STANDAR
Kita yang hidup dari sebuah kesadaran untuk berperilaku, menghasilkan sesuatu, attract sesuatu, lalu semua nya bagai kartu domino satu menyenggol yang lain, saling beriringan, kadang kontra, namun begitu lah semua konstelasi berhubungan, berkonspirasi, sampai kita berada dititik kesimpulan, pola kehidupan manusia adalah hubungan itu sendiri,
Namun berbagai pola tersebut menghasilkan output yang berbeda. Lalu dimana perbedaannya, tentu kita bisa bilang bahwa perbedaan itu bisa berwujud kekayaan, pangkat, pemikiran, perilaku, karakter hingga potensi-potensi yang belum terwujud yang (mungkin) akan berwujud di waktu-waktu mendatang. Sayapun mencoba memerasnya, dimana disatu titik saya menemukan sebuah kata yang menurut saya intinya ada disini. Standar.
Jika kita mencoba bertanya kepada semua orang apa yang ada difikiranmu jika saya mengatakan "standar" ? Tentu jawabannya akan sangat beragam, dan disemua lini akan ada standar-standar tertentu. Mungkin dari satu kata ini akan meledak-meledak, seperti sebuah atom yang terus bercabang tanpa henti, demikianlah kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi jika kita menanamkan standar pada suatu hal.
Beberapa bulan lalu, waktu adik saya berulang tahun, karena keterbatasan waktu dia kerja saya mencoba menjenguk dia di kota gudeg Yogyakarta, bertemu dengan beberapa kawan, mulai dari obrolan ringan semacam pekerjaan, sampai membahas tentang masa depan yang masih gamang bagi tiap2 kami. Disitu saya berhenti pada sebuah obrolan iseng, yang membuat saya tertarik, tentang Kriteria Pacar .
Boby ini ngasih opinion question acak pada temannya, bisa dibilang ini merupakan sebuah riset kecil-kecilan.
Boby : Eh, kalo kamu mau cari pasangan kira-kira yang seperti apa?
Cewe : Ya yang baik lah, sholeh, perhatian, dan berbakti pada orang tua.
lalu dibeberapa saat yang lain Boby ini meriset juga pada teman cwo
Boby : Eh, kamu kalo mau cari cewe yang kek gimana?
Cowo : ya pastinya pinter, baik sholehah , dan nurut ma ortu..
dan ada beberapa hal kesamaan standar pencarian, lalu kenapa klian gk jadian aja? kan udah sama tuh..
jawaban mereka mayoritas sama, ya gk bisa gitu aja....
Dari kisah ini saya demikian tertarik, ternyata dalam standar yang sama pun ada kemungkinan detail yang berbeda, sedemikian relatifnya sebuah standar ini..
STANDAR BAKU DAN KEMERDEKAAN
Dari individu yang berbeda tersebut selanjutnya berkembang-berkembang menjadi ide, gagasan bersama lalu berujung pada budaya dan terus berkembang pada peradaban...
Dari titik inilah mungkin yang saya sebut adanya sebuah standar baku didalam proses interaksi manusia.
Misalnya Kita menemukan pola kemungkinan masyarakat normal
Lahir, sekolah, kuliah, kerja, nikah, punya anak, meninggal.
di standar umum ini sajapun jika kita tidak memasuki rentang tersebut bisa jadi ada reaksi sosial, akan apa yang kita alami
Pertanyaannya seberapa jauh pola peradaban ini mengatur kita? seberapa besarkah kemerdekaan kita?
Seberapa besar efek positif/negatif yang diberikan?
Dewasa ini peradaban mulai bergeser kepada peradaban uang, dimana uang menjadi titik tertinggi pencapaian manusia. Dan ketika pola itu ditanamkan, saya begitu melihat banyaknya manusia yang dikontrol olehnya, ada yang mendapatkannnya lalu terbuai, ada yang stress karena tidak mendapatkannya, lalukita lupa siapa diri kita, dan apa yang sebenarnya menjadi tujuan penciptaan manusia kedunia, yang saya pikir semua manusia itu unik tak perlu disejajarkan/ disamakan satu dengan yang lain, tentunya kadar penerimaan keunikan setiap individu ini akan berbeda tergantung apa yang dialami selama hidupnya.
