image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Tuesday, December 6, 2016

Seni Konflik, Devide Et Impera gaya baru

Oleh : Indra Agusta


Hari-hari ini mungkin ada semacam ancaman besar bagi Bangsa Indonesia, kita lihat 5 tahun terakhir saja semakin kentara, dimana kita sebagai bangsa yang besar semakin ditekan (direkayasa) untuk tidak berdaulat dari segi apapun.  Di berbagai bidang kita sudah tidak percaya diri menjadi diri kita sendiri, dan akhir-akhir ini menurut pengamatan saya semenjak Jokowi bertaruh di Pilgub Jakarta, semakin banyak potensi-potensi konflik yang tingkat intensitas kerawanannya semakin tinggi.


PERGESERAN PASAR DAN POLA EKONOMI MASYARAKAT

Ketimpangan-ketimpangan dikalangan masyarakat sendiri sudah semakin terasa dengan dibangunnya Minimarket-minimarket di berbagai tempat, yang akhirnya menuai protes dari kalangan rakyat sendiri yang punya toko kelontong karena akhirnya tidak laku, karena kalah murah dengan minimarket yang langsung disuplay dari distributornya. 

Saya tau dengan dibukanya minimarket akan membuka lapangan pekerjaan,  namun ternyata tidak banyak, mereka sebagai pegawai pun tidak banyak berkembang, berbeda dengan toko kelontong langganan saya didesa, yang dari tokonya kini dia bisa punya relasi dan mampu menyekolahkan anak-anaknya. 


Selain dari sisi sosial, ternyata dalam pengamatan saya minimarket mengubah pola masyarakat kita menjadi individualis, hilangnya budaya kelakar, dan asal keluar masuk toko beli apa udah selesai. Hal ini akan sangat berbeda ketika saya pergi ke pasar, melihat guyonan, obrolan mereka sesama penjual sayur, bahkan ada pembeli yang jadi pelanggan sesekali ngobrol sejenak.. tidak langsung pergi begitu saja, semua terlihat harmonis, ayem.

Lalu seiring dengan berkembangnya teknologi, pasar kita bergeser ke pasar online, bagus karena jangkauannya semakin luas, namun ini pun semakin menghilangkan proses hakikat manusia sebagai mahkluk sosial, dan akhirnya manusia semakin menjadi individualis, tinggal bayar, besok kurir datang mengantarkan barang, selesai. 

Dalam pemikiran saya dari semua yang praktis ini bukankah akan berujung pada sebuah kemalasan? malas tawar menawar, malas pergi kemana-mana, malas berpikir dst.. 
Lalu siapa yang diuntungkan? Seberapa jauh masalah ini akan menjungkalkan ekonomi di pasar real? berapa toko lagi yang akan tutup karena masalah ini? selain memang tentu ada peningkatan jumlah lapangan pekerjaan, sebagai kurir atau operator online market,
Silahkan dianalisis sendiri,  dan berpikir lagi siapa yang sebenarnya diuntungkan?
Apakah kita? atau Pemodal? atau Negara? atau siapapun...

Lalu kasus yang sama akan terjadi pada transportasi online, operator telekomunikasi, pasar elektronik, e-paper,   siapa yang akan dirugikan , siapa yang sebenarnya diuntungkan ?

Dan silahkan cek dimasyarakat kita, karena ketimpangan-ketimpangan ini menimbulkan potensi konflik atau tidak? menimbulkan sekam-sekam yang akan terbakar atau tidak? berapa masyarakat yang akan semakin marah jika penguasaan kapital ini diteruskan.   

Bukannya saya tidak setuju inovasi, dan usaha seseorang untuk meningkatkan taraf hidupnya, tapi kalau sudah mulai serakah ini yang perlu diwaspadai. 

Kalau kata bakul Peti mati di deket rumah saya,

" Saya jualan peti mati dan kijing tidak perlu mendoakan semoga banyak orang yang mati lalu saya dapat untung sebesar-besarnya, tapi saya melu ngrumat mereka keluarga mereka yang tidak punya waktu banyak untuk membuat peti mati, mati itu urusannya Tuhan, dan dari situ saya percaya bahwa rejeki itu yang mengatur Tuhan " 
  
 Yang terjadi di Negara kita kan, semua orang berdoa biar banyak orang mati dan dia mendapatkan untung sebesar-besarnya.


POLITIK HADAP-HADAPANSEKAM IDEOLOGI DAN KEYAKINAN MULAI DIBAKAR
 
Memang pertarungan politik mau tidak mau dalam pengaplikasiannya akan menyeret gema-nya ke dalam bidang-bidang yang lain, yang akhirnya menuju pada pengerucutan sikap PRO dan KONTRA. Siapa yang Pro pada Calon A, siapa yang pro pada Calon B, dianggap kontra pada Calon C, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Dan hari-hari ini pertarungannya semakin terasa, naifnya masyarakat kita juga larut dalam pertarungan-pertarungan ini, kadang seperti kekanak-kanaknya, membahas apa saja akhirnya berujung pada masalah politik.

diluar itu semua saya menangkap sebuah pola yang teratur namun sukses, pola KONFLIK.

