Merdeka!
Apa yang kau pikir setelah terlintas kata itu, kata dimana saat ini setiap tahunnya orang memekik-mekikkannya, entah memang benar untuk mengenang jasa para pahlawan, atau sekedar menjadi nasionalisme latah, karena sosial media menggembar-gemborkan perayaan tersebut.
Diseluruh pelosok negeri terjadi berbagai macam perayaannya, ah sudah mulai tua bangsaku, sudah 71 tahun kita merdeka.
Geliat bangsa memang banyak yang berubah,atau minimal sejak 98 ketika memoriku mulai merekam banyak kejadian bakar-bakaran di toko-toko Tionghoa, Suksesi kepemimpinan, pergeseran teknologi, Pergeseran tatanan masyarakat menuju masyarakat global yang tak bersekat, atau ekonomi kita yang dari minus menjadi tambah minus karena hutang China.
Negara ini memang merdeka secara konstitusional, tapi rakyatnya benarkah sudah merdeka?
Mungkin iya bagi sebagian orang, namun tidak bagi mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan, mereka masih menjadi budak di negerinya sendiri.
seperti kata seorang guru yang mengingatkanku akan pembukaan UUD 1945 "....Mengantarkan rakyat Indonesia ke Pintu gerbang Kemerdekaan Indonesia yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur."
Sudahkah Merdeka?
Silahkan kalian cari sendiri berapa total jumlah SDA kita yang dikelola asing, atau perusahaan2 asing yang diam dan asik menggerogoti uang kita, sementara rakyat hanya jadi pekerja lebih parah lagi hanya dijadikan budak konsumerisme oleh para pemilik modal.
Perayaan Kemerdekaan tahun ini saja menjadi ajang perayaan penumpukan kapital oleh banyak penguasa modal, yang notabene mereka orang asing juga. Dimana-mana diskon bertebaran, iklan bertebaran. Bedaknya Nasionalisme, Nafasnya penumpukan kekayaan.
Sudahkan Bersatu?
Konflik terjadi dimana-mana, bahkan kemarin TNI sempat bentrok dengan warga, atau kita diributkan soal konflik atas nama agama, sama-sama membawa kebenaran atas nama Tuhan,mengkafirkan agama satu dengan yang lain, bahkan golongan satu dengan yang lain padahal masih satu keyakinan, Konflik antar suku, antar fakultas, antar organisasi, supporter sepakbola dan semua potensi konflik lainnya. Memang rasanya jauh kalau untuk mengakui bahwa kita sudah bersatu, terlepas ini karena ego dari manusia itu sendiri, atau ada beberapa orang yang memang menginginkan terjadi konflik, merekayasa massa, menggerakkan rakyat, menggerakkan militer untuk terciptanya suatu konflik.
Ujungnya memang selalu jelas, kekacauan sampai perang akan menimbulkan keresahan didalam masyarakat, negara tidak stabil, dan siap-siap akan banyak yang mengambil keuntungan dari sebuah perpecahan.
Sudahkah Berdaulat?
Berdaulat secara pemerintah mungkin iya, tapi apakah ekonomi kita sudah berdaulat,kalau dikalangan rakyat mungkin sudah mereka menentukan kehidupan mereka sendiri entah bagaimanapun caranya.
Tapi jika melihat banyaknya perusahaan asing yang ada dinegeri ini, selalu ada yang mengganjal,apakah kita tidak bisa membuat pabrik sendiri, mengelola semuanya sendiri. Juli kemarin ada 10 Mou lagi dari perusahaan asing yang akan berinvestasi di Indonesia, memang ada baiknya karena akan menyerap banyak tenaga kerja, dan menghasilkan pendapatan negara dari sektor pajak maupun ekspor. saya masih ingin bagaimana jika kelak kita bisa mandiri dalam mendirikan perusahaan, bukankah lebih baik seperti itu?
Menjadi bangsa yang 100% merdeka.
Adil dan Makmur.
Ini yang menjadi problematika kita hari ini, masyarakat pada umumnya entah karena mungkin sederet perjalanan panjang ekonomi kita setelah tahun 65 berubah haluan menjadi kapitalisme, maka yang menjadi terpenting bagi kita seolah-olah adalah penumpukan kekayaan, penumpukan uang dan kita bisa melakukan apapun asalkan banyak uang.
Kemakmuran sepihak, bukan adil dan makmur. Untuk mengubah pola pikir ini mungkin sulit, karena memang masyarakat sudah menuhankan uang, yang menjadi tujuan mereka adalah kekayaan untuk dirinya sendiri, tidak banyak juga yang mau memberi kalo pun memberi paling hanya CSR yang ujung-ujungnya juga untuk kepentingan pemilik modal/perusahaan tersebut. Tidak banyak yang berani berpuasa, supaya keadilan bisa tercapai. Masyarakat maunya Makmur, tapi adilnya dilupakan.
kalau terus seperti ini saya rasa sila kelima Pancasila tidak akan terwujud, terlalu banyak yang individualis dan egois, yang dibicarakan selalu pencapaian bukan pemberian. Ironi bukan. Sebenarnya kita sendiripun mulai menjajah orang lain untuk kepentingan kita, bukan untuk kepentingan bersama, dan akhirnya semakin ruwet dibumbui berbagai faktor ekonomi.
Malam semakin meninggi, pagi menjelang, purnama belum sepenuhnya terang. Perenungan semakin dalam menuju titik-titik yang tidak bisa aku ceritakan disini..
Kemerdekaan
menuju kebebasan yang akan menemukan rakyatnya pada batasan-batasan,
dan perlu mengisi suarnya untuk melewati batasan-batasan tersebut bahkan
dengan menikmati batas. Batas tak berbatas.
Selamat Ulang tahun INDONESIA ke 71 tahun.
Semoga menjadi bangsa yang berdaulat sesuai apa yang menjadi cita-cita bukan tergiring oleh rekayasa jaman.
Kleco Wetan, 17 Agustus 2016
Indra Agusta.