...selama-lamanya, di gelanggang yang sama..
Nada-nada ringan, namun dalam dari Silampukau-pun memulai untuk menuliskan pena.
2016, tahun ke delapan, setelah menyelesaikan studi di bangku SMA. Masih di kota ini, kota kecil sepi yang sekarang mulai terasa geraknya, penatnya, kota yang mulai berubah sisi jalanan yang mulai padat oleh penjaja makanan, pemuda-pemudi yang semakin padat nongkrong di trotoar, atau orang-orang kota sendiri yang cukup duduk di warung hik langganan mereka. Sayapun masih duduk disini, dibangku penuh kesepian, namun penuh perenungan mengalami banyak hal, banyak kejadian, banyak dinamika.
Tahun ke 26 dititipi hidup oleh Sang Khalik, mulai banyak yang berubah, ada banyak keinginan yang mulai memudar, ada juga keinginan yang mulai timbul. Merantau mungkin impian yang mulai kabur, keinginan untuk menjelajahi pelosok-pelosok negeri, bekerja berkeliling menemukan arti lagi, lambat laun mulai pudar, bukan karena tidak mau namun nenek semakin tua, sayapun ingin menikmati hari-hari yang semakin sedikit tentunya dengannya, juga dengan banyak persoalan lainnya. Kuliah, tentunya hal yang sangat biasa bagi kalian yang pernah mengenyamnya, merasakan hari-hari yang nampaknya indah, bertemu dengan orang-orang baru, tanpa berfikir bagaimana caranya mencari uang, tinggal minta uang sama orang tua, lalu belajar maksimal, sisanya menikmati hidup. Entah sudah bukan waktunya mungkin atau jika inginpun sudah bukan menjadi prioritas, mengingat banyak hal yang masih dan harus diselesaikan.
Selain nenek yang menikmati hari tuanya, bapakpun mulai terlihat kerut diwajahnya, entah apa yang tersirat dan tersembunyi dibalik matanya. Adik yang kian besar, sedikit demi sedikit yang mulai terasa bahwa dia akan menjadi orang, yah memang seharusnya demikian, karena itu pula yang aku perjuangkan. kawan-kawan bercengkramapun mulai surut, mulai undur satupersatu menjalani kehidupan masing-masing seperti menyeruput sebuah kopi jika mengingat mereka, entah beribu malam yang dihabiskan untuk sejumput obrolan.
2016, Memang sudah bukan musimnya nikah karena memang undangan nikah tak sekencang 1-2 tahun lalu, kalau adapun sekarang udah generasi dibawahku. Senang juga melihat mereka yang mulai dewasa setelah berkeluarga, ada banyak pola pikir yang berubah setelah punya momongan, orang-orang yang difikiranku terlalu hidup semau mereka, yah kalau memang tidak ada seorangpun yang mampu mengubah seseoarang, akhirnya kejadian dan waktulah yang akan mengubahnya.. yang membuatku semakin yakin bahwa Pernikahan adalah moment penting, dan bukan hal sepele. Atau sekedar pengakuan bahwa menjadi manusia yang layak dengan menikah, menurutku mungkin lebih dari itu.
Perenungan tentang hidup tentunya menjadi kompleks, banyak hal yang tertutup akhirnya dibukakan, banyak kejadian yang ditutup2i akhirnya terkuak, semakin mengerti pola-pola hidup manusia, apa yang menjadi pilihan mereka, apa yang menjadi point of interest mereka. Semakin banyak pula ilmu gratis yang didapat, ilmu-ilmu hidup yang dialami oleh orang lain, pengalaman-pengalaman indah dan kadang pahit, yang menambah imajinasi atau menjadi peringatan untuk hati-hati dalam memilih sesuatu, pemikiran yang semakin kompleks menjadi pembuka tahun.
Mulai juga terjadi pergeseran paradigma dalam menilai seseorang, dulu yang selalu kagum melihat seseorang dengan apa yang dimilikinya, puncak-puncak pencapaiannya, kini mulai menelisik kisah-kisah dibalik puncaknya, proses, progress dari setiap jejak kaki yang ditapakkan, usaha-usaha yang dilancarkan, pertimbangan, pilihan tentang semua hal, yang berujung pada kesimpulan. Mulai tersentuh melihat hal-hal yang kecil namun nilainya sangat besar, atau jemu melihat hal-hal yang boleh dibilang wah, namun sebenarnya biasa saja, tidak terlalu terkesan. Ah, manusia selalu menarik untuk diamati.
Ketakutan-ketakutan tentang masa depanpun mulai terasa, bukan tentang uang, jabatan atau apa, ada ketakutan untuk selalu bertanya apakah sudah memberi arti buat orang lain, apakah sudah meninggalkan jejak baik untuk orang lain, sering aku berpikir memang masih jauh. Hanya setiap kali menggali, semoga terus menjadi baik, kecemasan tentang hari esok kadang memang menyapa, namun kembali pupus karena hidup bukan untuk mencemasi hari esok.
Jalanan semakin pekat, tahun baru kali ini tidak ada yang spesial seperti biasanya, selalu biasa. Malam-malam yang kaku karena merasa tidak layak bersanding dengan kawan2 yang mulai menapaki karirnya pun mulai cair, tak sekaku dulu, hidup tak sekaku sebuah jabatan bukan?
Sementara lampu mulai padam, saya pun kembali merenung dikursi sepi ini. Duduk merenungi hidup lebih jauh lagi...menangkap cahaya-cahaya Tuhan yang berpendar, menjaring angkasa, letupan - letupan bisik ilmu yang tersampaikan...entah, saking cintanya pada perenungan, membuatku semakin suka dengan kesepian.
Lampu mati.
Selamat tahun baru, ruang kosong itu perlahan terisi, Tuhan mulai memasuki ruang-ruangNya.
Tenang....
Indra Agusta.
1 Januari 2016
No comments:
Post a Comment