Tidur paling enak adalah dijalanan,
tidur paling nyaman adalah jalanan
dan hari ini sekali lagi ternyata ajaran Yesus masih belum merasuk di jantung hati mereka
saya mungkin memang bajingan, tidak pernah ke gereja tapi saya tidak pernah mengingkari ajaran Yesus
saya menjalani hidup apa adanya, saya hanya berkeluh kesah pada diri saya sendiri
dan mungkin itu salah satu yang membuat konsep Ketuhanan secara teologis sudah mati buat saya saat ini
mereka munafik, aktif ke gereja namun sama saja tidak bisa hidup legowo..
ya sudahlah saya keluar dan saya menikmati hidup saya diluar keluarga dengan tenang
hidup dengan jujur.. dan tidak munafik..
"kebenaran hanya ada di langit dan dunia hanyalah palsu"
Tuhan akan terus hidup dalam sanubari saya, tetapi tidak pada liturgi gereja atau dengan terlalu seringnya ibadah
dan kembali lagi lebih baik tidur di jalanan mereka semua menuturkan kehidupannya dengan jujur walau kadang mereka harus berbohong,,
hari ini adik saya tidur pulas beralaskan kardus, sementara saya kembali ke warnet males mau tidur dirumah saja tidak bisa mereka hanya sibuk berdebat tentang uang,..
teringat kata - kata Jesus " dimana hartamu disitu hatimu"
Thursday, December 29, 2011
kisah seorang pengembara
ada seorang pengembara berjalan meniti hidup, yang semakin lama semakin sepi
kadang hanya penat yang terasa,
begitu banyak yang datang dan pergi, menggores kisah penuh kasih namun tak tau akankah abadi..
pengembara mulai bosan melihat kesewenang-wenangan,
pengembara mulai jengah dengan ketidakadilan...
mereka orang - orang kaya yang hidup semaunya, apapun yang diinginkannya dapat dibeli,
rumah mewah, makanan, dan segala yang ada didunia ini mungkin bisa dia beli..
termasuk jabatan, sekolah, masa depan anak-anaknya bahkan keperawanan...
langkahnya berlanjut, dengan gontai setapak demi setapak menembus kabut malam itu,
masih tetap memikirkan hal itu..
mereka yang kaya bisa menikmati hidup nyaman dengan keluarga mereka, berkumpul, liburan keluarga, rekreasi, dan mungkin arisan keluarga..
kemudian bermain sepuas mereka di taman ria..
sementara pengembara ini murung, mau ketemu ibu sudah tidak bisa, ibu sudah lama "pulang"
atau kakek? hey kakek juga sudah lama "pulang" sayang..
atau cuman ngobrol sama bapak? bapak cuman pulang seminggu sekali sayang... biar kami dapat makan, dia rela ninggalin anaknya di luar kota..
ada nenek dirumah, dia baik tapi kadang saya yang tidak kuasa menahan air mata ketika dia minta uang ke pengembara, semoga nenek itu tau bahwa pengembara itu gajinya pas-pasan...
dan dia tidak marah - marah lagi..
untung sang pengembara mempunyai adik, walau dia agak nakal... tapi dia slalu menemani disetiap langkah, pengembara ini berjalan kadang dia menemani disisi pengembara..
kala hujan mendera, dia tetap tenang..
kala kemarau datang dan dia tidak bisa berguru ilmu, dia tetap tersenyum untuk pengembara ini.. walau saya tau dia pasti pernah menangis ketika terpaan itu datang, tapi dia tidak pernah menangis dihadapan sang pengembara..
pemberhentian selanjutnyapun datang, pengembara gelisah kelak akan menjadi apa.. dia hanya menjadi seorang cantrik di sebuah padepokan hanya bisa mengumpulkan beberapa potong ketela buat makan sehari - hari,
pengembara bukan saudagar kaya, juga bukan prajurit pakuwon, ataupun seorang praja di kabuyutan tapi dia masih akan terus bersemangat ketika cantrik cantrik muda dipadepokannya berkembang... .
