Hari Valentine setiap tahun dirayakan di hampir seluruh penjuru dunia di tanggal 14 Februari, termasuk Indonesia dan di Indonesia kasusnya lain ada semacam justifikasi bahwa Valentine ajaran kekristenan, hingga sampai detik ini Valentine selalu dibenturkan di ikonikkan dengan Kristen, dan diikuti pelarangan di Islam untuk merayakan valentine, benar jika Valentine bukan ajaran Islam tapi Valentine juga bukan Ajaran Kristen, tapi kita terus dihadap-hadapkan dan bahkan sampai banyak orang yang ikut arus ini.
Polarisasi, metode seperti ini semakin menjadi bumbu sedap ketika pilkada serentak dibeberapa daerah dan seni konflik menjadi metode pemenangan para calon, lalu kita ikut arus dan tidak sadar mereka yang terus menerus ingin mengadu domba bangsa ini, demi kepentingan dan keuntungan mereka
Valentine itu bukan ajaran kekristenan, jadi tidak perlu mempertentangkan dan dipertentangkan seolah-olah itu bagian dari liturgi penting, juga bukan budaya Indonesia jadi tidak perlu mendebatnya di sini, mau merayakan atau tidak terserah.
Tidak perlu juga menuding dulur-dulur saya yang muslim ke arab-araban, padahal kekristenan-pun juga berasal dari timur tengah, meski perkembangannya gereja barat lebih mendominasi.
Atau sedulur Hindhu dianggap menyembah pohon, kuno padahal anda sendiri tidak tau,dan tidak bisa menikmati presisi kekusyukan Ketuhanan yang mereka jalankan,
Semua orang punya jalannya masing-masing menuju Tuhan-nya,bahkan daun-daun dan gunung-gunung beribadah kepada-Nya.
Jadi tidak perlu menambah polarisasi, dan penajaman kubu-kubu yang terus dihadap-hadapkan supaya bertengkar. Dari dulu kita menerima apa saja, yang penting presisinya tetep Nusantara, tetep NKRI.
Karena proses kelahiran kita di Indonesia ini merupakan Hak Mutlak Tuhan, dan tidak bisa ditawar, maka wajib untuk melindungi tanah air dari ancaman kerenggangan persatuan dan kesatuan bangsa, termasuk untuk tidak menambah masalah, dengan saling berebut benar.
Terimakasih.
No comments:
Post a Comment