"Yang ada akhirnya hanya kubu melawan kubu, misalnya yang diperebutkan tentang kursi pemerintahan si kubu calon A akan menganggap calon B pasti bersebrangan dengan Calon A,
 

Ya memang pada akhirnya begitu jika misal "X" adalah tujuan, dan semua variabel A,B,C,D,E -Z tujuannya adalah X, yang terjadi akhirnya adalah A melihat A bukan B, bersebrangan, bahkan bermusuhan."



Dan entah siapa yang mendesain ini, sementara Negara kita mau dijajah habis oleh Naga dan kongsi-kongsinya, masyarakat kita sendiri masuk kedalam lingkaran yang sebenarnya mereka tidak merasa dimasukkan ke dalam arus gelombang tersebut, ikut membenci sana-sini, ikut menjudge disosmed karena dukngan pada si A mutlak, maka si B si C si D harus salah, dan dicari kesalahaannya. 


Lalu betapa sedihnya saya, desainnya sekarang melebar membawa masalah SARA, 
Memang kalau mau diteliti lebih lanjut penguasaan ekonomi Indonesia hari ini dikuasai oleh "beberapa kelompok /keluargayang ber-etnis Tionghoa dan Beragama Non-Islam.

Tapi tidak berarti  semua orang yang ber-etnis Tionghoa dan Non Islam harus dilenyapkan dari Indonesia. 

INDONESIA DARURAT
Sekarang coba diamati lagi, gara-gara pilgub DKI yang mungkin saya atau anda yang orang jawa tidak ikut dalam proses politik akhirnya menjadi ikutan marah karena Ahok. 

Ahok yang tionghoa dan Kristen harusnya tidak bicara mengenai hal-hal yang diluar kapasitas dia, misalnya Surat Al Maida, itu bukan wilayah dia. Dan wajar kalo umat Islam akhirnya bereaksi. 

Tapi disisi lain, gereja-gereja pun tetap mendukung Ahok karena dianggap dia dikeroyok orang banyak, Hanya karena dia Kristen dan Tionghoa, disini saya juga miris juga, kenapa umat Kristen pun tidak kritis, bahkan sampai Pendeta-Pendeta didaerah ikut ngomongin Ahok tapi tidak tau sebenarnya keadaan Indonesia. 

Lalu yang terakhir kemarin ada Ormas yang membubarkan KKR di Bandung, inipun hari ini ketika saya menulis sudah mulai menjadi trending topic di twitter, dan digeneralisasi bahwa Umat muslim jawa barat intoleran. Padahal itu Ormas, Oknum jangan digeneralisasi.

Keobjektifan inilah yang hilang dari media, kalo Ahok salah ya salahkan Ahok dan kroni2nya, jangan digeneralisir Ahok = Kristen dan China, atau kalau memang pembubaran kemarin dalam proses selanjutnya ormas Islam yang bersalah jangan lantas men-cap Ormas = Umat Islam Indonesia. Jangan malah ikut menggeneralisasi dan menabrak-nabrakkan supaya konflik semakin besar...

Nanti kalo pecah perang negara ini yang rugi sendiri, 

Umat Islam sebagai mayoritas saat ini dipecah2 dari dalam, Umat Kristen sendiri juga begitu rebutan jemaat dimana-mana, konflik antar pendeta denominasi saling menyalahkan satu sama lai. Dimasyarakat pertentangan antar suporter klub sampai melayangkan nyawa berpuluh2, bahkan Turnamen dikampung saja bisa gelut antar kampung,  Perang Suku dan lain sebagainya. Apakah ini dianggap biasa saja ? Tentu tidak.

BERSATU, BERDAULAT SUPAYA ADIL DAN MAKMUR JANGAN MALAH BERKHIANAT

Mari berfikir lebih jauh, Kalo hal ini terus digaungkan oleh media, dan kita larut dalam arus perpecahan ini, Nanti yang dirugikan kita sendiri.
Jangan asal dukung, tapi dipikir dulu baik buruknya, ini posisinya sama dengan jaman penjajahan, akhirnya kita gampang dihancurkan ketika kita mau dipecah belah dari dalam. 

Dan ketika kedaulatan itu sudah tidak utuh, sangat mudah untuk penjajahan era baru lagi masuk ke Indonesia. Jangan lupa bahwa Indonesia itu kaya, negeri kita ini seksi, cantik semuanya ada di Negara kita, dan musuh kita sebenarnya adalah Penghancuran kedaulatan entah dari kekuatan Asing di Bidang ekonomi, kebudayaan, politik maupun Pertahanan. Ini yang penting. Indonesia sudah lama lahir dari perbedaaan, maka hilangkan ego dulu negara dalam keadaan bahaya kalo mau jujur.

Mari terus berdaulat bangga menjadi Indonesia,  supaya terwujud Indonesia yang Mulia dan berdaulat. Hingga tercapainya keadilan dan Kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Amin.

Kleco Wetan, 7 Desember 2016

   
 NB :
Dan buat kalian yang mau mencoba menjajah negeri ini, saya peringatkan negara ini punya banyak hal yang tidak pernah kalian sangka-sangka, silahkan dihitung-hitung lagi jika keserakahan mendorong kalian untuk menguasai Negeri ini. Hati-hati.  

      
 

   

  
 

No comments:

Post a Comment