sampai ketika pengembara ini berkisah tentang masa depannya, dia bingung dan ragu akan masa depannya.. tapi pengembara hanya berkeyakinan kelak masa depan itu akan ada, dan bukan suram tentunya... dia akan mengembara meniti waktu di tengah pait arus kehidupan..
dia berkeyakinan kelak akan menjadi orang yang benar-benar orang,
hidup di tengah - tengah keluarganya kelak, dengan damai, dan cukup apa saja yang dibutuhkannya selalu ada itu saja... karena dia sadar, pengembara berjalan sendiri dan tidak ingin seperti bajang menggayuh lintang...
sang pengembara kini terus berjalan, menatap hari cerah besok yang akan datang...
kadang kesepian mendera, namun sang kekasih tetap ada disampingnya..
yang takkan pernah tau kelak berpisah..
karena ada perbedaan antara pengembara dan kekasihnya...
mereka beda perguruan, dan perguruan itu tidak mengijinkan hubungan antar anggota padepokan tidak tau kenapa mungkin cuman karena masalah percaturan dunia padepokan saja,,
berjalan terus dia, sambil menangis dia teringat ibunya, dia teringat masa kecil yang senang..
sementara dia kini sendiri bergelayutan bersama malam sepi...
ditemani biduk kecil diatas langit,
bersenandung malam, berkeliauan sepi...
pengembara masih melanjutkan kisahnya
yang entah kapan akan menemukan jawaban atas semua kisahnya..
atas semua ketidak adilan
atas semua kesewenang-wenangan
atas semua kemunafikan
atas semua egoisme otorias
dan atas semua yang menjadi topeng kehidupan...
dia melangkah apa adanya,sesekali waktu dia mengolah ilmu kanuragannya, tapi lebih ke kajiwannya sekarang pengembara harus kuat memecah gunung, dan menjadi bunga di batu karang.....
untuk kehidupannya sendiri dan untuk kesejahteraan semua umat manusia dan alam semesta....
naskah ini asli ditulis oleh Indra Agusta,
-29 des 2011-
atas nama semua keluh kesah
Agustaisme
kadang hanya penat yang terasa,
begitu banyak yang datang dan pergi, menggores kisah penuh kasih namun tak tau akankah abadi..
pengembara mulai bosan melihat kesewenang-wenangan,
pengembara mulai jengah dengan ketidakadilan...
mereka orang - orang kaya yang hidup semaunya, apapun yang diinginkannya dapat dibeli,
rumah mewah, makanan, dan segala yang ada didunia ini mungkin bisa dia beli..
termasuk jabatan, sekolah, masa depan anak-anaknya bahkan keperawanan...
langkahnya berlanjut, dengan gontai setapak demi setapak menembus kabut malam itu,
masih tetap memikirkan hal itu..
mereka yang kaya bisa menikmati hidup nyaman dengan keluarga mereka, berkumpul, liburan keluarga, rekreasi, dan mungkin arisan keluarga..
kemudian bermain sepuas mereka di taman ria..
sementara pengembara ini murung, mau ketemu ibu sudah tidak bisa, ibu sudah lama "pulang"
atau kakek? hey kakek juga sudah lama "pulang" sayang..
atau cuman ngobrol sama bapak? bapak cuman pulang seminggu sekali sayang... biar kami dapat makan, dia rela ninggalin anaknya di luar kota..
ada nenek dirumah, dia baik tapi kadang saya yang tidak kuasa menahan air mata ketika dia minta uang ke pengembara, semoga nenek itu tau bahwa pengembara itu gajinya pas-pasan...
dan dia tidak marah - marah lagi..
untung sang pengembara mempunyai adik, walau dia agak nakal... tapi dia slalu menemani disetiap langkah, pengembara ini berjalan kadang dia menemani disisi pengembara..
kala hujan mendera, dia tetap tenang..
kala kemarau datang dan dia tidak bisa berguru ilmu, dia tetap tersenyum untuk pengembara ini.. walau saya tau dia pasti pernah menangis ketika terpaan itu datang, tapi dia tidak pernah menangis dihadapan sang pengembara..
