image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Thursday, December 29, 2011

kisah seorang pengembara

ada seorang pengembara berjalan meniti hidup, yang semakin lama semakin sepi
kadang hanya penat yang terasa, 
begitu banyak yang datang dan pergi, menggores kisah penuh kasih namun tak tau akankah abadi..
pengembara mulai bosan melihat kesewenang-wenangan,
pengembara mulai jengah dengan ketidakadilan...
mereka orang - orang kaya yang hidup semaunya, apapun yang diinginkannya dapat dibeli, 
rumah mewah, makanan, dan segala yang ada didunia ini mungkin bisa dia beli..
termasuk jabatan, sekolah, masa depan anak-anaknya bahkan keperawanan...


langkahnya berlanjut, dengan gontai setapak demi setapak menembus kabut malam itu,
masih tetap memikirkan hal itu..
mereka yang kaya bisa menikmati hidup nyaman dengan keluarga mereka, berkumpul, liburan keluarga, rekreasi, dan mungkin arisan keluarga..
kemudian bermain sepuas mereka di taman ria..


sementara pengembara ini murung, mau ketemu ibu sudah tidak bisa, ibu sudah lama "pulang"
atau kakek? hey kakek juga sudah lama "pulang" sayang..
atau cuman ngobrol sama bapak? bapak cuman pulang seminggu sekali sayang... biar kami dapat makan, dia rela ninggalin anaknya di luar kota..
ada nenek dirumah, dia baik tapi kadang saya yang tidak kuasa menahan air mata ketika dia minta uang ke pengembara, semoga nenek itu tau bahwa pengembara itu gajinya pas-pasan...
dan dia tidak marah - marah lagi..


untung sang pengembara mempunyai adik, walau dia agak nakal... tapi dia slalu menemani disetiap langkah, pengembara ini berjalan kadang dia menemani disisi pengembara..
kala hujan mendera, dia tetap tenang..
kala kemarau datang dan dia tidak bisa berguru ilmu, dia tetap tersenyum untuk pengembara ini.. walau saya tau dia pasti pernah menangis ketika terpaan itu datang, tapi dia tidak pernah menangis dihadapan sang pengembara..


pemberhentian selanjutnyapun datang, pengembara gelisah kelak akan menjadi apa.. dia hanya menjadi seorang cantrik di sebuah padepokan hanya bisa mengumpulkan beberapa potong ketela buat makan sehari - hari, 


pengembara bukan saudagar kaya, juga bukan prajurit pakuwon, ataupun seorang praja di kabuyutan tapi dia masih akan terus bersemangat ketika cantrik cantrik muda dipadepokannya berkembang... .


sampai ketika pengembara ini berkisah tentang masa depannya, dia bingung dan ragu akan masa depannya.. tapi pengembara hanya berkeyakinan kelak masa depan itu akan ada, dan bukan suram tentunya... dia akan mengembara meniti waktu di tengah pait arus kehidupan..
dia berkeyakinan kelak akan menjadi orang yang benar-benar orang, 


hidup di tengah - tengah keluarganya kelak, dengan damai, dan cukup apa saja yang dibutuhkannya selalu ada itu saja... karena dia sadar, pengembara berjalan sendiri dan tidak ingin seperti bajang menggayuh lintang...


sang pengembara kini terus berjalan, menatap hari cerah besok yang akan datang...
kadang kesepian mendera, namun sang kekasih tetap ada disampingnya..
yang takkan pernah tau kelak berpisah..
karena ada perbedaan antara pengembara dan kekasihnya...
mereka beda perguruan, dan perguruan itu tidak mengijinkan hubungan antar anggota padepokan tidak tau kenapa mungkin cuman karena masalah percaturan dunia padepokan saja,,


berjalan terus dia, sambil menangis dia teringat ibunya, dia teringat masa kecil yang senang..
sementara dia kini sendiri bergelayutan bersama malam sepi...
ditemani biduk kecil diatas langit,
bersenandung malam, berkeliauan sepi...
pengembara masih melanjutkan kisahnya
yang entah kapan akan menemukan jawaban atas semua kisahnya..
atas semua ketidak adilan
atas semua kesewenang-wenangan
atas semua kemunafikan
atas semua egoisme otorias
dan atas semua yang menjadi topeng kehidupan...


dia melangkah apa adanya,sesekali waktu dia mengolah ilmu kanuragannya, tapi lebih ke kajiwannya sekarang pengembara harus kuat memecah gunung, dan menjadi bunga di batu karang..... 
untuk kehidupannya sendiri dan untuk kesejahteraan semua umat manusia dan alam semesta....




naskah ini asli ditulis oleh Indra Agusta,
-29 des 2011-
atas nama semua keluh kesah
Agustaisme





No comments:

Post a Comment