Naifnya perbedaan menangkap pola ini kemudian menjadi salah satu tolak ukur, perbedaan standar pada manusia.
HIERARKI DAN CANGGUNG
Misalnya kasus sebuah keluarga yang dari dulu sudah ter-mindset untuk menjadi pegawai, lalu mari kita lihat standar mereka ke depannya juga pasti gitu, pingin anaknya jadi pegawai, lalu menantunya juga pegawai, lalu standar kesuksesan adalah menjadi pegawai, dan mereka akan menghasilkan keturunan yang (mungkin) saja mereka haruskan menjadi pegawai.
Faktor yang lebih parahnya lagi adalah menganggap pekerjaan selain pegawai (dalam hal ini mungkin dijawa PNS menduduki rate paling tinggi) adalah pekerjaan yang rendah, tak peduli seberapa besar gaji yang didapat, seberapa luas dia mengembangkan dirinya dan potensi-potensi yang ada didalamdiri seseorang, pikiran sempit yang kemudian membudaya bahwa PNS adalah segalanya.
Reaksi sosialnya adalah tidak bisa dipungkiri sekarang untuk masuk ke instansi tertentu dengan menggelontorkan sekian ratus mungkin puluh juta demi sebuah pangkat bernama PNS. misalnya.
Lalu orang rela menggadaikan apa saja, demi hal tersebut, lalu bukankah standar ini yang kemudian mematikan "potensi" yang dititipkan Tuhan ke manusia ciptaan.
Siapa yang tau seorang bayi membawa software apa dari rahim ibunya, misalnya si A punya darah pelukis, tapi karena bapaknya seorang pegawai dan dia harus jadi pegawai, menjadi orang lain (menjadi seperti bentukan orangtua) dia lalu lupa bahkan mungkin sampai akhir hayatnya dia lupa dia punya software tersebut, lalu ada ruang-ruang kosong hidup yang belum merasa diselesaikan ketika dia tua, kemudian dilampiaskan lagi pada keturunannya, atau ke orang yang lain...
Setelah menimbulkan jenjang, tentu kemudian diikuti rasa canggung, ketika banyak orang berpikir bahwa PNS adalah orang-orang yang sukses, namun apakah dengan hal tersebut bisa membakukan bahwa pekerjaan yang lain dicap tidak sukses, tentu takbegitu..atau dinamika pekerja kantoran dan pekerja lapangan, ada beberapa masyarakat yang mengganggap pekerjaan kantoran itu lebih terhormat daripada pekerjaan lapangan, ya kembali lagi berikut adalah salah satu dari relativitas standar.
Tentu tidak jadi sebuah kebenaran ketika mereka pekerja dilapangan dianggap tak setara dengan pekerja kantoran. Sayangnya jika kita bertemu dengan orang yang lebih senior/tua dan punya standar-standar ini ada rasa canggung, untuk memulai bercengkrama karena perbedaan standar tersebut...
Atau pada kasus orangtua menilai pasangan anaknya, tentu ada standar tertentu..ada yang memaksakan harus sesuatu dengan standar orang tua, ada orang tua yang lebih santai, memberikan kesempatan anak-anaknya menjadi dirinya sendiri.. dan semua itu saling berhubungan..
MASADEPAN, PLAN DAN PEMBUNUHAN STANDAR.
Jika ada efek negatif berarti ada efek yang positif dong, mengenai sebuah standar.
Kalo boleh saya bilang karena standar ini pula yang akan membawa seseorang pada titik tertentu, misalnya kasusnya seseorang punya patokan lulus SMA tahun ini, kuliah ambil jurusan ini/itu, lalu bekerja disini, kemudian merencakan kehidupn masa depannya kelak...
bukankah dengan standar2 yang ada dipemikiran mereka ini seseorang bisa maju dan berkembang?
