image1 image2 image3 image4

MENATA HATI|MENYAMBUT GERHANA PERADABAN|MENJENGUK MALAM DI SEPI REMBULAN|MENUNGGU PAGI|SANG PIJAR DARI UFUK TIMUR

Tuesday, November 15, 2016

Ketika Simbah bertanya tentang Ahok, dan Kedaulatan Negara yang mulai diperkosa

KETIKA SIMBAH BERTANYA TENTANG AHOK
Oleh : Indra Agusta

Sepulang kerja dari shift malam, pukul 2 malam, Sukowati lagi sepi-sepinya, semua orang tertidur pulas. Saya seperti biasa mengayuh sepeda saya, mengitari jejak-jejak kota yang basah, langit masih mendung dan terlihat sisi-sisi aspal yang masih basah.

Sesampai dirumah mengetuk pintu dan simbah masih terjaga dari doa malamnya seperti yang dilakukannya setiap hari. Lalu ngobrol-ngobrol ringan namun kemudian menjadi berat. Soal Banjir yang melanda desa saya kemarin malam, lalu isu penculikan anak di jam-jam pulang sekolah, upaya pengawalan bapak-bapak Polisi di beberapa SD, lalu dipuncaki keingintahuan simbah saya soal 4 November kemarin yang pasti erat dengan sesosok tokoh yaitu Basuki Tjahaya Purnama, atau Ahok.

Karena peristiwa ini subjektif pengalaman saya sendiri, maafkan kalo ada kata-kata saya yang kurang berkenan apabila kalian ada yang tidak setuju dengan pemikiran saya. Semua jawaban dan korelasi yang saya tuliskan adalah pendapat saya pribadi, bukan untuk mendukung atau tidak mendukung, saya mendukung Indonesia saja. Titik.

Simbah : Jane Ahok iku asline ngapa to le? kok do demo wong atusan ewu ning TV, apa arep obong-obongan kaya jamane pak Harto biyen?

Polos, karena memang saya dan simbah saya tinggal didesa kecil di Kabupaten kecil juga, yang memang tidak banyak tau menahu persoalan politik ibukota, taunya kan politik itu sudah "dihidangkan" di TV dan di Koran.  Kalau saya ya mungkin sedikit berbeda dengan simbah, karena punya banyak teman.

Saya jawab dengan sareh bahwa Ahok itu kalau perkara yang didemo itu karena Ahok bawa-bawa ayat keyakinan lain untuk kepentingannya dia mbah. Lalu saya menjelaskan dengan hal yang lebih familiar dengan simbah saya, ning taurat kan wes ditulis mbah "jangan berzinah" nah, kasuse ana wong sing pingin bukak cafe remang-remang tapi dekne pidato yen aja gelem diapusi nggo ayat kui nik Tuhan melarang berzinah.

La iku kan trus atine kanca-kanca sing muslim ora trima, yen ayat dinggo sak karepe dewe ngoten niku. Trus sing ra betah do demo ning Jakarta, Presiden e ora gelem nemoni pisan.

Simbah saya manggut-manggut mencoba mengerti. Lalu saya menjelaskan lebih lanjut.
Bahwa sebenarnya masalah ini bukan masalah Ahok dan Al-Maida saja, tapi memang momentum awalnya seperti ini.  Bangsa ini mau dijajah oleh beberapa keluarga, oleh China dan Amerika.

Lalu saya menjelaskan hal-hal simple, kenapa Supermarket mendominasi sampai desa-desa, penjual-penjual kelontong banyak yang tutup karena kalah pamor. Dengan itu simbah saya tau, efek jangka panjangnya. 

Sebenarnya bukan Ahok yang penting, tapi penguasaan SDA , Penguasaan Ekonomi, Penguasaan Wilayah, Reklamasi, RS. Sumber waras, proyek-proyek yang ditenderkan ke China, Hutang Luar Negeri, Penguasaan Lahan dan Sawah diseluruh Indonesia, Perpanjangan Freeport dan semua arus besar yang kita kenal dengan Kapitalisme Global.

Ahok itu hanya secuil bagian kecil dari skema ini, tapi ya gk masalah hari ini ketika saya nulis Ahok sudah jadi tersangka, minimal kan proyek-proyek yang sudah ditenderkan oleh mereka mandek, dan pasti akan merugikan mereka. 

Peta-nya itu Indonesia dan Islam (karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam) tidak boleh maju, apalagi Jawa. Karena secara kultural politik Jawa memang kuat dari dulu, maka penghancurannya sentral di Jawa. Didaerah lain masih dalam tahap penguasaan Lahan, dan SDA di Jawa sudah masuk ke ranah politik, dan Ekonomi. 

Hari-hari kedepan ini menurut saya berat, Indonesia kedaulatannya terancam, kita dikerubungi oleh negara-negara yang ingin merampok kekayaaan negara, bisa China, bisa Amerika, bisa Negara-negara sepermakmuran Inggris dll.