pemberhentian selanjutnyapun datang, pengembara gelisah kelak akan menjadi apa.. dia hanya menjadi seorang cantrik di sebuah padepokan hanya bisa mengumpulkan beberapa potong ketela buat makan sehari - hari,
pengembara bukan saudagar kaya, juga bukan prajurit pakuwon, ataupun seorang praja di kabuyutan tapi dia masih akan terus bersemangat ketika cantrik cantrik muda dipadepokannya berkembang... .
sampai ketika pengembara ini berkisah tentang masa depannya, dia bingung dan ragu akan masa depannya.. tapi pengembara hanya berkeyakinan kelak masa depan itu akan ada, dan bukan suram tentunya... dia akan mengembara meniti waktu di tengah pait arus kehidupan..
dia berkeyakinan kelak akan menjadi orang yang benar-benar orang,
hidup di tengah - tengah keluarganya kelak, dengan damai, dan cukup apa saja yang dibutuhkannya selalu ada itu saja... karena dia sadar, pengembara berjalan sendiri dan tidak ingin seperti bajang menggayuh lintang...
sang pengembara kini terus berjalan, menatap hari cerah besok yang akan datang...
kadang kesepian mendera, namun sang kekasih tetap ada disampingnya..
yang takkan pernah tau kelak berpisah..
karena ada perbedaan antara pengembara dan kekasihnya...
mereka beda perguruan, dan perguruan itu tidak mengijinkan hubungan antar anggota padepokan tidak tau kenapa mungkin cuman karena masalah percaturan dunia padepokan saja,,
berjalan terus dia, sambil menangis dia teringat ibunya, dia teringat masa kecil yang senang..
sementara dia kini sendiri bergelayutan bersama malam sepi...
ditemani biduk kecil diatas langit,
bersenandung malam, berkeliauan sepi...
pengembara masih melanjutkan kisahnya
yang entah kapan akan menemukan jawaban atas semua kisahnya..
atas semua ketidak adilan
atas semua kesewenang-wenangan
atas semua kemunafikan
atas semua egoisme otorias
dan atas semua yang menjadi topeng kehidupan...
dia melangkah apa adanya,sesekali waktu dia mengolah ilmu kanuragannya, tapi lebih ke kajiwannya sekarang pengembara harus kuat memecah gunung, dan menjadi bunga di batu karang.....
untuk kehidupannya sendiri dan untuk kesejahteraan semua umat manusia dan alam semesta....
naskah ini asli ditulis oleh Indra Agusta,
-29 des 2011-
atas nama semua keluh kesah
Agustaisme
Wednesday, December 28, 2011
Hari yang menyenangkan,
hari menyenangkan?
hari yang menyenangkan dan indah adalah hari-hari biasa yang suatu saat kamu tidak akan pernah bisa menikmatinya..
hari yang dijalani dengan santai namun penuh makna
hari yang dijalani dengan seribu kisah akan persahabatan...
hari yang dijalani tanpa ada sebuah kemunafikan dan serba tertutup..
ketika bercerita berdua dengan orangtua,,
nikmatilah setiap hari apa yang harus dialui, supaya kelak engkau tidak akan kecewa
dan menyesal karena hal itu telah berlalu.. terutama hari-hari menyenangkan dengan orang tua
segalak apapun, segarang apapun, sejahat apapun, orang tua tetap bapak dan ibu dari kita.
dan harus tetap dijaga hubungan interennya,...
hari yang menyenangkan dan indah adalah hari-hari biasa yang suatu saat kamu tidak akan pernah bisa menikmatinya..
hari yang dijalani dengan santai namun penuh makna
hari yang dijalani dengan seribu kisah akan persahabatan...
hari yang dijalani tanpa ada sebuah kemunafikan dan serba tertutup..
ketika bercerita berdua dengan orangtua,,
nikmatilah setiap hari apa yang harus dialui, supaya kelak engkau tidak akan kecewa
dan menyesal karena hal itu telah berlalu.. terutama hari-hari menyenangkan dengan orang tua
segalak apapun, segarang apapun, sejahat apapun, orang tua tetap bapak dan ibu dari kita.
dan harus tetap dijaga hubungan interennya,...
