Jonggringsalaka mendadak ribut gonjang ganjing di Smarabhumi terlihat semakin menjadi, di Arcapada utusan Mongol pulang berdarah-darah ketika telinganya diputus Sri Paduka Kertanegara.
Alun-alun ramai kawula berjubel menunggu sang nata turun naik meliwis putih, apa yang dipikirkan? Lalu Raden Wijaya sibuk dengan tikungan-tikungan khas smarabhumi , dikiranya Singasari akan tunduk kepada apa yang disebut kekuatan internasional Mongol. Apa yang seolah-olah tidak bisa dielakkan akhirnya bisa dialihkan.
Masyarakat di Smarabhumi hampir tidak bisa dikenali identitasnya, mereka menyamar menjadi orang Kadiri memoles wajahnya dengan topeng yang sangat rapi, lalu apa yang dikira Kublai Khan penahlukan Singasari berujung maut, karena yang direbut ternyata musuh dan juga pembunuh dari Kertanegara, Jayakatwang Prabu Kadiri.
Bathara Guru bingung dengan apa yang terjadi, yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang direncanakan, tersenyum dia sambil meminum kopi pahit yang terasa semakin pahit. Ini buminya Ismaya,beliau malaikat yang tua yang menyamar, jadi sosok Badranaya yang samar. Semar.
Lalu awan bergulung-gulung di langit, gonjang ganjing di angkasa, petir bersambut dengan mega mendung, mega-mega merona merah ternyata disaput pedut tak tertahankan. Semarak smarabhumi masih memancarkan teja-nya, Negeri Rum mendadak ikut gonjang ganjing. Senja berlabuh malam melaju, pasukan-pasukan berbaju zirah darah dengan gagah ingin menguasai segelintir tanah. Namun mereka berkilah, bergegas mereka berlelah...
3 hasta masa berlalu, sejak pertempuran di geladak kapal dikiranya dengan besi semar akan tunduk, namun semar memilih legawa pandai memangku untuk nyunggi namun sebenarnya pegat memegat nyawa zirah baru dimulai, dan akhirnya rakyat dipinggiran Bengawan Sore masih duduk enak sambil menunggu dimana akhir pertarungan Jipang dan Pajang.
Petruk dan Gareng asik bermain gatheng di pelataran padepokan, ngitung-ngitung apa yang lucu-lucu bakal terjadi lagi, wisik menyelinap di kalbu Semar, naga-naga tua itu kembali.
Semar hanya tersenyum berkata dalam hatinya, akulah malaikat tertua jangan kau kira aku tidak taat, aku hanya taat sampai sekarang, dan ruh-ku merasuk di sanubari pulau-pulau sunda. Sekelebat samar Semar nggegirisi rautnya, lalu kembali tenang sambil melihat Gunung Padang dibangun, dan dalam waktu bersamaan melihat tol laut ,dan pulau reklamasi berjalan.
Waktu menjadi relatif, namun semar hanya berpesan tunggu saatnya.
semburat ing wetan wus katon, jaman Kalabendhu dipungkasi.
seperti kilat menyambar raut muka semar, menjadi bercahaya menampakkan perbawanya sebagai Sang Hyang Ismaya.
Mereka lupa darimana cahaya gemerlapan itu jatuh, kapan,? sebelum atau sesudah arcapada dibuat?
cahaya gemerlapan itu ada, dan dia memang diturunkan untuk menjaga bumi titah Sang Hyang Tunggal. Dan di bumi naga-naga kembali mencoba menguasai.Ismaya ngejawantah, menjadi jutaan manusia sunda, atau jawa atau nusantara hampir semuanya memegang percikan-percikan cahaya semar, jika tidak kuat melihat jangan paksa cahaya itu memancar... Triwikrama, triwikrama,
No comments:
Post a Comment