image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Monday, July 25, 2016

Memilih

Mencoba menghindar dari riuh keramaian, mencari sudut-sudut sepi. Langit semakin nampak muram, birunya selalu luntur tersaput pedhut. Kelabu, atau abu-abu entahlah bagaimana kau berkata.

Lalu tergoreslah sejuta pemikiran, semua keruwetan dan keluh kesah. Hari-hari nampaknya semakin sendu, rasa-rasanya ingin kuledakkan katup-katup yang membuntal. 

Hidup nampaknya memang selalu begitu, selalu buas, angkuh dibeberapa tempat masih menarik, sisanya hanya nafsu semata.  Jutaan manusia melakoni semua pilihan, berjalan kadang tanpa sempat menengok ke belakang, 

Memilih suatu jalan memang tidak mudah, yang paling gampang adalah mengikuti arus, karena memang air sungai selalu mengalir kebawah dan tak perlu banyak tenaga untuk ikut didalamnya. Pilihan kemudian lain soal kita menimbang dan memilih untuk tak tenggelam, menyadari posisi diri, berlatih, merelakan banyak hal, melepaskan banyak hal, supaya tidak tenggelam, sementara akan ada orang lain yang membangun kapal untuk dirinya sendiri, untuk keluarga barunya sendiri.

Bertemu dengan banyak orang akhirnya banyak mengajarkan saya untuk peka dan menyikapi hidup secara benar, sangat banyak kemungkinan-kemungkinan dalam hidup, manusia memang terkadang tidak pernah merasa cukup,

Homo Homini Lupus...





No comments:

Post a Comment