Tuesday, December 27, 2011
dan kita, Tidak pernah sama...
“Beberapa orang hadir dalam kehidupan kita dan dengan cepat pergi.
Beberapa orang menggerakkan jiwa kita untuk menari.
Mereka menggugah kita pada sebuah pengertian baru dengan bisikan kebajikan.
Beberapa orang membuat langit menjadi begitu indah.
Mereka tinggal dalam kehidupan kita beberapa saat.
Meninggalkan jejak dan kesan dalam hati kita.
Dan kita, tidak pernah sama.”
-Iwan Abdulrachman-
Beberapa orang menggerakkan jiwa kita untuk menari.
Mereka menggugah kita pada sebuah pengertian baru dengan bisikan kebajikan.
Beberapa orang membuat langit menjadi begitu indah.
Mereka tinggal dalam kehidupan kita beberapa saat.
Meninggalkan jejak dan kesan dalam hati kita.
Dan kita, tidak pernah sama.”
-Iwan Abdulrachman-
Monday, December 26, 2011
petuah dari petualang tua,..
"Tetapi hendaklah engkau berdialog dengan alam dengan sesungguh - sungguhnya dan sejujur - jujurnya bukan berdialog dalam mimbar pidato atau ruangan istana,Jika engkau menjadi orang yang demikian, engkau akan menghadapi hidup ini dengan tiada gentar dan engkau tidak akan mengucurkan air mata setetespun apabila engkau nanti terpaksa berpisah dari segala yang ada didunia ini,"
-Herman O. Lantang-
mantan ketua MAPALA UI era 60-an,
-Herman O. Lantang-
mantan ketua MAPALA UI era 60-an,
Thursday, December 8, 2011
"mengapa BESAR selalu menang, bebas berbuat sewenang-wenang
mengapa kecil selalu tersingkir harus mengalah dan menyingkir
apa bedanya BESAR dan kecil , semua itu hanya sebutan
yang walau didalam kehidupan
kenyataannya....
selalu ada
BESAR.. dan
kecil..." -OI-
semakin hari semakin terasa penat, ketika harus berbicara mengenai ini..
yang kecil selalu tertindas yang besar selalu saja swenang - wenang,,.. ingin mengungkapkan kepenatan, namun tak pernah tau bagaimana caranya...
aku hanya berdiri di ujung bulak ini, memandang padesan yang semakin sepi,
sementara orang-orang kolonial itu semakin menggerus kehidupan rakyat,.
duduk kembali termenung di sebuah gumuk sawah, dibawah pohon nyamplung..
berpikir kelak menjadi apa, namun apa daya jaman sudah berubah... semuanya ditentukan oleh peluru sakti,"peluru emas" namun aku terus berjalan.. tak peduli mau jadi apa kelak..
semoga ada kasampurnan di tengah ruwetnya kajiwan...
-agustaisme,-
mengapa kecil selalu tersingkir harus mengalah dan menyingkir
apa bedanya BESAR dan kecil , semua itu hanya sebutan
yang walau didalam kehidupan
kenyataannya....
selalu ada
BESAR.. dan
kecil..." -OI-
semakin hari semakin terasa penat, ketika harus berbicara mengenai ini..
yang kecil selalu tertindas yang besar selalu saja swenang - wenang,,.. ingin mengungkapkan kepenatan, namun tak pernah tau bagaimana caranya...
aku hanya berdiri di ujung bulak ini, memandang padesan yang semakin sepi,
sementara orang-orang kolonial itu semakin menggerus kehidupan rakyat,.
duduk kembali termenung di sebuah gumuk sawah, dibawah pohon nyamplung..
berpikir kelak menjadi apa, namun apa daya jaman sudah berubah... semuanya ditentukan oleh peluru sakti,"peluru emas" namun aku terus berjalan.. tak peduli mau jadi apa kelak..
semoga ada kasampurnan di tengah ruwetnya kajiwan...
