image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Tuesday, October 20, 2015

kita yang lupa..


Aku membiarkan angin terserak dari cermin-cermin retak,

menengadah ke langit2 hitam 
apa yang tersisa dari angin - angin kering ini?
Daun - daun lontar mulai meranggas,
dalam dinding yang beku, 
aku melihat muka-muka topeng manusia,
wajah-wajah feminim hasil bedak hedonisme.

terpecah di buaian malam hingar,
lentera bersemi di sisa-sisa tetepan embun yang akan memudar,
lalu dimana aku?
seperti ada nada-nada miris dari angkuh sang raksasa,

terseret kita,
 terhanyut kita,
sampai kita yang pintar terbodohi dan tak merasa dbodohi,

angin apa ini, malam-malam redup 
mungkinkah besok kan kembali?

adakah hatimu kosong?
di tingkap-tingkap tersepi...

menutupi diri, terasa semu
kau gerakkan jarum untuk terus berdentang, sekalipun getar kuasanya tak lagi menahan..

wajah-wajah itu masih sama, 
dari jendela mata aku mengingatnya...
wajah-wajah yang kelu, layu namun terbius semu...

apa yang kau cari, dari gubuk-gubuk yang mulai lapuk,
sementara petani mulai bertapa dikesunyiannya,

hilangkah aku, terhisapkan aku dalam rengkuhMu..
siapa yang ingin menjadi siapa, atau apa, atau dimana kita menjadi lupa diri...
lihatlah dirimu, heninglah, bangkitkan rasamu..

lihatlah Aku bersemayam disitu,
dalam nadimu,
dalam sepimu,
dalam kekekalanmu..


 

No comments:

Post a Comment