Oleh: Indra Agusta
Riyaya Bakdan, Idul Fifri saya pribadi memandangnya sebagai peristiwa magis, sakral sekaligus khidmat.
Tinggal didesa menemani simbah dirumah tentu sangat tahu bagaimana rasanya hati dikoyak habis kemesraan yang tak bertepi.
Jalanan yang biasanya sepi kini riuh, dibeberapa rumah sudah ramai dengan handai taulan yang pulang merantau. Di kompleks pemakaman tempat Ibu saya 'berbaring' juga ramai manusia yang melepaskan sungkemnya meski secara kasat tak bertemu, juga isak tangis sesenggukan karena baru saja 'ditinggal' menjelang lebaran.
Disudut kampung senyum-senyum dibiarkan lepas dan bahagia memadati takbir keras semalaman. Desa yang terasa lengang kini lebih hangat, banyak orang kembali menuju sejatinya, asalnya. Banyak pula yang duduk-duduk merenungi kegelisahan batinnya.
Bakdan akan berlanjut dengan perayaan Bakdan Kecil, bodo kupat kalau orang desa saya bilang, seminggu setelah Sholat Ied. Opor-opor dan rawon di 8 Syawal akan terganti makanan khas yaitu Ketupat dan Lépét. Semua orang pasti tahu, namun seberapa jauh dulur-dulur memaknai makanan khas tersebut? Ini yang saya tangkap dari tutur-tutur simbah-simbah saya.
KETUPAT, adalah ketan yang dibungkus rajutan janur (daun kelapa yang masih muda) membentuk segiempat agak lonjong.
Dalam khazanah Jawa Ketupat disebut dengan Kupat. Wantun ngaku lepat, kanthi laku papat yang bermakna: Berani mengakui kesalahan, dengan menggunakan 4 jalan.
Laku papat tersebut adalah :
Lébaran, lébar bukan lebar (sisi hitung matematis), lébar adalah bahasa Jawa yang bermakna 'setelah' , atau sekarang orang Jawa lebih familiar dengan istilah 'bubar', nah bubaran ini sama maknanya dengan Lébaran. "Perayaan Setelah" -puasa- 1 bulan. Laku yang dibuka dengan takbir semalaman, lalu biasa didesa dipenghujung subuh mendatangi makam-makam leluhur dan saudara yang sudah mendahului berpulang.
Leburan, lebur bisa dimaknai sebagai hancur, lumat tapi punya sifat menyatu. Maka kupat juga dimaknai sebagai jalinan kesatuan dan kebersamaan semua mahkluk, seperti memadatnya ketan dalam jalinan janur.
Laburan, Labur adalah semacam cat dinding yang digunakan untuk melapisi tembok supaya lebih indah dan kuat. Jaman dulu labur dibuat dari gamping dicampur dengan remukan batubata dan semen, di Pabrik Gula di Jawa masih bisa ditemui labur sebagai pelapis dinding bangunan pabrik, warna putih gamping inilah yang kemudian dimaknai sebagai menutupi, mikul dhuwur méndem jero segala perbuatan handai taulan supaya kalau ada masalah atau dendamnya tidak diwariskan ke anak cucu, generasi penerus. Dilabur dengan kesucian dan kemurnian hati untuk sama-sama ikhlas meredam masalah tanpa perpecahan, rekat rapat seperti putihnya labur.
Luberan, luber itu seperti mengisi genthong yang sudah penuh lalu airnya tumpah-tumpah, seperti itulah prosesi luberan. Dimana hendaknya tresna-katresnan selalu muncul persis disaat jalinan silaturahmi lebaran berlangsung, menghidangkan kupat sebagai hidangan terbaik merupakan salah satu wujud katresnan tersebut.
Selain Kupat pada perayaan Bakdan Cilik/kupat, ada satu makanan khas lagi, namanya Lépét.
LEPET, juga terbuat dari beras ketan direbus namun wadahnya berbeda dengan ketupat, lépét dibungkus daun bambu, biasanya Pring Apus yang makna filosofisnya lampus, Atau ketiadaan, kematian dengan memakan ini kita juga diingatkan bahwa lebaran juga sebagai sarana sesuci bahwa Hanya ada satu jalan menuju kebersatuan dengan Tuhan, yakni Jalan Peniadaan Diri. (red. Tuhan Maha Asyik, Buya Kamba).
Yang persis seperti ditulis Mbah Nun dalam tetes hari ini "Aku tidak punya pernyataan tentang-Mu. Aku tak punya kata tentang Engkau. Hurufku sirna. Diriku musnah. Hidupku fana. Pada-Mu hamba tiada."
Setelah Lepet dipépét menggunakan daun bambu, lantas buntalan tadi akan diikat dengan dhamen (batang padi) sebagai simbol kemakmuran Dewi Sri pada tanah Jawa.
Lalu lengkapnya 8 Syawal menjadi perpaduan dinamis sebagai perayaan, dan perenungan lewat makanan tertentu. Jawa akhirnya terus sarat akan makna, makna-makna yang akan terkubur jika kita tidak mencoba bertanya dan mencatatnya.
Selamat Bakdan,
Lebur salah seleh e, Labur lepas lupute
Lebar poso, Luber pangapuro lan katresnane....
Kleco Wetan, 1 Syawal 1439 H.