Bertemu Sang Guru
oleh : Indra Agusta
Suatu pagi, dalam suasana yang sangat tenang. Matahari belum menjelang, namun tetesan embun di langit-langit belum mau usai.
Tetiba dalam nuansa yang syahdu, ingin sekali sang jalma mengutarakan seluruh isi hatinya kepada Sang Guru, seorang pemegang kunci akhir jaman itu.
Lalu tiba-tiba sang jalma membawa dirinya pada sebuah sastra,duduk berhadap-hadapan dengan Sang Guru, bercengkrama tentang semua hal, apa yang terjadi diBumi setelah Sang Guru naik ke surga. Demikianlah cengkrama bercerita....
Guru, jaman sudah banyak berubah setelah kau tinggalkan welas asih semakin tidak terpancar dari umatmu, atau yang mengaku umatmu. Banyak dari mereka lebih memikirkan dirinya sendiri, memikirkan keluarganya, ambisi pribadinya daripada mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri, seperti yang Kau biasa ceritakan pada kami.
Guru, ketamakan demi ketamakan membius lalu menajiskan jubah-jubah keimaman yang mereka kenakan. Tidak jarang aku melihat mereka yang berdiri diatas mimbar hanya dekat dengan umat emas, menafikan kaum papa, membiarkan kemiskinan terjadi dimana-mana asal bukan mereka dan keluarga mereka.
Guru, mereka meneriakkan namamu, mencatut perkataan-perkataanmu namun hidup mereka, segala tingkah mereka jauh dari apa yang perbuat, Peperangan, Penjarahan, Perampasan semuanya dilakukan bertameng demi menegakkan namamu.
Dimana welas asih, cinta, empati,simpati dan rasa kemanusiaan mereka?
butakah mereka?
tulikah mereka?
bisukah mereka?
Atau merekalah orang bebal?
Lalu kau tersenyum kepadaku, Ndra...
demikian nadamu selalu menenangkan, barangkali kamu lupa bahwa ;
Tidak semua orang yang memanggilku, meneriakkan namaku, berkotbah bahkan berdoa demi namaku akan masuk kedalam Kerajaan Surga,
Hanya mereka yang melakukan kehendak, yang melakukan apa yang berkenan dihadapan Dia yang mengutus aku. yang akan memasukinya.
lalu Kau menghilang, sekejap dari pandangan batinku, dan aku berhadapan kembali dengan Arcapada.
Sukowati, 29 September 2017