"lakonono lelakonmu"
begitu kata teman saya memang sepertilah kehidupan
harus menjalani dan dijalani
mensyukuri, dan disyukuri..
berbagai konflik datang, perlahan namun semakin lama yang samar itu semakin jelas
problematika tak pernah berhenti...
mungkin untuk orang lain saya tidak tau
tapi untuk saya sendiri, saya ingin berkembang ke arah yang lebih pasti
tapi kemana..
selama ini hanya batin, dan jiwa saja yang terasah demikian kuatnya...
menahan benturan-benturan ynag tiada pernah berhenti..
sementara raga sya masih stagnan ditempat, saya masih duduk dibelakang kursi komputer ini
memandangi setiap lembar tingkah laku anak manusia
ada yang menjadi dewasa, menjadi kanak-kanak,
menjadi sombong dan arogan..
ingin selalu menjadi pemimpin setelah mencapai jabatan tertentu
agak kecewa mungkin dengan beberapa perubahan teman dekat,
namun itulah kehidupan semuanya memang akan terus berubah, termasuk saya tentunya
temanya masih sama saya ingin hidup yang layak, secara batin, jiwa maupun secara fisik
saya sudah jenuh cuman diinjak-injak orang karena saya miskin, saya lemah
jenuh cuman jadi bahan tertawaan, jenuh jadi cercaan...
jenuh mendengar berbagai tuntutan yang secara tidak langsung mau tidak mau harus saya jalani..
tapi ya inilah kehidupan, kalo tidak ada masalah ya tutup saja hidupnya..
saya sendiri sudah iklas menjalani kehidupan saya, tapi apakah saya kelak akan menjadi Mahisa Agni yang sakti itu... berbagai ilmu dan kesaktian yang mumpuni dia temukan,
menep jiwa dan batinya..
mampu menahan gejolak emosi dan perasaannya, serta goncangan - goncangan nalarnya..
namun sayang dari sisi lain mahisa agni lemah, dia tidak bisa mempersiapkan masa depannya..dia tidak lebih dari seorang sakti namun dalam urusan keluarga, dan anak-anak
dia tidak sanggup untuk mengambil keputusan karena memang keadaan memaksanya untuk bertindak demikian...
akhirnya semua kehidupan raga pun kembali pada materi,
materi, materi dan materi
sebagus apapun kondisi kebatinan dan kejiwaan seseorang jika ia masih berhubungan dengan orang lain maka hubungan itu pula yang akan membentuk celah materi di sela-sela kehidupannya....
seseorang mungkin bisa menerima kehidupannya, apa adanya...
iklas, lair dan batin dan menyerahkan segala-galanya kepada Tuhan, walaupun dia masih berusaha,..
tapi apakah keluarganya juga bisa menerimanya? apakah keluargannya tidak menuntutnya?
untuk menggenapi hutang-hutang, atau untuk kepentingan lain...ya tingkat menep seseorang memang berbeda tapi apakah itu juga berlaku bagi orang ynag lebih tua dari kita...
lelah rasanya.. ketika saya sudah bisa menikmati hidup saya dengan apa adanya, tapi masih selalu saja diganggu dengan tuntutan - tuntutan harus punya gaji segini, PNS, membangun rumah, menyaur hutang, ganti nama tanah, mengurus pemecahan sawah, mengurus organisasi, mengurus perhimpunan, mengamati beberapa adik dan teman agar bisa selaras..
dan masih banyak lagi..
dan akhirnya saya tetap manusia biasa...
saya akhirnya terpuruk lagi.. hanya bisa terdiam. Mati.
Monday, May 21, 2012
Thursday, May 3, 2012
Sejarah Pembuka Api Di Bukit Menoreh
oke..
marilah kita mulai menelisik Sejarah sebagai latar belakang kisah API DI BUKIT MENOREH, karya S.H.Mintardja
sebagai pembuka kisah ini baiklah kita mengerti dahulu kronik peristiwa dibelakang Api di bukit menoreh,
Sepeninggal Pati Unus/pangeran sabrang lor yang pada tahun 1521 meninggal sewaktu menyerang Portugis di selat Malaka. Beliau meninggal tidak meninggalkan keturunan. Maka terjadila perebutan kekuasaan di Keraton Demak antara Raden Trenggono (putri dari permaisuri Raden Patah, adik kandung Pangeran Sabrang Lor) dan Raden Kinkin (kakak Raden Patah dari istri selir, putri Bupati Jipang).
Dalam upaya perebutan kekuasaan itu Raden Patah dibantu oleh anak kandungnya Raden Mukmin. Ia mengirim pembantunya bernama Ki Surayata untuk membunuh Raden Kikin sepulang salat Jumat.
