, hanya karena jatuh cinta [saja], kebosanan demi kebosanan yang berujung pada perselingkuhan, perceraian, dan penelantaran anak-anak kecil yang sejujurnya masih memerlukan bantuan untuk membangun hidupnya.

Pola-pola yang kian terus berkembang diturunkan kepada anak dan cucu karena memang tidak mau belajar dari pengalaman, atau cenderung larut dalam sebuah keadaan dan tidak mempunyai daya untuk melawannya, untuk berpikir akan solusi terbaik dari penyelesaian sebuah konflik.

Pada akhirnya memang benar kata simbah, membangun sebuah keluarga bukan hanya sekedar janji akad nikah di depan Pendeta, atau Pak Naib. tapi lebih pada perhitungan matang setiap langkahnya, tidak selalu harus berhasil namun terus menghitung-hitung segala kemungkinan....baik dan buruknya.

Membangun kesadaran berpikir menentukan pola dari sesuatu yang keliatannya tidak berpola menjadi berpola.

Kleco Wetan, Juni 2016
Indra Agusta