Dan jika dibiarkan negara ini benar-benar bisa hancur, jadi rayahan mereka, Sang Ibu diperkosa giliran setiap malam, sementara anak-anak kita dibiarkan bertengkar, diadu satu sama lain untuk terus bermusuhan karena hal-hal sepele, atau disisi lain banyak yang dibiarkan tertidur lelap oleh kemapanan dan kenyamanan disumpal mulutnya dengan uang , jabatan dan kekayaan yang berlimpah-limpah oleh naga dan tak kuasa untuk melawan sang pemerkosa. 

Maafkan saya kalau dengan statemen ini anda berasumsi saya Rasis, Ini bukan soal Ahok, China atau Amerika asal mereka mau bertamu dengan baik-baik saya tidak masalah, tapi ketika ini sudah mulai menyerang Kedaulatan Negara yang artinya jika mulai terpuruk ekonomi, stabilitas keamanan, pendidikan, kebudayaan semuanya pasti terancam. 

Dan dari semua lini itu bukankah kita sudah diserang? 
Lalu anda menuntut saya untuk diam? ya tidak bisa dong. Ini dalam skala lebih besar pasti akan berpengaruh kepada harga-harga sembako dan pasti juga mengancam ketentraman di desa-desa, yang saya adalah bagian didalamnya, keluarga saya dirumah adalah bagian didalamnya.

Malam nampaknya semakin gelap, dan yang mau ngobrol mendalam cuman beberapa gelintir orang. Namun lebih baik daripada tidak sama sekali.

Semoga Tuhan menjaga kedaulatan negara ini

Shallom.





Saturday, November 5, 2016

Babad Pakepung Smarabhumi

Jonggringsalaka mendadak ribut gonjang ganjing di Smarabhumi terlihat semakin menjadi, di  Arcapada utusan Mongol pulang berdarah-darah ketika telinganya diputus Sri Paduka Kertanegara.

Alun-alun ramai kawula berjubel menunggu sang nata turun naik meliwis putih, apa yang dipikirkan? Lalu Raden Wijaya sibuk dengan tikungan-tikungan khas smarabhumi , dikiranya Singasari akan tunduk kepada apa yang disebut kekuatan internasional Mongol. Apa yang seolah-olah tidak bisa dielakkan akhirnya bisa dialihkan.

Masyarakat di Smarabhumi hampir tidak bisa dikenali identitasnya, mereka menyamar menjadi orang  Kadiri memoles wajahnya dengan topeng yang sangat rapi, lalu apa yang dikira Kublai Khan penahlukan  Singasari berujung maut, karena yang direbut ternyata musuh dan juga pembunuh dari Kertanegara, Jayakatwang Prabu Kadiri.

Bathara Guru bingung dengan apa yang terjadi, yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang direncanakan, tersenyum dia sambil meminum kopi pahit yang terasa semakin pahit. Ini  buminya Ismaya,beliau malaikat yang tua yang menyamar, jadi sosok Badranaya yang samar. Semar.

Lalu awan bergulung-gulung di langit, gonjang ganjing di angkasa, petir bersambut dengan mega mendung, mega-mega merona merah ternyata disaput pedut tak tertahankan. Semarak smarabhumi  masih memancarkan teja-nya, Negeri Rum mendadak ikut gonjang ganjing. Senja berlabuh malam melaju, pasukan-pasukan berbaju zirah darah dengan gagah ingin menguasai segelintir tanah. Namun mereka berkilah, bergegas mereka berlelah...
3 hasta masa berlalu, sejak pertempuran di geladak kapal dikiranya dengan besi semar akan tunduk, namun semar memilih legawa pandai memangku untuk nyunggi namun sebenarnya pegat memegat nyawa zirah baru dimulai, dan akhirnya rakyat dipinggiran Bengawan Sore masih duduk enak sambil menunggu dimana akhir pertarungan Jipang dan Pajang.

Petruk dan Gareng asik bermain gatheng di pelataran padepokan, ngitung-ngitung apa yang lucu-lucu bakal terjadi lagi, wisik menyelinap di kalbu Semar, naga-naga tua itu kembali.

Semar hanya tersenyum berkata dalam hatinya, akulah malaikat tertua jangan kau kira aku tidak taat, aku hanya taat sampai sekarang, dan ruh-ku merasuk di sanubari pulau-pulau sunda. Sekelebat samar Semar nggegirisi rautnya, lalu kembali tenang sambil melihat Gunung Padang dibangun,  dan dalam waktu bersamaan melihat tol laut ,dan pulau reklamasi berjalan.

Waktu menjadi relatif, namun semar hanya berpesan tunggu saatnya.
 semburat ing wetan wus katon, jaman Kalabendhu dipungkasi.
 seperti kilat menyambar raut muka semar, menjadi bercahaya menampakkan perbawanya sebagai Sang Hyang Ismaya. 
Mereka lupa darimana cahaya gemerlapan itu jatuh, kapan,? sebelum atau sesudah arcapada dibuat?
cahaya gemerlapan itu ada, dan dia memang diturunkan untuk menjaga bumi titah Sang Hyang Tunggal. Dan di bumi naga-naga kembali mencoba menguasai.Ismaya ngejawantah, menjadi jutaan manusia sunda, atau jawa atau nusantara hampir semuanya memegang percikan-percikan cahaya semar, jika tidak kuat melihat jangan paksa cahaya itu memancar... Triwikrama, triwikrama,