Langit sepertinya tetap sama, hiruk pikuk dunia acapkali berhenti pada lalu
lalang dalam ketidaktahuan. Sementara anak manusia sebenarnya harus hidup dalam
kesendiriannya. Yang dijumpai sebagai manusia paling hanya fungsi tetapi siapa
yang mampu mengerti kedalaman batin? Tidak ada.
Padamu yang bertatap, berjabat dan bertanya kabar seringkali hanyalah
buaian semu dari sebuah keharusan jaman. Tidak ada gunanya sebagian, sebagian
yang lain untuk membukakan pintu keterbatasan manusia dimana tangan yang
berjabat, mata terpejam dalam doa adalah sebuah koneksi membuncahkan hal-hal
yang sebenarnya tidak pernah kita capai sebelumnya.
Daun-daun yang layu pertanda angin berganti, diam-diam kita merindui masa
lalu karena masa depan yang tidak kunjung indah. Bahwa hembusan yang mengalun
ingin kita cecap serpihan gambar buram dari sesuatu yang sudah hilang. Kenangan
terbaikmu, ritme kebahagiaan, benang-benang merah keterputusan dengan manusia
terkasih, juga himpitan kesukaran yang sekejap berubah menjadi harapan. Gambar-gambar itu ingin kita buai lagi, peluk
lagi namun segalanya sudah berlalu. Masa kanak-kanak sudah berlalu, remaja dan
mudamu sudah berlalu. Bergulirnya roda puasa seperti tiada henti, masalah akan
selalu hinggap dalam batin manusia sampai kamu berkata : its enough, its
enough.
Keterbatasan dan batas sebagai jaring untuk menfilter
sesuatu, sama juga dengan privilege. Dua-duanya hanya cermin dan manusia selalu
dibarengi oleh dua hal ini. Sebagai sebuah tools untuk menjalani permainan hidup.
Bertambah umur berarti juga menambah angka kehilangan,
kehilangan yang selalu menyeimbangkan namun dalam proses penyeimbangannya akan
mengguncang badan. Menghitung kembali
siapa yang harus berpulang keluarga inti, kawan-kawan, guru-guru dan orang tua semuanya
menuntunmu menuju-Nya. Kematian itu dekat dan hari ini makin dekat.
Ruang syukur juga tak terkira harus diucapkan
terus menerus, selalu ada keberkahan demi keberkahan yang datang. Apa yang bisa
dilakukan manusia hanya berbuat baik, sekalipun akan bisa berpotensi disalahpahami,
bahkan dianggap sebagai sebuah kejahatan. Setiap orang punya alasan dan titik
tekannya masing-masing untuk berbuat dan mendapatkan balasannnya.
apakah manusia akan berubah menjadi telaga?
Atau akan menjadi apa?
Para Ajar menepi di ruang-ruang sunyi. Pelepasan kalepasan
adalah doa-doa terakhir. Anak manusia tidak berharap banyak semoga hidup terus
berkah dan manfaat. Dan diberikan kekuatan untuk bertahan.
Segala capaian nampaknya sudah usang, tiada lagi
kejumudan akal tanpa pengorbanan, Tuhan menikmati wayang-wayang ini memainkan
lakon-Nya. Pengembaraan hidup berasal dari awal.
Senyum-Mu tersimpul dalam kembang malam, malamku
menjadi sangat dingin matahari berada pada titik terjauhnya di utara, tanah
Jawa tempatku duduk jauh diselatan. Rembulan belum genap setengah dan wabah
masih mendera. Harapku semoga kematian ini adalah peringatan, juga tamparan dihidup
mendatang yang tidak mpernah semakin mudah.
Jabat erat!
Ruang Hening, 8 Juli 2021, 00:00
Indra Agusta