Raden Kikin tewas di tepi sungai, sedangkan para pengawalnya sempat membunuh Ki Surayata. Sejak saat itu Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen, dalam bahasa Jawa artinya "bunga yang gugur di sungai". Pangeran Sekar Seda Lepen meninggalkan dua orang putra dari dua orang istri, yang bernama Arya Penangsang dan Arya Mataram.
Sepeninggal ayahnya, Arya Penangsang menggantikan sebagai bupati Jipang Panolan. Saat itu usianya masih anak-anak, sehingga pemerintahannya diwakili Patih Matahun. Ia dibantu oleh salah satu senapati Kadipaten Jipang yang terkenal bernama Tohpati. Wilayah Jipang Panolan sendiri terletak di sekitar daerah Blora, Jawa Tengah.
Setelah Raden Kikin meninggal, kendali pemerintahan Demak Bintoro langsung dipegang oleh Raden Trenggana sampai akhir hayatnya.
Raden Mukmin selaku putra tertua naik tahta. Ia berambisi untuk melanjutkan usaha ayahnya menaklukkan Pulau Jawa. Namun, keterampilan berpolitiknya tidak begitu baik, dan ia lebih suka hidup sebagai ulama daripada sebagai raja. Raden Mukmin memindahkan pusat pemerintahan dari kota Bintoro menuju bukit Prawoto. Lokasinya saat ini kira-kira adalah desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Oleh karena itu, Raden Mukmin pun terkenal dengan sebutan Sunan Prawoto.
Cita-cita Sunan Prawoto pada kenyataannya tidak pernah terlaksana. Ia lebih sibuk sebagai ahli agama dari pada mempertahankan kekuasaannya. Satu per satu daerah bawahan, seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas; sedangkan Demak tidak mampu menghalanginya.
Cita-cita Sunan Prawoto pada kenyataannya tidak pernah terlaksana. Ia lebih sibuk sebagai ahli agama dari pada mempertahankan kekuasaannya. Satu per satu daerah bawahan, seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas; sedangkan Demak tidak mampu menghalanginya.
========================================================================
Sepeninggal Trenggana, selain Sunan Prawoto terdapat dua orang lagi tokoh kuat, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang dan Hadiwijaya bupati Pajang. Masing-masing adalah keponakan dan menantu Trenggana.
========================================================================
Arya Penangsang adalah putra Pangeran Sekar Seda ing Lepen yang mendapat dukungan dari gurunya, yaitu Sunan Kudus untuk merebut takhta Demak. Pada tahun 1549 ia mengirim anak buahnya yang bernama Rangkud untuk membalas kematian ayahnya. Menurut Babad Tanah Jawi,[rujukan?] pada suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni. Rangkud setuju, lalu menikam dada Sunan Prawoto yang pasrah tanpa perlawanan sampai tembus. Ternyata istri Sunan yang sedang berlindung di balik punggungnya ikut tewas pula. Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan sempat membunuh Rangkud dengan sisa-sisa tenaganya
Arya Penangsang adalah putra Pangeran Sekar Seda ing Lepen yang mendapat dukungan dari gurunya, yaitu Sunan Kudus untuk merebut takhta Demak. Pada tahun 1549 ia mengirim anak buahnya yang bernama Rangkud untuk membalas kematian ayahnya. Menurut Babad Tanah Jawi,[rujukan?] pada suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni. Rangkud setuju, lalu menikam dada Sunan Prawoto yang pasrah tanpa perlawanan sampai tembus. Ternyata istri Sunan yang sedang berlindung di balik punggungnya ikut tewas pula. Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan sempat membunuh Rangkud dengan sisa-sisa tenaganya
Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawoto, menemukan bukti kalau Sunan Kudus terlibat pembunuhan kakaknya. Ia datang ke Kudus meminta pertanggungjawaban. Namun jawaban Sunan Kudus bahwa Sunan Prawoto mati karena karma membuat Ratu Kalinyamat kecewa.
Ratu Kalinyamat bersama suaminya pulang ke Jepara. Di tengah jalan mereka diserbu anak buah Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat berhasil lolos, sedangkan suaminya, yang bernama Pangeran Hadari, terbunuh.
Arya Penangsang kemudian mengirim empat orang utusan membunuh saingan beratnya, yaitu Hadiwijaya, menantu Trenggana yang menjadi bupati Pajang. Meskipun keempatnya dibekali keris pusaka Kyai Setan Kober, namun, mereka tetap dapat dikalahkan Hadiwijaya dan dipulangkan secara hormat.
Hadiwijaya ganti mendatangi Arya Penangsang untuk mengembalikan keris Kyai Setan Kober. Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan didamaikan Sunan Kudus. Hadiwijaya kemudian pamit pulang, sedangkan Sunan Kudus menyuruh Penangsang berpuasa 40 hari untuk menghilangkan Tuah Rajah Kalacakra yang sebenarnya akan digunakan untuk menjebak Hadiwijaya tetapi malah mengenai Arya Penangsang sendiri pada waktu bertengkar dengan Hadiwijaya karena emosi Aryo Penangsang sendiri yang labil.
