image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Thursday, March 17, 2016

Perantau dan Penunggu Rumah

"Merantaulah supaya kamu tahu bahwa tiket pulangmu mahal"

begitu kata-kata yang aku dapat dari internet, yah mungkin benar, dan memang  saya melihat sendiri bagaimana teman-teman yang entah bekerja atau belajar jauh dari kampung halaman, rela menggelontorkan beberapa kepingan uang untuk bertemu dengan keluarga dirumah, untuk merayakan idul fitri atau Natal bersama keluarga dan biasanya ada embel2 kata2 tersebut disosial medianya.

Memang ada benarnya jika kata orang kita harus merantau, mencari sesuatu yang baru diluar sana, bertemu dengan orang-orang baru, memahami budaya-budaya baru dan seterusnya. Atau memang kita harus pergi meninggalkan rumah untuk suatu maksud tertentu bekerja mungkin ,atau belajar mungkin didalam maupun di luar negeri.

its no problem.

Yang terkadang mengganjal adalah ketika orang mulai menstandarkan bahwa hidup di tanah rantau itu penuh perjuangan dll, tapi tidak pernah mencoba melihat dari sisi yang lain bagaimana kehidupan dirumah juga bisa dibilang adalah ladang pertarungan tersendiri.

Saya berpikir sama saja, bahkan saya melihat beberapa orang berjuang lebih keras dirumahnya, daripada mereka yang merantau. Jadi sebenarnya tidak ada bedanya, dan diam dirumah tidak bisa dibilang remeh, mereka orang-orang yang kuat dan tau detil setiap permasalahan di rumah, bertahan dan menentukan pilihan untuk tetap dirumah.

Akhir-akhir ini dimedsos terpajang bermacam2 foto orang-orang tua yang sudah renta, hidup ala kadarnya, bahkan jauh dari standar hidup manusia, mereka bukan tidak punya keturunan, namun ditinggalkan oleh anak-anaknya. Ini kacau, jaman kalabendhu.

Saya bahkan tidak habis pikir bagaimana seorang anak tega meninggalkan orang tuanya seperti itu, sementara merekapun juga mempunyai anak, lalu bagaimana persepsi mereka jika hal serupa ditimpakan pada mereka kelak?.
Atau kisah seorang anak yang nekat minta sepeda motor ke orang tuanya, hanya karena gengsi, namun tidak mau tau kondisi keluarga mereka. ini bagaimana?


Maka Diamlah dirumah, supaya kau tau tiket pulangmu yang berharga sangat murah daripada pengorbanan orangtua yang telah membesarkan engkau, 
Jika nalarmu masih berfungsi bukankah seharusnya prioritas utama adalah orang tua, bukan hanya pencapaian semata?

Pekerjaan penting, cita-cita penting, namun saya kira orang tua juga sangat penting.
sebaik-baiknya, seburuk-buruknya....

Karena kita kelak juga menjadi orang tua.



No comments:

Post a Comment