Berbagai gaya manusia dalam berpakaian, berjalan, berbicara, menelaah sesuatu, memutuskan sesuatu kadang membuat manusia berkesimpulan pelik dan ironi. Rutinitas-rutinitas yang tak lelah oleh roda jaman ternyata harus dibatasi bahwa ternyata manusia punya rasa bosan.
Kebosanan-kebosanan itu lalu menuai sebuah perilaku, gaya hidup yang titik kulminasi emosionalnya akan meledak menjadi sebuah sikap yang mungkin bisa sangat menyenangkan atau berbahaya.
Kecencerungan yang berbahaya adalah ketika mereka tidak pernah puas dengan dirinya sendiri, dan mulai menyalurkan rasa hausnya pada orang lain. Agar dipenuhi tentunya. Yang dimana dalam realitanya kehausan pada orang lain itu memang tak jauh dari lingkaran-lingkaran terdekat, sejauh mana yang bisa dijangkau sebuah individu.
Rasa penat, sedih, gelisah, marah, dan segala kehausan seseorang akan suatu hal tentu akan dilampiaskan ke orang lain ketika mereka sudah tidak bisa mencegahnya, psikis seseorang membutuhkan namun internal jiwanya tak mampu memenuhi.
Lalu mereka kemudian seperti mampir kerumah makan, menyambangi kawan hanya untuk sekedar makan hidangan mereka puas sebentar mereka akan pergi, atau akan marah jika hidangan tidak tersaji.
No comments:
Post a Comment