image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Tuesday, November 3, 2015

Edge of Tomorrow, Hidup yang terus berulang

 
poster source : http://static.comicvine.com/uploads/original/10/100647/3891378-edge-of-tomorrow-poster.jpg

Beberapa waktu yang lalu disela-sela kesibukan, iseng membuka file-file lama lalu sampai ke folder 'edge of tomorrow', sebuah film sci-fi  yang dibintangi oleh Tom Cruise. Menontonnya lagi, filmnya sebenarnya simple hanya hidup mati besok hidup lagi, start dari awal sampai ke titik selanjutnya.
Entah kenapa hingga malam tadi setiap mau tidur saya menyempatkan diri untuk menonton ini film. Ada semacam perasaan bahwa kayaknya ada ilmu yang ditangkap dari film ini. Ada gelisah untuk menuliskannya siapa berguna untuk hari depan.

SEMESTA YANG TERUS BERULANG
Dari film tadi saya mulai menyimpulkan banyak hal yang saya amati diluar sana. Kejadian detik demi detik, dari berbagai tempat, berbagai waktu, dari berbagai usia, nampaknya memang selalu saja ada beberapa pola dasar yang berulang.

Lahir, kecil, remaja, dewasa, menikah, memiliki keturunan, mati.
Benih yang tertanam atau ditanam, tumbuh, menjadi besar, berbunga, berbuah, tua, layu gugur dan mati, meninggalkan tunas baru.
Air mengalir dari sumber, menuju kebawah, dipakai manusia, dibuang menuju laut untuk menguap dan menjadi awan dan air lagi.
Manusia bangun, mandi sarapan, berkarya, belajar, makan, tidur untuk kemudian besok bangun lagi.
Bulan yang terus mengitari bumi, bumi yang mengitari matahari, matahari yang mengedari galaksi dan seterusnya..
Seolah-olah segalanya terus berputar pada pola yang itu-itu saja, Kitapun yang katanya manusia diberi akal dan kebebasan untuk menentukan sesuatu ternyata juga tidak bisa bebas total dari putaran ini.

Seperti ada perjanjian kekal antara manusia dan Tuhan untuk lakon-lakon yang dijalaninya.
jejak-jejak yang akan manusia jalani di hari-hari mendatang.     

Seringkali melihat beberapa kawan yang dilahirkan dikeluarga yang feodalistik, ada yang betah, ada yang tidak, ada yang tak kuasa melawan, seperti harus tunduk pada kurikulum mereka kemudian dijodohkan oleh pasangan yang menurut 'orang tua' mereka sepadan dalam hal bibit dan bobot, menjalani hidup seperti itu, tapi kelak jika dia menjadi orang tuapun akhirnya seperti itu, dia yang melawan akhirnya ikut dalam kurikulum feodalistik itu. tak semua tentu ada pengecualiannya, mungkin pengalaman hidup dan sikap dari pribadi bisa berbeda, tapi kurikulumnya tetap sama, kelak jika bertemu keluarga besarnya pun ditanyai sudah jadi apa, punya jabatan apa dan sebagainya begitu seterusnya.

Melihat pula beberapa kawan yang lahir dari keluarga yang broken home, hidup acak-acakan, memilih pasrah dan tetap hidup acak-acakan akhirnya menjalani masa depan dengan acak-acakan pula, mungkin karena tak punya banyak pilihan juga,

Demikian juga dengan pola keluarga yang sangat teratur, segalanya seperti sudah disiapkan anak tinggal melangkah, tap-tap tinggal naikin anak  tangga dan nyaman dengan dirinya sendiri, dan ia pun akan merasa nyaman dengan teman-teman yang sdah nyaman pula, begitu juga terjadi di 2 hipotesis diatas.

Ada yang mulai menyalahkan Tuhan, atas apa yang sudah terjadi, penat, gelisah, ada yang nyaman terlampau nyaman dan batinnya menjadi tak terasah. Ada yang ingin dilahirkan dikeluarga lain, ketika sudah merasakan jenjang antar dimensi sosial, yang sebetulnya biasa tapi ditajamkan oleh peradaban itu sendiri.