-agustaisme,-
wanita - wanita lihai..
mereka hanya pintar bersolek
, bercerita tentang pacar mereka yang sangat mencintainya,
yang membelikan apa-apa yang dipintanya,motor mereka apa? baru dijadikan pacar,
males mengerjakan tugas yang difikir hanya facebook,
tidak memikirkan orang tua yang ada cuman minta uang titik,
padahal mencari uang itu susah...
setlah itu pergi sama pacarnya dan nongkrong di jalan pulang dini hari,
dan mereka bangga mengatakan itu...
-sebuah pembicaraan di sebuah warung-
, bercerita tentang pacar mereka yang sangat mencintainya,
yang membelikan apa-apa yang dipintanya,motor mereka apa? baru dijadikan pacar,
males mengerjakan tugas yang difikir hanya facebook,
tidak memikirkan orang tua yang ada cuman minta uang titik,
padahal mencari uang itu susah...
setlah itu pergi sama pacarnya dan nongkrong di jalan pulang dini hari,
dan mereka bangga mengatakan itu...
-sebuah pembicaraan di sebuah warung-
galau
emosi datang melampiaskan pedang bermata dua... berkinatahkan emas, di rimba sepi... kembali melihat diri,
namun tetap sunyi....
dan melihat terus ke dalam diri, jawabnya terbias di angin lalu...
kita adalah orang-orang ke
ras, namun dalam kelembutan hatilah,
karang itu terkikis oleh ombak
, dan eros mungkin bisa menjadi agape,
sebab Karena berbeda dengan walaupun.... -Iantdpriad,XVXX-
Monday, December 5, 2011
Saladin
kata-kata bijak Salahuddin kepada putra beliau, al-Malik az-Zahir,
saat perpisahan dengan ayahandanya untuk kembali bertugas sebagai penguasa dari Aleppo:
Salahudin seorang panglima perang yang disegani, tapi dia tidak menjadikan peperangan tujuan akhir dari kehidupannya..kehidupan yang selaras dan seimbang, serta kerukunan antar umat beragama dan umat manusia itu yang menjadi tujuannya...
saya bukan orang islam tapi saya sangat menyukai beliau...
James Reston
Perang Salib III Perseteruan dua kesatria: Salahuddin Al-Ayubi dan Richard si Hati Singa ; penerjemah Nadiah Abidin; — Jakarta: Lentera Hati, Cetakan I, November 2007.
saat perpisahan dengan ayahandanya untuk kembali bertugas sebagai penguasa dari Aleppo:
Salahudin seorang panglima perang yang disegani, tapi dia tidak menjadikan peperangan tujuan akhir dari kehidupannya..kehidupan yang selaras dan seimbang, serta kerukunan antar umat beragama dan umat manusia itu yang menjadi tujuannya...
saya bukan orang islam tapi saya sangat menyukai beliau...
“… Berhati-hatilah atas pertumpahan darah.
Jangan percaya pada cara ini karena darah yang telah ditumpahkan tidak akan pernah tidur. Cobalah sentuh hati setiap orang yang berhubungan denganmu
dan perhatikan apa yang menjadi keinginan mereka
karena engkau hanya ditugaskan oleh Tuhan dan aku untuk menjaga kesejahteraan mereka. Berusahalah merebut hati para amir, para menteri, dan kaum bangsawanmu.
Aku menjadi hebat seperti ini karena telah berhasil memenangkan hati orang-orangku
dengan kelembutan dan kebaikan.
Jangan pernah memelihara permusuhan dengan siapa pun
karena kematian bisa menjemput siapa saja.
Bersikaplah bijaksana dalam menghadapi orang lain
karena Tuhan tidak akan memberi maaf sampai mereka memaafkanmu.
Namun, jika itu adalah hubunganmu dengan-Nya, Dia akan memaafkanmu bila bertaubat karena Dia adalah Maha Pengampun“.
James Reston
Perang Salib III Perseteruan dua kesatria: Salahuddin Al-Ayubi dan Richard si Hati Singa ; penerjemah Nadiah Abidin; — Jakarta: Lentera Hati, Cetakan I, November 2007.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)