image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Tuesday, September 12, 2017

Ateisme Substansial

Ateisme Substansial
oleh : Indra Agusta

Membaca dan Menerka Jaman, nampaknya adalah inti dari proses pengembaraan sang Jalma bagaimana kehidupan mengalir di setiap hilirnya.

Berbagai macam perubahan jaman telah menggiring masyarakat benar-benar lepas dari apa sejatinya dirinya sangkan-parannya, Rentetan arus jaman yang mengalir sejak Kekaisaran Romawi, Renaissance, Revolusi Prancis dan Industri hingga berakhir pada kolonialisme, semakin membawa manusia pada arus kepalsuan dirinya.

Arus yang membawa kita khintir lebih dalam lagi diriak-riak kemunafikan, kebohongan, talbis, ketamakan,  materialisme dan konsumerisme.

Seperti jerat kuku-kuku Batara Kala kita ini dikekang, dibuai dengan berbagai kenyataan yang arusnya sistemnya hanya bermuara pada Batara Kala itu lagi, dalam semua sendi. Dan dalam arus deras inilah  manusia nusantara semakin kehilangan dirinya, semakin  dikuasai alam pemikiran dan sudut pandangnya. Mind Control.

Manusia semakin terjerat untuk mamaterialkan dirinya, puncak puncak pencapaiannya bukan lagi ketenangan, kedamaian hidup, tapi adalah ambisi pribadinya, inipun akan berujung pada rentetan panjang peristiwa diatas.

Arus berikutnya adalah atheisme, kita mulai menghilangkan Tuhan dengan memberikan ruang untuk dimana dia berkehendak, ditembungi, dielokne, sebagai wujud sujud kita atas kebebasan pilihan yg kita jalani di dunia, bukan hanya cenderung kalo sudah terjadi baru mendukung/menyalahkan Tuhan.

Agamapun kemudian menjadi rutinitas belaka, berbagai ketaatan kita kepada Tuhan akhirnya bukan pada keikhlasannya, tapi lebih pada penekanan akan hasil, itupun hasilnya hanya material-material belaka. Dalam bahasa Guru saya, Tuhan hanya dijadikan pelengkap penderita.

Ateisme ini menyebar ke ilmu pengetahuan, keruang2 kenegaraan, ruang-ruang pekerjaan, dan mulai masuk ke pintu-pintu rumah Sang Jalma.

Hingga ketika sang Jalma pulang dari pengembaraan Spiritualnya, pintu rumah takkan bertanya :

Mana saripati hidup yg kamu dapatkan? Cahaya Tuhan mana lagi yang kamu temukan pendarnya?

tetapi,
Sudah menghasilkan uang berapa kamu? bisa dapat kekuasaan seperti apa?
atau serendah, mana calon istri yang anaknya orang kaya?

Tangerang, 13 September 2017

No comments:

Post a Comment