Lalu praktek dilapangannya anak-anak dimatikan imaginasinya untuk menjadi sesuatu yang murni dari dirinya, seolah-olah nilai bagus dari seseorang hanya menyajikan diri seseorang ini untuk menjadi pekerja. baik pekerja rendahan atau menjadi babu dari perusahaan multinasional?
Seberapa jauh ide, karya, imaginasi ini dihargai.?
Dulu era saya tahun 90an seorang musisi untuk bisa jadi legend memang harus mengeluarkan apa yang asli dari dirinya, tapi budaya uang dan mayor label memakan segalanya... imaginasi sekarang menurut saya tidak dianggap penting, banyak dari mereka hanya menunggu kira2 tahun ini yang laku apa nih? lalu copy dan bikin versi KW nya mereka kemudian laku keras dimasyarakat dengan harga yang murah...
Ini permasalahannya dimana,? Kita yang standar nya terlalu tinggi dan kaya akan imaginasi, yang bisa bikin imaginasi yang lain, atau kitanya yang terlena oleh uang misalnya.
Tapi ada juga yang mereka bersikukuh menanamkan standar pada dirinya sendiri akhirnya tetap bisa jadi besar, KASKUS misalnya, beberapa kali kaskus mau dibeli oleh orang luar negeri namun karena dia yakin dia bisa membuat besar ini forum akhirnyamasih eksis sampe sekarang,
Kasusnya tentu berbeda dengan Linkeldn. Sosmed itu dibeli "agak mahal" lalu dikembangkan begitu hebatnya sehingga menjadi sosmed pebisnis terbesar didunia.
Atau kasus Koprol yang "dirayu" oleh yahoo, ownernya dirangkul kemudian koprol dimatikan secara perlahan oleh raksasa itu,
Lalu bertanyalah pada diri, sudahkah merdeka? atau standarmu perlahan mulai dimatikan bahkan oleh "orang-orang terdekat" yang ingin menjadikanmu seperti standar mereka.. kalau standar mereka seperti tujuan hidup it okay, go and follow.. tapi berapa banyak yang tidak sesuai, atau terpaksa mengikuti pola karena hidup yang tak mudah,
mungkin jerat-jerat hutang turun temurun yang merantai, atau krisis2 keuangan, bahkan krisis kebudayaan yang membuat kita semakin kehilangan jatidiri siapa sebenarnya diri kita.
Just ask your self, who am i?
KESEMPATAN.
Ini yang merupakan korelasi dari jerat-jerat tersebut, ada berapa banyak manusia yang tidak menjadi diri sendiri, atau tidka bisa mengembangkan dirinya secara total, karena dia tak berkesempatan untuk menuju titik itu..
Saya mungkin bisa sebagai contohnya, dulu waktu SMA saya berusaha maksimal untuk dapet juara dikelas, baik diakademik, lalu mengembangkan diri total diberbagai organisasi, sampai saya tau benar-benar siapa saya dan apa yang saya inginkan di kehidupan mendatang.
Namun setelah lulus SMA point ini yang menjadi hambatan bagi saya, ada jerat2 yang mencengkram kuat, memupuskan diri untuk kuliah karena tidak ada biaya, dianggap tidak miskin karena bapak seorang PNS, terkadang memang terasa tidak adil, melihat teman2 yang ibaratnya start bareng dari titik yang sama mereka bisa ngajuin beasiswa kesana kemari, dan mengenyam pendidikan dibangku kuliah sesuai harapan, dan potensi dia, lalu bekerja sesuai potensi, atau hobi yang dibayar... mm begitu menyenangkan, jadi kebanggaan orang tua, dan diselasela memaksimalkan potensinya dia sudah bisa bkin plan dan mwujudkannya perlahan, bebas tanpa ada hambatan...Kesempatan.
Demikianlah, tentukan standarmu. tentukan hidupmu, dan pertimbangkan kemungkinannya.
"Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind."
Angin bertiup, malam-malam begitu cerah...
dingin-dingin yang mencekam, tapi pagi ini aku lihat bunga-bunga mangga yang mulai bersemi...
Emax internet Cafe
Kamis, 20 Agustus 2015
Temanmu.
INDRA AGUSTA