image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Wednesday, March 28, 2018

Menggugat Senja yang usang

MENGGUGAT SENJA YANG USANG
Oleh: Indra Agusta

Senja, adalah masa yang sukar diprediksi. Mereka menjadi plin-plan dalam mengambil keputusan, seperti anak kecil dalam semua langkah.

Kebohongan yang berujung pada ketidakpercayaan menggugat, kesempitan yang terstruktur harus dilawan dengan keseimbangan akal.

Arogansi, merasa besar disambung dengan berbagai kehausan material menggiring manusia pada sikap menang sendiri. Berdiri memperebutkan pengaruh melangkahkan diri pada semakin pincangnya pokal dan tingkah.

Gelas-gelas itu retak, airnya tumpah. Namun manusia malah memoles gelas. Emas menjadi pilihan nafsu, sementara atap bocor mengalir air dari langit, dan bahkan merebahpun penuh genangan.

Lalu lihatlah terseok-seok langkah, namun masih juga nalarnya padam. Keangkuhanmu akan patah.
Kepalsuanmu akan pecah,
Dibilik-bilik kematian, kau menjelma memakan segala kerakusanmu sendiri.

Segeralah, songsonglah,
Langit yang sama sekali baru,
Dunia yang sama sekali baru,
Gelas-gelasmu akan diganti wadah baru.
Tunas-tunasmu akan segera tumbuh menjadi jenis tanaman baru.

Hingga semua yang semelang akan dilegakan.
Yang ditengahnya akan melawan dan membuka lawang, mungkin nanti akan mati sampyuh, atau berkalang tanah namun relakan kalau toh memang menjadi bebantén.
Orang-orang jaman tua harus segera berlalu, mereka yang membangun sekaligus merusak harus mati dan disingkirkan.

Dan benih-benih itu lahir dari kemurnian, juga dilimpahi segala kebaikan.

Candi Ceto, 29 Maret 2018