Malam meninggalkan jejak-jejak kebisingan
Diantara geram dedaunan yang hambar karena buaian debu,
gemericik jenuh kabut kota mengantarkan manusia pada Titik Nadir Kepalsuannya.
tingkap-tingkap kulminasi kebuntuan, keabsurd-an,
Ada sangat banyak jalma yang merasa kesepian, sangat-sangat kesepian.
Agama yang ditelannya dengan rutinitas ibadah tak menjawab dinamika kosong hatinya,
Dititik pelampiasan langkahnya, tak membawanya pada sebuah oase, kegersangan meraja.
Ditelannya wibawa dan rupa dunia, kelam semu beradu, nasib mengayun tanpa langkah.
Berharap sang jalma pada ujung jalan penantian,
Namun ujung perjalanannya diisi kesepian, seperti Syair Laku Buntu di terjalnya jalan setapak desaku.
Kepalsuanmu merekah,
Amarahmu meledak,
Kebuntuanmu menjadi,
Kepalsuanmu tak mau bertepi,
Mengais-ngais tanah kau ratapi, berharap kekosonganmu terpenuhi.
Kepenuhan ternyata mengoyakkan, kantung "air hidup" mu.
dari selasih sesak, terucaplah jerit sesakmu.
Hingga lepaslah, lepaslah semua, lepaslah dirimu, lepaslah sejatimu...
terombang-ambing dilautan tiada bernama.......
lelakumu, laku kebuntuan.....
untukmu, supaya tidak kehilangan dirimu,
kesejatian dirimu sebagai jalmayang sejati.
ditulis dari bilik sepi, ketika mendengar Adzan Subuh memanggil sang jalma untuk bersujud
Kemis, 24 Agustus 2017
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments:
Post a Comment