Ratu Kalinyamat bersama suaminya pulang ke Jepara. Di tengah jalan mereka diserbu anak buah Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat berhasil lolos, sedangkan suaminya, yang bernama Pangeran Hadari, terbunuh.
Arya Penangsang kemudian mengirim empat orang utusan membunuh saingan beratnya, yaitu Hadiwijaya, menantu Trenggana yang menjadi bupati Pajang. Meskipun keempatnya dibekali keris pusaka Kyai Setan Kober, namun, mereka tetap dapat dikalahkan Hadiwijaya dan dipulangkan secara hormat.
Hadiwijaya ganti mendatangi Arya Penangsang untuk mengembalikan keris Kyai Setan Kober. Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan didamaikan Sunan Kudus. Hadiwijaya kemudian pamit pulang, sedangkan Sunan Kudus menyuruh Penangsang berpuasa 40 hari untuk menghilangkan Tuah Rajah Kalacakra yang sebenarnya akan digunakan untuk menjebak Hadiwijaya tetapi malah mengenai Arya Penangsang sendiri pada waktu bertengkar dengan Hadiwijaya karena emosi Aryo Penangsang sendiri yang labil.
========================================================================
Dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat bertapa. Ratu Kalinyamat mendesak Hadiwijaya agar segera menumpas Arya Penangsang. Ia,, yang mengaku sebagai pewaris takhta Sunan Prawoto, berjanji akan menyerahkan Demak dan Jepara jika Hadiwijaya menang.
Hadiwijaya segan memerangi Penangsang secara langsung karena merasa sebagai sama-sama murid Sunan Kudus dan sesama anggota keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara, "barangsiapa dapat membunuh bupati Jipang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Mataram."
Kedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi mendaftar sayembara. Hadiwijaya memberikan pasukan Pajang dan memberikan Tombak Kyai Plered untuk membantu karena anak angkatnya, yaitu Sutawijaya (putra kandung Ki Ageng Pemanahan ikut serta).
Hadiwijaya segan memerangi Penangsang secara langsung karena merasa sebagai sama-sama murid Sunan Kudus dan sesama anggota keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara, "barangsiapa dapat membunuh bupati Jipang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Mataram."
Kedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi mendaftar sayembara. Hadiwijaya memberikan pasukan Pajang dan memberikan Tombak Kyai Plered untuk membantu karena anak angkatnya, yaitu Sutawijaya (putra kandung Ki Ageng Pemanahan ikut serta).
========================================================================
Ketika pasukan Pajang datang menyerang Jipang, Arya Penangsang sedang akan berbuka setelah keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan atas nama Hadiwijaya membuatnya tidak mampu menahan emosi. Apalagi surat tantangan itu dibawa oleh pekatik-nya (pemelihara kuda) yang sebelumnya sudah dipotong telinganya oleh Pemanahan dan Penjawi. Meskipun sudah disabarkan Arya Mataram, Penangsang tetap berangkat ke medan perang menaiki kuda jantan yang bernama Gagak Rimang.
Kuda Gagak Rimang dengan penuh nafsu mengejar Sutawijaya yang mengendarai kuda betina, melompati bengawan. Perang antara pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore.
Kuda Gagak Rimang dengan penuh nafsu mengejar Sutawijaya yang mengendarai kuda betina, melompati bengawan. Perang antara pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore.
" Akibatnya perut Arya Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik Sutawijaya. Meskipun demikian Penangsang tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip di pinggang.
Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya Penangsang terpotong sehingga menyebabkan kematiannya."
Dalam pertempuran itu Ki Matahun, Sang patih Jipang, tewas pula, sedangkan Arya Mataram meloloskan diri. Sejak awal, Arya Mataram memang tidak pernah sependapat dengan kakaknya yang mudah marah itu.
Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya Penangsang terpotong sehingga menyebabkan kematiannya."
Dalam pertempuran itu Ki Matahun, Sang patih Jipang, tewas pula, sedangkan Arya Mataram meloloskan diri. Sejak awal, Arya Mataram memang tidak pernah sependapat dengan kakaknya yang mudah marah itu.
====================================================================
demikianlah dasar sejarah yang membuka Api di Bukit Menoreh,
kemudian sisa-sisa laskar Jipang terus bergerilya, bertempur untuk melampiaskan dendamnya atas kematian Arya penangsang, diantaranya adalah Tohpati senapati Jipang yang terkenal sakti.. (didlam kisah juga disebut sebagai Macan Kepatihan)
bagaimana kisah petualan selanjutnya mari kita baca karya S.H. Mintardja- Api di bukit menoreh selamat membaca,,...
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)