 "Musuh yang terhebat adalah musuh yang mengetahui masa depan kita"
Mungkin ada benarnya juga, dalam sejarah setiap peperangan para pemenang adalah mereka yang punya strategi jitu untuk menghadapi lawannya, mereka yang berlatih setiap harinya, ditabrakin pertarungan rubuh, bangun lagi, tarung lagi, rubuh bangun lagi..
Akhirnya ada 2 opsi pilihan mau lanjut atau menyerah. Ada beberapa orang yang terkena masalah lalu bunuh diri, ada beberapa orang yang nekat melawanya, ayok, mumpung udah terlanjut disisanke kata orang jawa. Bukankah demikian apapun yang terjadi setiap hari?

Kembali ke stigma diatas bahwa yang hebat adalah yang mengetahui masa depan, lalu bukankah yang paling tahu strategi apa buat hidup kita adalah kita sendiri?
sebaik-baiknya musuh yang tau strategi bukankah mereka butuh waktu untuk mempelajari, sementara kita sudah tahu detailnya?

Jadi, boleh dong kalo stigma diatas kita balik bahwa pertahanan yang terbaik adalah pertahanan yang detail kita rancang, dan masa depan. Tentunya rancangan yang baik adalah selalu karena adanya penasihat yang brilian (coba baca legenda 3 negaranya china, atau kisah kemenangan Raden Wijaya) dalam hal ini kita jelas butuh Tuhan untuk urun rembug, mungkin lewat doa atau air kata-kataNya, tentunya juga orang-orang yang kita rasa tepat untuk dijadikan bahan pertimbangan, tapi meski diingat segala keputusan harus otentik mendasar dari diri kita, bukan karena orang lain supaya tidak ada kekecewaan dimasa mendatang hanya karena salah langkah.

Namun pada kenyataannya dunia semakin memberikan batas pada manusia untuk mengenali siapa dirinya, dunia mulai terbuai oleh standar-standar asing yang ditanamkan sejak kecil, hingga kebudayaan dianggap sebagai kesesatan, menjadi modern total, tapi lupa siapa diri. Seringkali saya melihat mereka yang hidupnya ksong karena tidak menjalani apa yang mereka ingini, entah karena faktor keluarga atau faktor finansial atau yang lain. Kita dianggap kuno jika tidak mengikutinya.
Dan musuh terbesar kedua setelah diri sendiri adalah, pola yang diciptakan agar kita lupa blueprint dasar hidup kita.   

"Hanya dengan terus gelisah, dan berlatih kita akan bisa mengubah masa depan"
Beruntungnya jika mau berpikir keras, mungkin kita akan menemukan kurikulumnya, dan kita tinggal memperhitungkannya untuk menjalani sebaik-baiknya. Ada ocehan dari orang luar pasti, ya tak masalah sekali lagi yang paling tahu strategi terbaik buat diri kita hanyalah diri kita sendiri . Permasalahannya masihkah ada pengenalan anak-anak sekarang tentang rasa-pangrasa, karena untuk menemukan pola kita dituntut untuk mengambil jarak sejenak dari term normal. Demikianlah perlu waskita untuk menangkap segala sesuatu yang tak kasat mata ini

Bertanyalah pada dirimu, jawablah dengan jujur dari dasar hatimu, lihat apa yang telah berulang-ulang terjadi di kehidupanmu, maknai dan cobalah menemukan titik terangnya.


"Ngelmu iku kalakone kanthi laku"
akhirnya dalam filsafat jawa hakikat hidup adalah proses itu sendiri, pait atau manisnya akan menarik atau menjauhkan dirimu dari sesuatu, tinggal hidup sebaik-baiknya, jika salah, jika jatuh besok bangun lagi...selalu ada kesempatan untuk menjadi lebih baik,


 temukan Tuhan dan diri dalam hidup kalian, dijaman yang semakin suram.
Akupun begitu masih terus berjuang.



Kleco Wetan, 3 November 2015
Temanmu.
Indra Agusta    
 


No comments:

Post a Comment